Mohon tunggu...
I Nengah Suardana
I Nengah Suardana Mohon Tunggu... Guru - Guru Agama Hindu, SD Negeri 1 Manggissari

Guru Agama Hindu di SD Negeri Satu Manggissari , Pekutatan, Jembrana , Bali

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Sarana Persembayangan Umat Hindu

30 Juni 2024   11:17 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:32 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kwangen

Kwangen berasal dari bahasa jawa kuno yaitu “Wangi” yang artinya harum. Bagi umat Hindu Kwangen merupakan hal yang sangat penting. Kwangen dipakai untuk memuja Sang Hyang Widi Wasa dalam wujud purusa pradana (Arda Nareswari) dan sebagai pemberi anugrah. 

Kwangen dibuat dari daun pisang yang berbentuk lonjong dan juga berbentuk segitiga lancip karena memiliki lambang dari Ardhacandra. Yang dilengkapi dengan daun-daunan plawa, dan hiasan puncaknya digunakan janur yang berbentuk cili, disertai bunga. Di dalamnya diisi perlengkapan hiasan dari janur yang disebut bunga, uang kepeng dan porosan silih asih. 

Adapun yang dimaksud porosan silih asih adalah dua potong daun sirih yang diisi kapur dan pinang, diatur sedemikian rupa sehingga jika digulung tampak bolak-balik, yaitu yang satu tampak bagian perutnya dan yang satu lagi tampak punggungnya.

Fungsi dari kwangen yaitu sebagai Ista Dewata yang artinya adalah Dewata yang diinginkan dan dimohon kehadirannya pada waktu bersembahyang, misalnya sebagai Batara Brahma, Batara Siwa dan lainnya. Jika tidak ada kwangen maka sebagai gantinya dapat dipergunakan bunga. 

Kwangen juga menyimbolkan sesari dan berfungsi sebagai penebus segala kekurangan yang ada. Kemudian bunga, bunga yang digunakan adalah bunga yang berbau harum dan tidak layu bunga merupakan simbol dari ketulus ikhlasan dan kesucian hati. Dalam sembahyang kwangen simbol Omkara/Ongkara. 

Omkara adalah aksara suci Sanghyang Widhi. Dengan demikian kwangen adalah simbol Sanghyang Widhi. Oleh karena itu pada waktu sembahyang memakai sarana kwangen hendaknya sedemikian rupa sehingga muka kwangen berhadap-hadapan dengan muka penyembahnya. Hal ini dimaksudkan agar penyembah dengan yang disembah berhadaphadapan.

Kwangen merupakan sejenis upakara sebagai simbol Tuhan atau "om kara", yaitu : kojong merupakan simbol angka tiga, potongan bagian atas yang lonjong merupakan simbol “Ardhacandra”, uang yang bentuknya bulat adalah simbol “vindu”, sedangkan cili atau bunga beserta daun-daunnya adalah simbol “nada”. 

Kwangen ini adalah tanda atau isyarat agar umat atau bhakta syang akan mengingat, mengucapkan, dan mengharumkan nama suci Tuhan. Keberadaan Kwangen sangat penting dalam upacara persembahyangan karena memiliki makna simbolik yang dipuja yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa). 

Dalam lontar Siwagama disebutkan bentuk kwangen sebagai simbol "om kara" dalam bentuk upakara, Kwangen memiliki bentuk yang kecil, yaitu bagian bawah lancip dan bagian atas mekar seperti bunga yang sedang kembang. Dapat dimaknai bahwa Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa) adalah indah, harum, dan suci sehingga menarik untuk dipuja dan dimuliakan. Cara penggunaan Kwangen yaitu dijepit (dipegang) pada cakupan kedua telapak tangan tepat sejajar dengan ubun-ubun dan menghadap pada diri kita.

Tirtha 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun