Masyarakat dapat mempromosikan budaya saling menghargai dan mendukung, serta menentang perundungan dan cyberbullying, untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif.Â
Ini bisa melibatkan kampanye kesadaran publik, program pendidikan di sekolah, dan inisiatif komunitas yang mendorong empati dan kerjasama.
Organisasi dan institusi juga bisa memainkan peran penting dengan menciptakan kebijakan dan praktik yang mendukung inklusi dan menghargai keragaman. Ini bisa membantu mengurangi tekanan untuk berperilaku dengan cara tertentu demi mendapatkan validasi atau penerimaan.
Pada Tingkat Media Sosial
Platform media sosial dapat menerapkan kebijakan yang meminimalkan konten yang mempromosikan "pick me culture" dan mendorong interaksi yang lebih konstruktif.Â
Ini bisa melibatkan perubahan algoritma untuk mengurangi insentif bagi perilaku manipulatif, serta menyediakan alat dan sumber daya untuk mendukung kesehatan mental pengguna.
Platform juga bisa berkolaborasi dengan ahli kesehatan mental dan organisasi non-profit untuk menyediakan pendidikan dan dukungan bagi pengguna yang mungkin terpengaruh oleh tekanan untuk mendapatkan validasi online. Ini bisa termasuk kampanye kesadaran, sumber daya online, dan dukungan peer-to-peer.
"Pick Me Culture" adalah fenomena kompleks yang mencerminkan kebutuhan manusia untuk validasi dan pengakuan di era digital. Memahami ciri-ciri, dampak, dan akar penyebabnya dapat membantu kita untuk menanggulangi budaya ini dan membangun komunitas online yang lebih positif dan suportif.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat memperkuat kebutuhan manusia untuk validasi dan bagaimana tekanan untuk mendapatkan perhatian dapat mempengaruhi perilaku kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI