Istilah "pick me" lebih sering dikaitkan dengan perempuan, namun "pick me behavior" dapat ditunjukkan oleh siapa saja, terlepas dari gender.Â
Seringkali, perempuan disebut sebagai "pick me girl" ketika mereka tampak berusaha menarik perhatian pria dengan menunjukkan bahwa mereka berbeda dari perempuan lain. Namun, penting untuk menghindari stereotip gender dan fokus pada perilaku individu daripada identitas kelompok.
Mengaitkan perilaku "pick me" hanya dengan satu gender bisa memperkuat stereotip yang merugikan dan mengabaikan kenyataan bahwa perilaku ini dapat ditemukan di kalangan semua jenis kelamin.Â
Dalam masyarakat yang masih sering memperlakukan laki-laki dan perempuan secara berbeda, penting untuk mengakui bahwa tekanan untuk mendapatkan validasi dan perhatian dapat mempengaruhi siapa saja, dan respon mereka terhadap tekanan ini mungkin bervariasi.
Menanggulangi "Pick Me Culture"
Upaya untuk menanggulangi "pick me culture" harus dilakukan di berbagai tingkatan, melibatkan individu, masyarakat, dan platform media sosial.Â
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:
Pada Tingkat Individu
Individu dapat berusaha meningkatkan kesadaran diri dan membangun harga diri yang sehat untuk menghindari perilaku "pick me". Ini bisa melibatkan refleksi diri, mengenali nilai-nilai diri yang tidak bergantung pada validasi eksternal, dan mencari dukungan dari teman dan keluarga yang positif.
Pendidikan tentang kesehatan mental dan emosional juga dapat memainkan peran penting. Memahami bagaimana kebutuhan akan validasi dapat mempengaruhi perilaku dan mengembangkan keterampilan untuk mengelola perasaan tidak aman dapat membantu individu menghindari jatuh ke dalam perangkap "pick me culture".
Pada Tingkat Masyarakat