Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Penulis - Dosen

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Guratan Resah pada Senja

9 Januari 2025   17:11 Diperbarui: 9 Januari 2025   17:11 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sering, tapi belakangan ini nggak pernah lagi. Biasanya dia menyamar  pake kostum bonekanya.”

Aku tersentak kaget. Ternyata boneka Upin memiliki seorang ibu di panti jompo itu.

“Maaf, apa Mbak tahu dimana alamat anaknya ? Saya bantu sampaikan pesan.”

“Percuma Mbak.”

“Kenapa?”

“Rumahnya hanya di ujung jalan ke pasar dekat sini. Itu tuh jalan ke kiri dari simpang taman. Istrinya gak pernah suka lelaki itu untuk mengunjungi ibu sendiri. 

"Hah? Istri?"  tanggapku dengan wajah sedikit memelas. 

"Ya, istrinyalah  yang minta nenek ini untuk dimasukkan ke panti jompo. Katanya merepotkan. Bisu. Kurang waras,” ucapnya, “kalo nyamar jadi badut lelaki itu bisa kumpul uang untuk ibunya di sini. Biar istrinya nggak tahu. “

Aku merasa miris. Aku terngiang ucapan ibu. Sering kali dia menangis  tapi tak pernah menjelaskan alasannya. Sejak ditinggal mati ayahku, kesedihannya makin bertambah. “Apa mungkin ibu khawatir setelah menikah nanti aku akan melupakannya? Atau suamiku kelak yang akan melarangku mengurusnya?”

Aku menggelengkan kepala. Tak lama, aku pamit dari panti jompo itu. Namun mataku masih terpaku pada nenek yang bisu. Nenek yang kerap merindukan anaknya.

Saat berbelok di simpangan, kuberpapasan dengan rumah yang dimaksud. Hanya ada satu rumah berdiri di simpang itu. Tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Rumah besar dengan pekarangan luas tapi tak terawat. Dedaunan kering dari sebatang pohon mangga besar berserakan. Ada tulisan di gerbang kalau rumah itu telah disita bank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun