***
Hari ini Jumat. Semua murid sudah hadir di sekolah lebih awal. Sesuai janji, kepala sekolah akan memberikan jajan gratis setiap minggunya di hari itu. Para guru yang ingin berbagi juga terlihat sedang merapikan bungkus makanan yang telah mereka siapkan dari rumah. Semua terlihat bersemangat di pagi yang cerah. Sehari sebelumnya, Lilis dan ibunya juga  sudah dititipkan uang oleh kepala sekolah untuk menyiapkan jajanan sebanyak murid di kelasnya.
Tiba-tiba, Pak Bewok datang dan berbisik pada guru-guru. Sontak semua menangis mendengar kabar duka. Guru perempuan saling berpelukan. Para murid heran tapi bercampur sedih melihat pemandangan itu.
Bu Retno naik ke mimbar upacara. Dia menyampaikan bahwa Bu Citra baru saja wafat saat perjalanan ke sekolah. Murid-murid yang mendengarkan berita duka itu pun menangis. Mereka merasa kehilangan pemimpin yang sangat menginspirasi. Pemimpin yang mau mendengarkan keluhan hati mereka tanpa memandang umur.
Pak Bewok dan guru-guru membagikan jajanan sambil berurai air mata. Lilis pun ikut membagikan gorengan yang sudah disiapkan gratis untuk teman-temannya. Beberapa dari mereka menggigit sepotong donat sembari menangis. Sebagian lagi mengunyah gorengan sambil mengusap air mata. Â
Bu Retno yang dikenal galak tak tampak menangis tapi hatinya tertampar oleh situasi pagi itu. Membimbing dan mengingatkan yang pernah disampaikan pimpinannya merupakan prinsip yang sepele namun kadang dia lupakan. Kebanyakan orang hanya mengingatkan tapi tidak membimbing dengan menjadi contoh. Ada yang hanya membimbing namun lupa mengingatkan saat ada masalah. Mereka hanya menyelesaikan apa yang ditugaskan tanpa mau peduli dengan masalah yang ada di depan mata di luar tugas mereka. Sepotong donat yang dia dan rekan-rekan kerjanya sedang cicipi pagi itu menjadi momen tak terlupakan. Itu menjadi pelajaran sangat berharga dalam menjalankan tugas di dunia pendidikan.
 "Lilis, ini beras 20 kg titipan dari almarhumah kepala sekolah," ujar Pak Bewok kepada Lilis setelah menyiapkan mobil operasional sekolah untuk membawa rombongan guru ke rumah duka.
***
Dua bulan kemudian, keluarga Bu Citra datang ke rumah Pak Bewok. Dari hasil rapat keluarga dan masukan dari suami almarhumah, Pak Bewok termasuk orang yang layak untuk menggantikan bangku Bu Citra yang telah ditunggu selama 20 tahun.
Di tangan Pak Bewok ada sepucuk amplop berwarna putih. Saat dibuka, dia terkejut sambil bertakbir berkali-kali membaca isinya. Seakan tidak percaya dia memastikan lagi kepada tamu istimewanya yang datang hari itu. Bukan mimpi lagi, sesuai doanya, Pak Bewok akan mengisi 1 kuota naik haji tahun ini menggantikan Bu Citra yang sudah berangkat terlebih dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H