“Gak usah, Mbak, biar saya saja,” suara dari balik boneka Upin terdengar sayu. Ternyata ada seorang pria di dalamnya.
“Gak papa, Mas.”
Setelah terkumpul, aku memasukkan uang receh dan logam ke dalam kardus air mineral yang diletakkan di atas trotoar. Kukeluarkan sebotol air mineral dari tas dan menyodorkannya pada pria yang aku belum tahu siapa di dalamnya.
“Boleh kenalan?”
“Terima kasih,” ucapnya dan langsung pergi tanpa mau terima tawaranku.
Aku tak sempat berkenalan padahal ingin lebih lama wawancara perihal kesehariannya.
Sesampai di kampus, kawan-kawan sudah lama menunggu dengan wajah merungut.
“Ok, ok, gue minta maaf karena terlambat. Sudah lengkap? Yuk kita ke lokasi sekarang!” ucapku meredakan kesal mereka.
Kami adalah sekelompok mahasiswa yang sedang mengadakan penelitian terkait keberadaan boneka-boneka jalanan dan ingin melihat respon masyarakat terhadap mereka.
Rombongan motor berjalan menuju taman kota berjarak 5 km dari kampus.
“Ok ya, Reno dan Putri di di simpang sana, dan Dori bareng ma gue di sini!” tegasku mengarahkan tim.