PEMAKNAAN LIBAS DENGAN METODE ANALISIS SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU
Inayatu Rohmah
Inyaturhmah3@gmail.com
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Abstrak : Bahasa Al-Qur`an memiliki karya sastra yang tinggi. Dari segi lafadz maupun Maknanya sangatlah indah. Salah satunya membahas mengenai al-libas (pakaian). Kajian ini akan menganalisis makna kata Libas dalam Al-Qur'an . Konsep kata pakaian dalam al Qur'an belum terungkap sepenuhnya. Â Â Banyak yang mengatakan bahwa kata libas dalam Al-Qur'an diartikan sebagai pakaian saja, akan tetapi kata libas dalam Al-Qur'an mencakup beberapa makna. Maka kata libas menjadi kata kunci yang menarik untuk dikaji dengan metode semantik, dengan harapan bisa menetahui tentang makna dasar libas, makna rasional libas, dan perubahan makna libas yang terjadi dari masa ke masa ( pra- Qur'anik, Quranik, dan pasca-Qur'anik). Selain itu, akan diketahui juga tentang pandangan dunia terhadap makna kta libas. Jadi, akan dihasilkan makna libas tidak hanya secara tekstual, tapi juga secara kontekstual.
Kata Kunci : Libas, Semantik
Abstract : The language of the Qur'an has a high literary work. In terms of pronunciation and its meaning is very beautiful. One of them discusses al-libas (clothing). This study will analyze the meaning of the word Libas in the Qur'an. The concept of the word clothing in the Qur'an has not been fully disclosed. Many say that the word libas in the Qur'an is defined as clothing only, but the word libas in the Qur'an includes several meanings. Then the word libas becomes an interesting keyword to study using the semantic method, with the hope of knowing about the basic meaning of libas, the rational meaning of libas, and changes in the meaning of libas that have occurred from time to time (pre-Qur'anic, Quranic, and post-Qur'anic). 'anik). Besides that, it will also be known about the world view of the meaning of kta libas. So, libas meaning will be generated not only textually, but also contextually.
Keywords: Libas, Semantics
Pendahuluan
Tidak ada pelafalan tanpa makna atau sebaliknya, meskipun pelafalan yang digunakan berasal dari bahasa yang berbeda karena makna adalah apa yang terdapat dalam pikiran yang diucapkan dengan menggunakan pelafalan tersebut.Setiap kata merupakan wadah yang berupa makna. Saat dia menjadi lebih sadar akan kemungkinan pengucapan tertentu, dia juga menjadi lebih berhati-hati dalam memilih kata yang akan digunakan untuk mendeskripsikannya. Oleh karena itu, prinsip utama dalam memahami Makna Lafal-lafal yang Digunakan dalam ayat-ayat Sebagai Penafsir Al-Qur'an adalah bahwa satu kata pun dapat mencakup beberapa Makna.[1]
Â
Makna kata libas yang terdapat dalam Al-Qur'an setelah dihimpun dengan menggunakan kamus Al-Mu'jam Al- mufharash Lilafazh Al- Qur'an ditemukan 18 ayat dan didalam aplikasi Al Lafdzi ditemukan 5 ayat, maka keseluruhannya terdapat 23 ayat yaitu : Qs. Al-An'am ayat 9, Qs. Al-Baqarah ayat 42, Qs. Ali-Imran ayat 71, Qs.An-Nahl ayat 14, Qs. Fathir ayat 12, Qs. Al- A'nam ayat 6, 82, 137, dan 9, Qs. Al-Kahfi ayat 31, Qs.Ad-Dukhon ayat 53, Qs.Qof ayat 15, Qs. Al-Baqarah ayat 187, Qs. ayat Al-A'raf ayat 26, Qs.Furqan ayat 47, Qs.An Naba ayat 10, Qs.Al Hajj ayat 23, Qs.Fathir ayat 33, Qs. Al-A'raf ayat 27, Qs.Al-Anbiya ayat 80, Qs. Al-Baqarah ayat 177, Qs.An-Nahl ayat 112,dan Qs.Al-Ahzab ayat 18.
Â
Dalam mengkaji makna libas dengan metode semantik Disamping berposisi sebagai konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kata libas banyak yang berasumsi dalam Al-Qur'an hanya memiliki arti sebagai pakaian saja. Padahal makna libs dalam Al-Qur'an mencakup beberapa makna. Tetapi, apa sebenarnya makna awal dari libs tersebut, dalam hal apa saja kata libs itu ditempatkan, dan bagaimana para mufassir memaknai kata libs tersebut.
Â
Biografi Singkat Toshihika Izutsu
Â
Toshihiko Izutsu lahir pada tanggal 4 Mei 1914 di Tokyo dan meninggal di Kamakura pada tanggal 7 Januari 1993. Berasal dari keluarga yang taat, dia telah mengamalkan ajaran Zen Buddhisme sejak kecil. