Peternakan merupakan salah satu sektor di bidang pertanian yang sangat perlu untuk dikembangkan lebih luas lagi untuk memenuhi kebutuhan protein dan hewani masyarakat Indonesia dan dunia. Permintaan akan susu semakin hari semakin meningkat dengan bertambahnya angka pertumbuhan penduduk pada setiap tahunnya. Peningkatan perekonomian serta kesadaran akan pentingnya untuk mengkonsumsi susu untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi tubuh manusia. Usaha peternakan sapi perah sangat bagus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan susu yang mengandung protein yang baik untuk kesehatan dan tubuh manusia.
Salah satu hewan ternak penghasil susu yang banyak diolah adalah sapi perah. Sapi perah atau sapi Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu trah sapi perah yang sekarang dikenal sebagai sapi yang terbanyak memproduksi susu di peternakan susu. Sapi ini berasal dari Negara Eropa, Friesian Holstein (FH) dikembangbiakkan di daerah yang sekarang menjadi Provinsi Holland Utara dan Friesland, Belanda. Sapi Holstein berukuran besar dengan totol-totol warna hitam dan putih di sekujur tubuhnya. Nah Sahabat Moo, sapi Friesian Holstein (FH) di daerah asalnya Holland Utara dan Friesland, Belanda sapi bisa menghasilkan susu sebanyak 7.245 kg per masa laktasinya. Sedangkan di Indonesia sapi jenis Friesian Holstein (FH) ini dapat menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050 kg per tahun susu dalam 1 kali masa laktasi.
Nah Sahabat Moo, sebelum kita membahas tentang perbedaan teknik pemerahan susu sapi pada sapi perah, kita intip dulu yuk tentang jenis-jenis sapi perah yang dibudidayakan di dunia dan di Indonesia. Di Indonesia Sebagian besar pekerjaan masyarakatnya adalah sebagai petani, salah satunya sebagai peternak sapi. Nah Sahabat Moo: Apa saja sih, jenis-jenis sapi perah yang ada di Indonesia dan di dunia? Ternyata Sahabat Moo, terdapat bermacam-macam jenis sapi perah yang dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan dunia yaitu sebagai berikut:
1. Sapi Friesian Holstein (FH).
Salah satu jenis sapi perah yang ada di Indonesia yaitu jenis sapi Friesian Holstein (FH). Friesian Holstein merupakan salah satu ras sapi yang memiliki keunggulan genetik untuk bisa memproduksi susu dengan potensi dalam satu hari sebanyak 25-60 liter susu per ekor. Sapi Friesian Holstein berasal dari Eropa tepatnya di daerah Friesland, North Holland, Belanda, sapi FH memiliki bobot sapi jantannya mencapai 1 ton sedangkan sapi betinanya bisa mencapai 625 kg. Pengembangan usaha sapi perah merupakan suatu keadaan mengenai peluang potensial yang disertai dukungan berbagai aspek sumber daya yang dimiliki peternak sapi perah. Produksi susu sapi FH di daerah asalnya bisa mencapai 7.245 kg per masa laktasi, sedangkan di Indonesia 4.500-5.500 liter per masa laktasi atau setara dengan 10 liter susu per ekor per hari.
2. Sapi Jersey.
Sapi Jersey ini berasal dari pulau Jersey yang terletak di selat antara Inggris dan Perancis. Sapi Jersey memiliki warna tubuh yang beragam, mulai dari hitam, merah tua, coklat kekuningan terkadang dibagian tertentu ada warna putih, tanduk sapi ini lebih panjang dari sapi FH dan mengarah keatas. Jenis sapi perah ini memiliki bobot mencapai 625 kg untuk pejantan dan 425 kg untuk yang betina, sedangkan produktivitas susunya mencapai 2.500 liter per masa laktasi.
3. Sapi Guernsey.
Sapi Guernsey ini berasal dari pulau Guernsey, Inggris Selatan. Sapi ini dikembangbiakkan dari sapi liar Bos Typicus Longifrons. Sapi ini memiliki warna kulit coklat kekuningan mendekati merah bercampur dengan putih. Tanduk sapi ini memiliki ukuran sedang, dengan arah tanduknya agak condong atau lurus ke depan. Bobot sapi jantan bisa mencapai 700 kg dan sapi betina 475 kg, produksi susunya mencapai 2.750 liter per masa laktasi.
4. Sapi Brown Swiss.
Sapi ini berasal dari di Negara Swiss, dengan memiliki warna tubuh sapi agak keabu-abuan mendekati warna coklat. Sapi Brown Swiss memiliki badan cukup besar, sapi jantan bisa mencapai 900 kg dan sapi betina 600 kg. Dan produktivitas susu sapi ini mencapai 3.000 kg per tahun pada masa laktasinya.
5. Sapi Ayrshire.
Sapi ini berasal dari Negara Skotlandia, dengan memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan serta terdapat warna belang putih, Ayrshire mempunyai tanduk yang cukup panjang dan tumbuh tegak lurus ke atas. Sapi ini memiliki bobot 725 kg untuk jantan sedangkan betina memiliki bobot 550 kg, sapi ini memiliki produktivitas susunya sekitar 3.500 liter per masa laktasi.
6. Sapi Sahiwal.
Sapi Sahiwal berasal dari daerah Punjab, perbatasan Pakistan dan India. Sapi jenis ini tergolong sebagai jenis sapi perah tropis terbaik. Sapi Sahiwal memiliki tubuh dengan warna kulit dan bulu yang beraneka ragam, kebanyakan berwarna coklat muda  hingga kemerahan. Bulunya yang halus dan kakinya yang pendek, sapi ini memiliki bobot tubuh sekitar 500-600 kg untuk jantan dan 450 kg untuk betina. Produktivitas dari susu yang dihasilkan sekitar 2.500-3.000 kg per masa laktasi.
7. Sapi Red Sindhi.
Sapi Red Sindhi ini berasal dari India, terutama berkembang di daerah-daerah kering dan panas. Tubuh sapi ini memiliki kulit dan bulu yang  berwarna merah tua, dan memiliki ukuran tubuh yang kecil. Sapi jantan dewasa berbobot 450-500 kg dan betina 350 kg. produktivitas susunya 1.700 kg per masa laktasinya.
8. Sapi Gir.
Sapi Gir ini masih berasal dari India. Namun pada umumnya sapi ini berwarna putih, ada juga yang berwarna bercak coklat atau hitam dan warna kuning kemerahan. Berat badan sapi dewasa sekitar 600 kg dan betina 400 kg. Produktivitas susu sapi ini mencapai 2.000 kg per masa laktasi.
9. Sapi Ongole.
Sapi Ongole ini berasal dari India juga, sapi Ongole banyak ditemukan di Indonesia namun biasanya diperlakukan sebagai sapi pedaging. Warnanya kulit dan bulu sapi ini adalah putih agak gelap. Dengan bobot tubuh pejantannya mencapai 500-600 kg dan betina 450-500 kg. produktivitas susu sapi ini relatif sedikit hanya 1.250-1.500 kg susu per masa laktasi.
10. Peranakan Sapi Friesian Holstein (PFH) atau Sapi Grati.
Sapi ini banyak ditemukan di daerah Jawa Timur. Sapi ini dari persilangan antara pejantan Friesien Holstein (FH) dengan sapi betina lokal dari jenis Jawa dan Madura. Sapi PFH memiliki tubuh agak besar dengan daya tahan tubuh terhadap iklim tropis yang baik. Sapi ini memiliki produktivitas susu sapi berkisar 2.500-3.000 liter per masa laktasi.
11. Sapi Frieswal.
Sapi Frieswal adalah sapi persilangan dari perkawinan sapi Sahiwal dan sapi FH. Sapi ini tergolong sapi yang jinak dan juga mudah untuk dijinakkan serta sapi ini memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap serangan kutu, parasit, dan cuaca ekstrim. Hasil produksi susu sapi Frieswal ini sekitar 1.000-1.500 liter per tahun atau masa laktasinya. Produksi ini tergolong banyak dengan kandungan protein dan lemak yang tinggi.
12. Sapi Red Danish.
Sapi Danish ini menghasilkan susu dengan protein dan lemak yang tinggi, jumlah produksi susu pada sapi Danish yaitu sekitar 3.998 kg per tahun. Kadar lemaknya sekitar 4,3% dengan kualitas Marbling yang tinggi sapi ini tidak hanya bisa dijadikan sapi perah namun bisa juga dijadikan sapi pedaging yang bisa dijadikan steak.
Susu sapi segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang bernilai gizi tinggi. Susu sapi segar adalah cairan putih yang berasal dari ambing (kelenjer payudara) yang di keluarkan melalui putting sapi dan diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya dari susu tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu adalah bahan makanan yang paling baik untuk kesehatan, karena susu mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna, semua zat makanan yang terkandung di dalam air susu dapat diserap oleh dara dan dimanfaatkan oleh tubuh. Selain itu susu adalah media yang paling disenangi oleh berbagai bibit penyakit untuk dipakai sebagai tempat hidup atau tempat berkembang biak (Navyanti dan Adriyani, 2015).
Komponen susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain:
1. Jenis ternak dan keturunannya (hereditas).
2. Tingkat laktasi atau produktivitas susu sapi.
3. Umur ternak.
4. Infeksi (terluka) atau peradangan yang terjadi pada ambing (kelenjer Payudara).
5. Nutrisi atau pakan ternak.
6. Lingkungan.
7. Prosedur pemerahan ternak.
Keseluruhan faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Faktor-faktor yang ditimbulkan oleh lingkungan.
2. Genetika.
3. Manajemen.
Akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah antara lain; lemak 3,8%, protein 3,3%, laktosa 4,8%, abu (mineral) 0,71%, dan air 87,4%. Lemak susu utamanya terdiri dari 97-98% trigliserida, 0,2-1% fosfolipida, sterol bebas seperti kolesterol dan skualena, sedikit asam lemak bebas. Kadar protein di dalam air susu rata-rata 3,20% yang terdiri dari 2,70% kasein dan 0,50% albumin. 26,50% protein berasal dari bahan kering air susu, di dalam air susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein di dalam air susu juga merupakan penentu kualitas air susu sebagai bahan konsumsi. Kadar laktosa didalam air susu ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa terbentuk dari dua komponen gula yaitu glukosa dan galaktosa yang berguna sebagai sumber energi dan mengoptimalkan penyerapan kalsium dan zat besi bagi tubuh. Air susu memiliki rasa yang sedikit manis ditentukan oleh laktosa karena pada susu mengandung laktosa yang bermanfaat untuk tubuh. Hal ini disebabkan karena kurangnya enzim laktosa dalam mukosa usus. Selain itu terdapat berbagai macam mineral serta sejumlah kecil vitamin yang larut di dalam air dan lemak juga enzim-enzim.
Sebelum melakukan pemerahan pada sapi perah, ada beberapa hal yang harus disiapkan oleh peternak sapi, yaitu diantaranya sebagai berikut:
1. Kandang sapi sudah dibersihkan dengan menggunakan air.
2. Peralatan yang akan digunakan berada dalam keadaan steril.
3. Bersihkan ambing (kelenjer payudara) dan putting sapi dengan air hangat, suhu air yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan ambing (kelenjer payudara) dan putting berkisar 48-57oC dan lebih baik jika air mengandung antiseptik.
Kegunaan dari tujuan membersihkan atau mencuci ambing (kelenjer payudara) dan putting dengan air hangat bertujuan untuk:
a. Merangsang keluarnya air susu dari putting.
b. Mengurangi kemungkinan air susu terkontaminasi oleh bakteri.
c. Mengurangi munculnya mastitis yang menyebabkan penurunan produksi susu hingga 30% (Setiawan, 2016).
Untuk menghindari adanya kemungkinan mastitis, pada pemerahan pertama dan kedua air susu ditampung dalam cangkir yang ditutup dengan kain hitam atau kain kasa, kemudian dilihat apakah susu bercampur dengan darah ataupun nanah (cairan kuning). Bila susu sapi yang terjangkit penyakit mastitis pemerahan harus segera dihentikan, bila tidak pemerahan bisa dilanjutkan. Susu yang diperah segera disaring dengan kain nilon yang halus atau kain kasa. Setelah pemerahan, ambing (kelenjer payudara) dan putting sapi dibilas dengan air hangat yang bersih lalu dicelup dengan larutan biocid (Latifa, 2015).
