Pak Kusnadi
Kalau kita kebetulan tidak membaca orang mengkritik itu. Kami mohon saudara yang mempunyai itu arsipnya disampaikan kepada kita. Nomor dua, bahwa saya kepada seorang pelukis Indonesia yang di lembaga Indonesia Amerika, membilangkan kita tidak mempunyai kepribadian saya tidak menjawab. Dan saya kira saudara juga membaca. Jadi kalau orang luar negeri tadi juga lengkap literaturnya, dia juga akan tahu bahwa itu sudah dibantah Kalau kita tidak tahu saya minta saudara mengirim tulisan orang luar negeri itu. Karena mungkin saudara dekat sebenarnya dengan orang negeri itu pertama. Jadi kita yang lalai tapi minta diingatkan hanya itu saya kira yang ingin saya tambahkan. Tapi ada satu lagi yang penting yang menyebabkan saya datang kesini. Saya kira sebulan yang lalu saudara pidato di TIM agak lain nadanya. Di sana 100% menghantam kita belum punya apa apa. Jadi kita akan dikatakan dengan kepingan berat Saya tidak begitu menyetujui, tapi nadanya ke sana, harus diakui. Tapi jangan bilang misalnya ada revisi bahwa nadanya kita ini sudah mulai sudah melangkah dan tidak baik. Dan inilah revisi ini menunjukkan bahwa orang dalam satu bulan itu kita tumbuh, di dalam ke arah berpikir keseimbangan berpikir itu saja. Sebab jika itu direkam orang luar negeri apa yang saudara bacakan di TIM itu ya kita malu semua. Jadi jangan sampai memakai antek berat memakai ekor berat dan sebagainya, saya tidak setuju. Di sanalah biasa, bahwa kita terpengaruh barat. Terlalu banyak, tapi kita sudah mulai melangkah. Terima kasih.
Pasar Seni 19 April 1954Â
Editor: Amrus Natalsya
*Ditulis ulang dan diposting olehÂ
Ipon Semesta Ketua Persegi (Persaudaraan Seniman Gambar Indonesia)
10 November 2024, Jelang 50 Tahun Pasar Seni Ancol Jakarta.Â
Ulasan artikel ini yang merupakan artikel akhir dalam buku Apresiasi Seni bisa di baca di artikel saya selanjutnya yang berjudul:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H