‘Sampai sejauh itukah lukisanku melanglang?’ Beberapa menit berbasa-basi kami berpamitan. Aku pergi menjumpai para pengunjung lain, melayani pertanyaan mereka satu persatu, walaupun dengan bahasa yang tidak selancar mereka, namun setidaknya aku dapat mengerti mereka dan mereka dapat mengerti aku.
Di akhir acara, kulepaskan alat bantu dengar yang setia bertengger di telingaku saat berbicara kepada orang lain. Kukelilingi show room ini dan menatap lukisanku satu persatu. Di dalam sana, aku berada suatu waktu yang lalu. Tanpa suara. Bila kutatap lagi lebih dalam, kadang aku ingin kembali berada didalamnya. Dunia tanpa suara yang sepi sebenarnya sangatlah indah, dan penuh arti. Kadang aku dapat melihat angin dan menciumnya. Kadang kulihat aura setiap orang yang mencerminkan hati mereka. Dunia ini mempunyai sisi yang lain, seperti di dalam lukisan itu. Gerakannya bagaikan sebuah slow motion yang dapat aku goreskan ke dalam kanvas ini. Dan dunia itu pulalah yang telah memberiku berkah yang sangat besar ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H