Artinya sudah satu jam aku di sini, dan Iwan, Â kawanku belum juga tiba. Padahal sudah lewat setengah jam dari waktu yang dia sendiri janjikan datang.
Menyadari itu, aku langsung cek handphone, satu saja pemberitahuan pesan masuk-tidak ada.Â
"Wan masih dimana?", begitu isi pesan WA ku ke Iwan.
Dua menit berlalu, Iwan membalas pesanku. "Sori telat".
Hanya itu, tanpa kejelasan apapun. Kenapa telat dan kapan akan tiba jika telat, Iwan bungkam. Tak lagi membalas pesan.
Ya sudah, bukan persoalan serius bagiku. Aku masih bisa menikmati suasana Hutan Kota sendiri, melihat orang-orang yang datang dan pergi, bahkan ada yang tak beranjak sama sepertiku, hanya diam saja.Â
Jika boleh kembali aku berprasangka pada seseorang di sudut kiri itu, mungkin dia juga sedang menunggu kedatangan seseorang, sama seperti aku.
Ketika diperhatikan lagi dengan seksama, prasangka itu gugur, dia menurutku tidak sedang menunggu seseorang untuk datang, dia tidak sama sepertiku.
Dia diam di sana memang itulah tujuannya. Pergi dari tempatnya semula, datang ke Hutan Kota.
Tidak sama sekali terbersit tubuh-tubuh gelisah dalam setiap geraknya, dia justrul sebaliknya, merasa nyaman, menikmati tempat yang didudukinya.
Pandangannya tulus melihat pohon, orang melintas, daun gugur, bahkan debu yang sesekali menghardik terbaawa angin ke arahnya.