Mohon tunggu...
Ivansyah Jonathan
Ivansyah Jonathan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Universitas Nasional - Prodi Ilmu Komunikasi

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Gaya Komunikasi Politik Presiden Joko Widodo Menjelang Pemilihan Presiden 2024: Suatu Kajian Filsafat Komunikasi Melalui Studi Kasus

1 Februari 2024   15:09 Diperbarui: 1 Februari 2024   17:20 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ghita Intan-voaindonesia.com)

Pernyataan seperti itu dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Manusia dikatakan sebagai suatu pemerintahan selalu melakukan aktivitas komunikasi seperti dalam kegiatan politik. Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan pada pencapaian suatu pengaruh sehingga masalah yang dibahas untuk meningkatkan kesadaran politik terutama kepada masyarakat melalui sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga lembaga politik. Peran pemimpin dalam mempengaruhi lingkungan politik sangatlah kuat untuk menjalankan politik. Hal itu yang membuat gaya komunikasi politik setiap individunya berbeda beda. Gaya komunikasi seseorang bisa dilihat melalui kompetensi dalam bidang komunikasi yang dimilikinya.Seorang pemimpin biasanya menjadi pusat perhatian publik dari segi kepemimpinannya atau gaya komunikasi yang ditampilkan ketika berbicara di depan umum.

3.4. Mengidentifikasi faktor-faktor filosofis yang mempengaruhi perubahan dalam gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo menjelang Pemilihan Presiden 2024

Perubahan dalam gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo menjelang Pemilihan Presiden 2024 menggambarkan suatu proses transformasi filosofis yang mengakar dalam evolusi kepemimpinannya. Pergeseran signifikan terlihat dari pendekatan tegas dan top-down menuju pendekatan yang lebih terbuka dan inklusif. Dalam filosofi kepemimpinannya, Presiden menitikberatkan pada arti pentingnya dialog aktif dan partisipasi masyarakat sebagai elemen krusial dalam pengambilan keputusan pemerintah.

Selain itu, dampak positif perkembangan teknologi informasi dan komunikasi termanifestasi dalam strategi komunikasi yang lebih modern. Pemanfaatan media sosial dan kegiatan dialog publik menjadi sarana yang semakin intens digunakan oleh Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya secara langsung kepada masyarakat.

Perubahan dalam gaya komunikasi politik ini juga terhubung erat dengan tantangan-tantangan politik yang muncul menjelang Pemilihan Presiden 2024. Kesadaran akan kebutuhan membangun citra positif di kalangan masyarakat menjadi landasan utama dalam penekanan pesan-pesan positif dan pencapaian pemerintah. Analisis ini memperlihatkan bahwa transformasi dalam gaya komunikasi politiknya merupakan respons adaptif terhadap dinamika politik yang berubah serta ekspektasi masyarakat yang berkembang.

Dalam perspektif yang lebih luas, analisis ini merefleksikan upaya berkelanjutan Presiden Joko Widodo untuk membentuk Indonesia yang lebih demokratis, inklusif, dan responsif terhadap perubahan zaman. Gaya komunikasi politiknya bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan visi kepemimpinannya, tetapi juga sebagai sarana responsif dalam menanggapi beragam isu-isu penting yang dapat memengaruhi pilihan pemilih menjelang Pemilihan Presiden 2024.

3.5 Dampak Perubahan Gaya Komunikasi Politik Jokowi dalam Perspektif Filosofis Terhadap Persepsi Masyarakat dan Iklim Demokrasi di Indonesia

Perubahan gaya komunikasi politik Jokowi telah menimbulkan berbagai dampak terhadap persepsi masyarakat. Pada tingkat persepsi masyarakat, perubahan gaya komunikasi Jokowi telah meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap politik, seiring dengan adanya gaya komunikasi yang lebih dekat dan mudah dipahami oleh masyarakat. Hal ini memberikan kontribusi positif dalam mengakrabi politik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Namun demikian, perubahan gaya komunikasi Jokowi juga mengakibatkan beberapa kekhawatiran di kalangan masyarakat. Salah satu kekhawatirannya adalah semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap politik dan politisi. Fenomena ini muncul karena semakin banyaknya masyarakat yang merasa bahwa politik dan politisi tidak lagi dekat dengan mereka, sehingga terjadi kesenjangan dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat. Dalam konteks ini, kekhawatiran tersebut bisa menjadi kendala serius dalam menciptakan iklim politik yang sehat dan partisipatif. Secara keseluruhan, sementara adanya peningkatan ketertarikan terhadap politik adalah langkah positif, perlu juga dicermati dampak negatif yang mungkin muncul, seperti penurunan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan para politisi untuk terus mempertimbangkan strategi komunikasi yang dapat membangun kepercayaan dan keterlibatan masyarakat, sehingga upaya untuk mendekatkan politik dengan rakyat dapat berjalan seimbang dan berkelanjutan.

Perubahan gaya komunikasi politik Jokowi juga telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap iklim demokrasi di Indonesia. Pada tingkat iklim demokrasi, perubahan gaya komunikasi Jokowi tidak hanya sekadar meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses politik, melainkan juga secara substansial telah membuka ruang yang lebih luas bagi keterlibatan warga negara. Hal ini dapat dijelaskan oleh semakin mudahnya masyarakat untuk mengakses informasi dan secara aktif berpartisipasi dalam ranah politik melalui berbagai platform media sosial.

Namun, seiring dengan peningkatan partisipasi tersebut, perubahan gaya komunikasi politik Jokowi juga memberikan tantangan tersendiri terhadap iklim demokrasi. Salah satu tantangan yang patut diperhatikan adalah meningkatnya potensi terjadinya disinformasi dan manipulasi publik. Ketersediaan media sosial sebagai sarana komunikasi massal telah membuka peluang yang lebih besar bagi penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan terjadinya polarisasi opini dan kerentanan terhadap upaya manipulasi dalam proses demokrasi. Oleh karena itu, sambil mengakui manfaat peningkatan partisipasi masyarakat, pemerintah dan lembaga terkait perlu meningkatkan upaya dalam mengelola dan mengawasi ruang digital, serta mengembangkan mekanisme yang dapat menanggulangi disinformasi. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa perubahan gaya komunikasi politik tidak hanya memberikan dorongan positif terhadap partisipasi demokratis, tetapi juga memitigasi risiko-risiko yang dapat merugikan integritas proses demokrasi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun