"Lumayan a,"
"Rame terus ya bu?"
"Tergantung a,"
"Tergantung apa bu,"
"Lagi rajin atau gak-nya Satpol PP,"
"Loh ko, apa hubungannya?"
"Ada hubungannya a, kalau lagi rajin kan ada razia, ibu suka gak bisa dagang, ya sepi. Kalau gak rajin ya kaya sekarang, rame,"
Ibu pedagang kopi ini hanya beralas tikar, dan dua termos. Dia membawa semacam wadah berbentuk baskom dengan macam-macam minuman kemasan di dalamnya yang siap diseduh kapan pun di situ.
Dia mengenakan tutup kepala seperti ciput, juga bertubuh agak gempal, pergerakannya lamban sekali. Mungkin terkendala oleh tubuh gempalnya-belum lagi usianya juga sepertinya sudah lanjut.
Aku tidak kembali ke tempat semula, setelah bertemu Bapak yang seperti pensiunan tadi, aku diam saja jongkok di hadapan ibu penjual kopi.
Dia sedang terus-terussan mengomel pada anaknya, lantaran membiarkan cucunya memainkan HP sepanjang hari.