Persyaratan kualitas susu mencakup persyaratan fisik kimia (chemico-physical-requirement) dan bakteri (bacteriological reuirement). Pemeriksaan secara fisik dapat dilakukan dengan memeriksa warna, rasa dan aroma susu dengan indera, sedangkan pemeriksaan kualitas susu secara kimia dilakukan dengan menggunakan zat kimia atau reaksi kimia tertentu. Pemeriksaan kualitas susu secara biologis dapat dilakukan dengan mikroskopis, bakteriologis dan biokemis, biasanya susu harus mempunyai kualitas bakteri yang baik. Pertumbuhan bakteri yang cepat pada susu segar dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Susu sangat mudah terkontaminasi dengan komponen lain oleh karena itu perlu penanganan yang ekstra agar susu yang dihasilkan nanti sesuai dengan standar kualitas dan mutu susu yang di perlukan. Kualitas susu segar dapat menurun karena ada faktor yang mempengaruhi yaitu higienitas dan sanitasi (Adryana, 2011).
Teknik pemerahan pada sapi perah dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu:
1. Teknik pemerahan manual atau menggunakan tangan.
Pemerahan susu sapi dengan menggunakan tangan hasilnya kurang bagus dan kurang steril karena secara tradisional pada saat pemerahan susu terkadang terkontaminasi dengan benda-benda yang akan masuk saat pemerahan seperti, bulu sapi. Pemerahan secara manual atau menggunakan tangan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
a. Tangan penuh (Whole Hand).
Cara ini adalah cara yang terbaik, karena putting tidak akan menjadi Panjang. Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Putting dipegang antara ibu jari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari (Setiawan, 2016).
b. Perah jepit.
Putting diletakkan antara ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal putting ke bawah sambil memijit, car aini dilakukan hanya untuk pemerahan panghabisan dan untuk putting yang kecil atau pendek yang sukar dikerjakan dengan cara lain (Setiawan, 2016).
c. Perah pijit (Knevelen).
Pemerahan sapi dilakukan dengan selang waktu tertentu agar dapat menstimulasikan sapi untuk terus memproduksi susu.
2. Teknik pemerahan dengan menggunakan mesin perah (Milking Machine).
Pemerahan secara modern yaitu pemerahan yang dilakukan dengan menggunakan mesin perah yaitu proses pemerahannya secara otomatis, pemerahan dengan menggunakan mesin dapat mengurangi kontak langsung lingkungan kandang dan pekerja pemerahan dan kapasitas pemerahan menggunakan mesin lebih tinggi dan hasil susu terjaga kualitas dan mutu susu.
Nah Sahabat Moo sekarang ini, cara pemerahan susu sapi tradisional sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke cara pemerahan modern. Cara ini dilakukan dengan menggunakan metode pengisapan. Mesin ini menghasilkan susu lebih banyak karena tidak bergantung dengan tenaga manusia saat proses pemerahan sapi. Selain itu, pemerahan dengan menggunakan mesin dapat menekan atau menurunkan jumlah total bakteri yang ada pada susu hingga 75%. Terdapat dua mesin pemerah susu sapi, yaitu mesin perah susu sapi portabel dan mesin perah susu sapi permanen (Latifa, 2015).
Mekanisme kerja mesin pemerah atas dasar perbedaan tekanan udara yang dibangkitkan oleh motor pembangkit vakum atau pompa vakum. Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan karet inflasi di dalam tabung perah kembang kempis memijat putting. Pada saat udara masuk ke dalam tabung mesin perah, yaitu diantara tabung perah dan karet inflasi, karet inflasi mengempis. Peristiwa ini disebut fase istirahat, selanjutnya udara di dalam tabung menjadi hampa udara. Oleh karena itu di dalam tabung dan karet inflasi pompa (tidak ada tekanan) sedangkan di dalam ambing (kelenjer payudara) bertekanan, maka susu terdorong keluar. Peristiwa pemerahan ini disebut fase perah. Supaya fase perah dan fase istirahat dapat berlangsung secara bergantian, maka mesin perah dilengkapi dengan pulsator yang memiliki fungsi untuk mengatur tekanan udara antara keadaan bertekanan dan hampa udara (Himam, 2008).
Sedangkan pemerahan dengan cara modern atau dengan menggunakan alat lebih steril karena dilakukan dengan alat tanpa tersentuh oleh tangan yang dapat menyebabkan kontaminasi pada hasil susu sapi. Pemerahan adalah Tindakan mengeluarkan susu dari ambing (kelenjer payudara) dan putting, pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal.
Pemerahan tradisional atau dengan menggunakan tangan.
Kelemahan pemerahan dengan tangan yaitu:
1. Hasil pemerahan kurang optimal atau bagus.
2. Membutuhkan waktu yang lama dalam pemerahan.
3. Pekerjaan terlalu berat dalam memerah.
4. Waktu pemerahan lam, dampak tercemar mikroba lebih besar.
Kelebihan pemerahan menggunakan tangan:
1. Dapat mengeluarkan bakteri dari pemerahan pertama.
2. Hasil susu lebih enak diminum secara langsung.
Pemerahan modern yaitu pemerahan menggunakan mesin perah yang proses pemerahannya otomatis, pemerahan dengan menggunakan mesin dapat mengurangi kontak langsung lingkungan kandang dan pekerja pemerahan dan kapasitas pemerahan menggunakan mesin lebih tinggi dan hasil susu terjaga. Sebelum pemerahan kendang dan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu untuk mencegah mikroba menempel pada susu dan menyebabkan susu terkontaminasi.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pemerahan pada sapi perah menggunakan mesin perah yaitu:
1. Kandang dan sapi perah harus dibersihkan dengan air terlebih dahulu.
2. Mesin perah disediakan.
3. Aliran listrik dihidupkan..
4. Ambing (kelenjer payudara) dan putting harus diperhatikan kebersihannya.
5. Kegiatan pemasangan mesin penyedot (vacum cleaner) ditempatkan satu-persatu dengan hati-hati pada bagian putting susu sapi perah.
6. Ketika pemerahan sedang berjalan, berilah catatan pada setiap tabung yang sudah terisi susu sesuai dengan nomor sapinya.
7. Setelah pemerahan selesai, semua alat dibersihkan dan disimpan kembali.
Pemerah modern dengan menggunakan mesin perah.
Kelebihan pemerahan pada sapi perah menggunakan mesin yaitu:
1. Dengan menggunakan mesin perah, maka kualitas hasil pemerahan susu lebih optimal, karena pada saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana.
2. Waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat.
3. Pekerja tidak terlalu berat dalam memerah.
4. Waktu pemerahan susu lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba atau bakteri lebih kecil.
Kekurangan dari pemerahan menggunakan mesin yaitu:
1. Biaya untuk membeli mesin terlalu mahal.
2. Jika semua mesin dinyalakan maka listrik yang terpakai juga harus besar (Jefry, 2016).
3. Sesudah melakukan pemerahan sebaiknya bagian putting dicelupkan dalam larutan antiseptic untuk menghindari terjadinya mastitis (Syarif dan Harianto, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Adryana, A. 2011. Mutu Susu Segar Friesian Holland (FH) di Kawasan Gunung Perak Kabupaten Sinjai. Skripsi. Makassar: Fakultas    Peternakan Universitas Hasanudin.
Himam, S. 2008. Alat Pemerahan Susu (Milking Machine). Makalah. Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
https://erakini.com/jenis-sapi-perah/. Diakses pada tanggal 30 November 2021.
https://sumbarprov.go.id/home/news/11169-jenis-sapi-perah. Diakses pada tanggal 30 November 2021.
Jefry Tribudi Setiawan. 2016. Perbandingan kasus mastitis pada sapi perah Friesian Holstein yang diperah secara manual dan diperah  menggunakan mesin perah. Surabaya: Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
Latifa,O. H. A. 2015. Identifikasi Bakteri Echericia coli pada Susu Sapi Segar dan Susu Sapi CAir Kemasan Ultra High Temperature  (UHT) di Kecamatan Mampang Prapatan. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehaatan Universitas Islam Negeri Syarif   Hidayatullah.
Navyanti, F. dan R. Adriyani. 2015. Higiene Sanitasi, Kualitas Fisik dan Bakteriologi Susu Sapi Segar Perusahaan Susu X di Surabaya. Â Jurnal Kesehatan Lingkungan 8 (1): 36-47. Surabaya.
Setiawan, J. T. 2016. Perbandingan Kasus Mastitis Pada Sapi Perah Friesian Holstein yang diperah secara Manual dan diperah  Menggunakan Mesin Perah. Skripsi. Surabaya. Program Studi Diploma III Kesehatan Ternak Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
Syarif dan Harianto. 2011. Produksi dan kualitas Susu Sapi FH Laktasi yang diberi pakan daun pelepah sawit. Jurnal ilmu produksi dan  teknologi hasil peternakan, 4 (3): 345-349. Jakarta. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H