Aku tersentak kaget, sebuah tangan kasar menarikku, aku belum sadar sepenuhnya, dimana aku..?
Ternyata aku tertidur di kamar anakku, dan suamiku menyusul ke kamar Alif, sambil menarik tanganku dengan kasar.
"Keluar dari sini, aku menunggu mu di kamar, dan kau istri tak berguna, sengaja menghindari ku ya? "
"Capek aku tunggu dikamar, kau enak enakkan tidur di kamar anak, untuk apa juga kau pergi pengajian, kalau kau tak mau melayani suamimu ini " Suamiku marah besar, karena aku tertidur dikamar Alif, tidak ada niat aku untuk menghindari nya, mungkin karena aku kelelahan, aku pun ikut tertidur di samping Alif.
"Maaf, Ayah... Bunda kecapean, jadi tertidur dikamar Alif" Kataku membela diri
"Kau ini, tahu nya minta maaf aja " Jawabnya dengan volume suara yang sudah sedikit mengecil
"Iya, Ayah maafin Bunda, sekarang Bunda ganti baju dan tidur sama Ayah ya" Suaranya sekarang jadi lembut merayuku
Aku menggantikan baju dengan baju tidur, mengambil posisi berbaring di samping suamiku, aku ingin sekali mendengar kata kata maaf keluar dari mulut suamiku, meminta maaf padaku karena perlakuan kasarnya.
Malam masih membisu, gelap seperti anganku, aku yang terus dibisikkan oleh hati kecil untuk menggugat cerai suamiku, keinginan berpisah dengan suami semakin lama semakin kuat. Namun aku masih diselimuti keraguan, bertahan dengan suasana seperti ini, atau aku pergi menjauh, hidup berdua dengan Alif putra tunggalku.
Malam menghadirkan resah semakin dalam, aku yang hampir terbuai di alam mimpi, tiba-tiba aku merasakan pelukan  hambar dari suamiku. Dan kecupannya pun terasa dingin di hatiku, sedingin aku menuntaskan kewajiban lahiriah ku sebagai istri pada nya malam ini. Ah.. Bagaimana bisa aku melayaninya, saat dalam memori batinku, semua kejadian menyakitkan itu, berputar putar terus menghantui pikiranku.
*** Â