Mohon tunggu...
Ipon Semesta
Ipon Semesta Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Seniman. Melukis dan Menulis. Mantan Jurnalis Seni dan Budaya. Ketua PERSEGI (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Akar Seni Indonesia

10 November 2024   15:05 Diperbarui: 10 November 2024   15:27 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin saja pertumbuhan kota Jakarta yang terpaksa harus kita korbankan, tetapi tentu saja saya akan mengajukan keberatan saya di sini apabila pertumbuhan arsitektur untuk kota-kota Surabaya. Yogya atau Bandung akan didesain seperti New York, Tokyo atau Hongkong. dan bukan karena saya tidak ingin mempunyai kota dengan pencakar langit untuk memenuhi kebutuhan utama kita, tetapi dengan mengoper begitu saja bentuk-bentuk pencakar langit seperti yang ada di luar negeri itu sangat tidak membanggakan saya sebagai bangsa Indonesia yang dalam sejarahnya pernah menciptakan bentuk arsitektur yang indah dan banyak sekali ragamnya.

Saran-saran

Seni rupa yang berakar dari bumi Indonesia kiranya dapat kita misalkan, bahwa yang disebut akar Indonesia itu dapat berupa bersumber pada kebudayaan kita, pada kondisi lingkungan kita, alam kehidupan di sekitar kita, dan masyarakat kita Tetapi dapatkah kita membayangkan kesulitan yang telah dialami oleh para seniman seni rupa kita yang ingin menyerap sumbernya apabila pola kebudayaan kita makin lama makin jauh terseret ke dalam pola kebudayaan barat, kiranya perlu saya ulangi misalnya bentuk arsitektur kita, seluruh perabot/peralatan rumah tangga kita, tata busana kita, sistim pendidikan kita, pada hal dalam beberapa hal kita telah pernah memiliki yang kita ciptakan sendiri kini semua telah berganti dengan barang-barang yang datang dari Eropa. Amerika, Jepang. Hongkong, Singapura atau negara lainnya sehingga hampir seluruh yang kita miliki sekarang serba Impor semata. Jangankan di kota di desa pun keadaannya pada waktu ini bahkan di lereng-lereng gunung saudara-saudara kita mulai senang mengumpulkan barang-barang impor, bahkan anak-anak kita yang tinggal di bukit-bukit itu telah mengganti boneka kayunya yang indah itu dengan boneka plastik impor.

Sekali lagi dapat kita bayangkan betapa sulitnya sang pelukis menyerap lingkungannya-katanya yang serba ke barat-baratan itu untuk menemukan celah-celah yang dapat menghasilkan karya yang bersuasana Indonesia Tetapi untunglah masih banyak pelukis yang tanggap dalam mengamati situasi yang demikian itu untuk obyek pelukisannya dan bahkan seringkali mereka pergi ke daerah-daerah yang masih mereka anggap sebagai daerah perawan.

Namun akankah perkembangan lingkungan yang mengarah ke wajah import itu akan kita biarkan saja tanpa ada usaha-usaha untuk membenahi bagaimana sebaiknya. Pasal-pasal mengenai pembangunan dalam bidang kebudayaan yang tertera dalam GBHN kiranya memerlukan penjelasan detail, di samping perlu adanya ketentuan-ketentuan yang jelas dalam kita menerima kehadiran ekspansi kebudayaan asing yang tidak terencana pada masa ini sehingga kita tetap dapat bertahan sebagai bangsa yang punya watak. Dan bukan pula maksud saya untuk meminta pengakuan agar karya-karya kita diakui sebagai karya seni rupa Timur, seperti yang pernah dibanggakan dan bahkan tidak sekalipun ingin menjadi epigon seni Barat maupun seni timur. Tetapi masalahnya yang ingin tetap saya kemukakan ialah bagaimana kita dapat menciptakan dan memberikan ciri-ciri kepada warisan Seni Rupa yang akan kita tinggalkan. Tentu saja disini peranan seniman dapat memberikan andil menentukan. sayang sampai saat ini peranan mereka masih banyak diabaikan pada zaman pembangunan ini. Maka dalam kesempatan ini saya ingin mengajukan saran-saran pada pemerintah agar,

1. Lebih menyadari bahwa seniman dimasa pembangunan ini peranan yang dapat disumbangkan tidak dapat diabaikan karena itu kerja sama yang lebih baik perlu lebih ditingkatkan lagi.

2. Apa yang terjadi selama ini bahwa para pemegang modal, para kapitalis nasional yang berlomba meng import barang-barang kelantong secara serampangan tanpa mengingat pengaruh buruk yang dapat terjadi melanda pula pola kehidupan bangsa kita, karena mereka mengejar keuntungan pribadi semata. Oleh karena itu Pemerintah seharusnya sudah lama tanggap untuk lebih menekankan penggunaan barang-barang produksi dalam negeri yang dinilai sudah cukup bermutu.

3. Lebih banyak menerbitkan buku-buku tentang seni rupa Indonesia baik yang tradisional dari beraneka ragam suku maupun yang modern sebagai bahan pelajaran, sebagai bahan bacaan di sekolah- sekolah dari SD, SMP hingga SMA.

4 Segera merealisir penyusunan strategi kebudayaan Nasional untuk atau sebagai pedoman dan petunjuk melengkapi GBHN dalam bidang kebudayaan, karena saya masih menaruh harapan besar pada Pemerintah yang banyak punya wewenang, banyak memiliki fasilitas dan biaya agar lebih serius menggarap gejala buruk yang ditimbulkan karena kesalahan kita sendiri, terlalu bersifat konsumer akibat kurang adanya sikap budaya sebagai Bangsa, disamping kita sendiri diharapkan mau mengerti dinamikanya perubahan sejarah. Terlalu sulit memang untuk terus menjaga sifat-sifat yang baik yang khas milik kita dalam kondisi kita yang berkembang menuju modernisasi.

Dalam sejarah kepemimpinan nenek moyang bangsa kita kiranya juga telah melakukan banyak hal yang positif dalam menyaring pengaruh- pengaruh kebudayaan termasuk kesenian yang dari luar, maka kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita banyak memiliki nilai yang mengagumkan.

Memang tugas menjaga sifat baik yang khas milik kita tersebut kelihatan sepele tetapi sangatlah sulit dilaksanakan, karena pengaruh lain yang kita hadapi adalah kekuatan-kekuatan raksasa yang ekonominya lebih maju, bahkan jauh lebih maju dalam beberapa hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun