Mohon tunggu...
Ismuziani ita
Ismuziani ita Mohon Tunggu... Perawat - Mental Health Nurse

Selalu bersyukur pada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih yang Tertunda

12 Juli 2020   12:12 Diperbarui: 12 Juli 2020   12:55 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: www.freepik.com

Sekarang aku pun merasa bersalah, karena tidak tahu memulai darimana menjawab pertanyaan ustazah.

"Ustazah, maaf.. Saya gak tahu harus mulai dari mana, saya merasa di dhalimi oleh suami saya" Jawabku merespon pertanyaan Ustazah Fatimah.

"Menzhalimi bagaimana maksudnya? " Ustazah  Fatimah mulai memancing ku untuk bercerita

" Saya pernah diperlakukan kasar Ustazah, dikasari secara fisik dan secara verbal" Jawabku kemudian.

"Maksud Buk Rina, apa Buk Rina pernah di pukul oleh suami? "

"Dan suami Buk Rina juga, sering bicara kasar kepada Buk Rina ya? " Ustazah Fatimah mulai masuk ke daerah nyaman ku, aku merasa nyaman sekarang untuk bercerita.

Sedetik kemudian mengalirlah kalimat-kalimat kesakitan dari mulutmu, terbata bata, pelan-pelan, dan dengan sedikit isakan yang tak mampu ku tahan.

Ustazah menyentuh bahuku, memberikan aku ruang untuk menenangkan diri.

"Ustazah, saya tidak sanggup lagi, saya sudah berusaha bersabar, tapi sepertinya kesabaran saya sudah habis ustazah, saya merasa suami saya tidak menyayangi saya sedikitpun "

"Tadi sore, saya memintanya malam ini untuk menemani Alif, karena saya ingin hadir di pengajian tanpa membawa anak, kasian juga Alif tertidur begini" Kataku sambil membelai rambut Alif yang masih terlelap di pangkuanku.

" Tapi ayahnya Alif, memarahi saya ustazah, bertindak kasar dengan menampar pipi saya, katanya tadi.. Kau tak berhak menyuruh nyuruh ku ya, kau itu istriku, aku nanti malam banyak urusan, kalau kau mau pergi ngaji, bawa anakmu sekalian, biar nanti jadi sok alim kayak kamu. Saya sedih ustazah, saya tidak tahu bercerita sama siapa " isak ku pada Ustazah Fatimah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun