Saya ingin menegaskan bagi saya sebenarnya masalah seni rupa Indonesia akar Indonesia, tak usah dipikirin, artinya yang sudah ada biarkan jalan yang harus dipikirkan bagaimana kita ciptakan kritikus kritikus seni rupa yang banyak di Indonesia yang bermutu dan banyak argumentasi yang kuat.
Jangan hanya seperti juga bahan-bahan literatur, sekarang sedikit sekali dan banyak yang saya ketemukan justru bahasanya bahasa luar. Nggak ada bahasa Indonesia ini yang anehnya. Jadi gitu aja saya pikir kita lupakan saja masalah itu karena menurut teman saya Wahyu Wijaya sekarang orang nggak mikirin lagi aliran apa dalam melukis, pokoknya bikin lukisan. Sekian dan terimakasih.
Krishna Mustajab
Saya masih kurang percaya bahwa tidak akan ada lagi yang akan bikin atau manuver0 seni lukis Eropah dan Amerika lagi. Mungkin beberapa bulan dan tahun mendatang ada yang ingin menggumuli gedung DPR seperti yang dilakukan oleh di barat. Atau membungkus Monas dengan kain hitam, karena memang hak mereka, tapi kalau bisa saya inginkan tenaganya dan pikirannya ikut memperkuat bagaimana memperkuat barisan seni teman-teman pelukis dan teman-teman senirupawan kita. Memang hak itu cocok pada mereka.
Hardi.
Sebagai contoh kongkritnya Ancol juga baru ngebom publik seni rupa kita yang ditulis di Kompas dengan huruf-huruf gede oleh Efik Mulyadi tanpa dari pihak Ancol sendiri menjelaskan apa tentang konseptual Art itu, ini bisa positif bisa negatip.
Positipnya orang oh begini konseptual Art mbah Broto menangkap bayangan. Meyakinkan tidak andaikan, yang bikin J.B. yang sekarang sedang ngetop di Eropah dan Amerika. Saya kira kita masuk di Studio Jurnal. Tapi karena mbah Broto, sedangkan argumentasi dari pihak Ancol begini-begini juga kurang meyakinkan oleh seseorang saya rasa sebelum Ancol ngebom-ngebom dengan istilah-istilah ini akan berkesampaian, cuma untuk publik seni rupa juga bisa jadi racun.
Saya rasa itu mungkin Sdr. Efix Mulyadi bisa interviu Amrus atau dengan Suluh Darmaji atau juga mungkin yang punya gagasan kalau tidak telah disebarkanlah racun itu.
Nyoman Tusan (Moderator)
Saya kira hal-hal yang disarankan, namun sekali lagi terlalu sulit barangkali menciptakan kritikus itu tidak bisa diciptakan dan ternyata sangat dibutuhkan oleh kita sekalian. Untuk menunjang ide-ide yang sementara ini barangkali cukup banyak. Yang ke 2 masalah penulisan yang paling simpel pun (sederhana) sebenarnya masih sulit ditulis. Oleh karena masalahnya adalah kita belum bisa kalaupun kita baca beberapa tulisan-tulisan seni rupa di surat kabar, paling tidak hanya sekedar reportase saja, tidak lebih dan tidak kurang
Pembicara Sdr. Narsen