Katanya keranjingan game online, sampai tak cukup satu giga mengisi kuota setiap harinya.
Sudah sama percis pengeluaran tiap harinya seperti suaminya untuk merokok.
"Kamu itu gimana sih Nong, dibiarin aja, sesekali rampas HP nya! Ngisi kuota sudah kaya Bapak beli rokok saja!"
Kata-kata itu yang aku ingat dari Ibu penjual kopi, yang disampaikan sambil menyeduh beberapa kopi pembelinya.
Tidak peduli pada keadaan sekitar, mengomel saja terus. Bahkan aku sangsi perempuan yang dia panggil Nong-yang anaknya itu juga peduli atau tidak.
Tapi pemandangan itu yang aku saksikan saat ini, sambil menunggu giliran kopiku dihidangkan dari gelas plastik yang tak kunjung tiba.
"A ini, hitam ya kopinya? Kesel banget A, duh. Kita yang cape dagang dari pagi sampe sore begini, eh, anak ama cucu yang ngabisin uangnya. Suaminya gak ngerti juga saya, sudah tiga bulan gak pulang, ngirim uang juga gak," keluh Ibu penjual kopi.
"Jadi beban aja sekarang buat saya, mending kalau mau kerja dia, bantu-bantu di rumah orang, cuciin baju, bersiin apa ke, ini mah boro-boro," rupanya belum selesai Ibu penjual kopi itu ngomel.
Semoga menjadi bahan renungan, apa yang aku alami hari ini bisa kamu bayangkan juga.
Seseorang yang tidak kita kenal, seolah seperti mengadu ke kita tentang kesialan yang selama ini dia alami.
Bagaimana aku harus menanggapi itu, aku juga gak tau. Hal itu berdampak pada selera ngopi yang hilang begitu saja.