"Emang beras di rumah gak ada?"
 "Kami jarang makan nasi. Harga beras semakin mahal. Kalo pun ada sedikit, ibu jarang makan karena lebih utamakan Lilis dulu," jawabnya lirih.
Semua terbawa perasaan. Mereka ikut bersedih. Ada guru dan murid yang ikut menyeka air mata mereka tak terkecuali kepala sekolah.
"Lilis, sudah, Lilis!"Â bisik Bu Retno ke arah murid pemberani itu.
"Biarkan saja, Bu Retno. Dia ingin menyampaikan isi hatinya yang terpendam selama ini,"Â hardik Bu Citra.
 Pak Bewok seketika melangkahkan kakinya maju untuk memeluk Lilis.
Tangis makin keras terdengar di lapangan upacara saat Lilis memeluk lelaki penjaga sekolah sekaligus guru mengajinya. Air matanya membasahi baju putih lelaki berbadan kurus itu. Dia meluapkan kerinduan mendalam pada ayah tercinta. Tangisnya pun menggelegar seperti orang yang ditinggal mati.
Pak Bewok menghadapkan wajah ke kepala sekolah.
"Mohon ijin, Bu Kepsek. Lilis pernah menanyakan pada saya saat mengaji, apakah makan siang gratis itu akan menyusahkan orang lain?"Â tanya Pak Bewok.
"Maksudnya Pak Bewok?"
Lilis sudah puas melepaskan tangisannya. Dia melepas pelukan Pak Bewok dan kemudian menghadapkan wajah ke Bu Citra.