Mohon tunggu...
I Nengah Suardana
I Nengah Suardana Mohon Tunggu... Guru - Guru Agama Hindu, SD Negeri 1 Manggissari

Guru Agama Hindu di SD Negeri Satu Manggissari , Pekutatan, Jembrana , Bali

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Sarana Persembayangan Umat Hindu

30 Juni 2024   11:17 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia lahir dengan dikaruniai akal, pikiran serta kemampuan yg berbedabeda. Untuk itu manusia membutuhkan suatu hal untuk dirinya sebagai pondasi kehidupan seperti beragama contohnya. Dengan beragama manusia dapat menyelesaikan masalah dengan didorong oleh hal-hal religius dari suatu agama itu sendiri. Manusia membutuhkan sesuatu kekuatan spiritual ataupun konsep beribadah. 

Hal ini, berlaku pada setiap manusia yang beragama. Ibadah dapat melatih diri manusia dan akan membentuk akhlak yang baik. Akhlak yang baik merupakan hasil dari cerminan manusia yang beragama. Setiap umat beragama memiliki aktivitas Ibadah yang rutin dilakukan. Bagi umat Hindu Ibadah yang dilakukan adalah sembahyang dengan persiapan lahir dan batin. 

Kelahiran agama Hindu secara historis, dilatar belakangi oleh akulturasi kebudayaan antara suku Arya sebagai bangsa pendatang dari Iran dan Dravida sebagai penduduk asli India. Bangsa Arya masuk ke India kira-kira tahun 1500 SM. 

Dengan segala kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat primitif (posesif), telah menjadi thesa (Dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan) di satu pihak, dan kepercayaan bangsa Dravida yang animis telah menjadi antitesa (tanggapan) di lain pihak. Dari sinkretisme antara keduanya, maka lahir agama Hindu (Hinduisme) sebagai synthesa (kesimpulan).

Kitab suci agama Hindu yaitu Veda/Weda, Weda secara etimologi berasal dari kata “Vid” (bahasa sansekerta) yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. 

Kitab suci weda dikenal pula dengan surti, yang artinya bahwa kitab suci weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan pemekaran intitusi para maha Resi (para dewa). Selain itu, bagaimana cara mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi dengan melakukan metode yang diajarkan di dalam kitab suci Weda yaitu, empat jalan yang disebut Catur Marga atau Catur Yoga, Dalam konsep penyembahan terhadap Sang Hyang Widhi dalam agama Hindu tidak terlepas dari Yadnya. 

Kata Yadnya berasal dari kata “YAJ” dalam bahasa sanskerta yang berarti Korban, pemujaan. Yadnya berarti upacara korban suci. Sebagai suatu pemujaan yang memakai korban suci, maka Yadnya memerlukan dukungan sikap mental yang suci disamping adanya sarana yang akan dipersembahkan atau dikorbankannya.

Sarana yang melengkapi pelaksanaan Yadnya diistilahkan dengan upakara dan sajen. Secara etimologi upakara mengandung pengertian pelayanan yang ramah tamah atau kebaikan hati. Yadnya juga merupakan kebaktian, penghormatan dan pengabdian atas dasar kesadaran dan cinta kasih yang keluar dari hati sanubari suci dan tulus ikhlas sebagai pengabdian yang sejati kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).

Adapun Ibadah dalam agama Hindu disebut juga dengan sembahyang, sembahyang dalam agama Hindu diawali dengan persiapan terlebih dahulu. Sembahyang ini meliputi persiapan secara lahir dan batin. Secara lahir persiapan itu dapat meliputi kebersihan badan, sikap duduk yang baik, pengaturan nafas, sikap tangan dan lain-lain yang merupakan sarana penunjang persiapan ini yaitu pakaian yang bersih tidak mengganggu ketenangan pikiran, adanya bunga (kembang) dan dupa. 

Sedangkan persiapan batin adalah ketenangan dan kesucian pikiran. Pada umumnya umat Hindu memerlukan peralatan untuk melakukan sembahyang harian atau yang disebut juga dengan istilah Tri Sandhya contoh peralatannya yaitu seperti dupa dan lainnya. Dengan ini saya sebagai penulis tertarik untuk memperdalam apa saja peralatan di dalam sembahyang dalam agama Hindu.

METODE

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun