Sapi ini banyak ditemukan di daerah Jawa Timur. Sapi ini dari persilangan antara pejantan Friesien Holstein (FH) dengan sapi betina lokal dari jenis Jawa dan Madura. Sapi PFH memiliki tubuh agak besar dengan daya tahan tubuh terhadap iklim tropis yang baik. Sapi ini memiliki produktivitas susu sapi berkisar 2.500-3.000 liter per masa laktasi.
11. Sapi Frieswal.
Sapi Frieswal adalah sapi persilangan dari perkawinan sapi Sahiwal dan sapi FH. Sapi ini tergolong sapi yang jinak dan juga mudah untuk dijinakkan serta sapi ini memiliki daya tahan tubuh yang kuat terhadap serangan kutu, parasit, dan cuaca ekstrim. Hasil produksi susu sapi Frieswal ini sekitar 1.000-1.500 liter per tahun atau masa laktasinya. Produksi ini tergolong banyak dengan kandungan protein dan lemak yang tinggi.
12. Sapi Red Danish.
Sapi Danish ini menghasilkan susu dengan protein dan lemak yang tinggi, jumlah produksi susu pada sapi Danish yaitu sekitar 3.998 kg per tahun. Kadar lemaknya sekitar 4,3% dengan kualitas Marbling yang tinggi sapi ini tidak hanya bisa dijadikan sapi perah namun bisa juga dijadikan sapi pedaging yang bisa dijadikan steak.
Susu sapi segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang bernilai gizi tinggi. Susu sapi segar adalah cairan putih yang berasal dari ambing (kelenjer payudara) yang di keluarkan melalui putting sapi dan diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya dari susu tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu adalah bahan makanan yang paling baik untuk kesehatan, karena susu mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna, semua zat makanan yang terkandung di dalam air susu dapat diserap oleh dara dan dimanfaatkan oleh tubuh. Selain itu susu adalah media yang paling disenangi oleh berbagai bibit penyakit untuk dipakai sebagai tempat hidup atau tempat berkembang biak (Navyanti dan Adriyani, 2015).
Komponen susu dapat sangat beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain:
1. Jenis ternak dan keturunannya (hereditas).
2. Tingkat laktasi atau produktivitas susu sapi.
3. Umur ternak.
4. Infeksi (terluka) atau peradangan yang terjadi pada ambing (kelenjer Payudara).