Hal itu pula yang membuat Zaldi harus memutuskan, untuk tidak melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di Tulang Bawang.
Sedangkan Siti, sebagai putri bungsu dari tokoh masyarakat di desa, melanjutkan sekolah menengah atas di Tulang Bawang dan pulang ke rumah di Way Dente, pada hari sabtu dan minggu.
Mereka biasa berjumpa di aliran sungai Tulang Bawang, saat Siti kembali ke desa atau di perkebunan tebu tepi desa, saat Zaldi pulang dari menjaring ikan.
"Zaldi, ini terimalah," ucap Siti, seraya menyerahkan sebuah buku.
"Apa ini, aku sudah tidak sekolah," sambut Zaldi.
Siti hanya tersenyum kecil, tangannya memilin-milin ujung jilbab putih dan berkata, "kau anak cerdas di smp dahulu, Zaldi."
"Biar tak sekolah, kau belum lupa cara membaca, kan?" Lanjutnya.
"Terima kasih, kau masih ingat saja," jawab Zaldi dengan wajah kikuk.
Siti melanjutkan langkahnya dan berjalan menjauhi Zaldi, namun tiba-tiba langkahnya terhenti dan ia menoleh kembali pada Zaldi.
"Besok bisa kau antar aku ke Menggala dengan sampanmu?" Ucapnya.
Zaldi yang sedari tadi tak lepas pandangannya dari Siti, spontan menjawab, "tentu, tunggu saja jam 7 pagi di dermaga pak Zul."