Kehadiranya juga-seingatku sudah sejak sebelum aku tiba di sini. Dia datang ke sini lebih dulu. Mengobati rasa penasaran, sambil membunuh waktu menunggu Iwan, aku menghampiri pria itu.
"Pak, sudah lama di sini?,"Â tanyaku.
"Sudah, dari pagi saya sudah ke sini," jawabnya. Â Â
"Pensiunan TNI Pak?," tanyaku lagi.
"Bukan, dulu saya dagang, sekarang sudah tidak,"
Mengingat pertanyaanku soal dia pensiunan itu, aku jadi ketawa sendiri. Entah datang dari mana tiba-tiba terbersit saja pertanyaan itu aku tanyakan.
Bukan tanpa alasan, memang tampilannya juga begitu-dekat sekali ke bapak-bapak sepuh lansia, pensiunan TNI.
Mengenakan celana bahan warna hijau tua, kameja rapi warna putih, potongan rambut juga disisir rapi sekali, membawa tas selendang besar warna hitam yang disimpan di sampingnya.
"Oh ya, maaf pak. Aku pikir pensiunan TNI,"Â kelakar ku.
"Memang pernah punya cita-cita mau jadi tentara, tapi Gusti nyuruh dagang saja,"
"Memang kenapa sekarang sudah gak dagang pak?,"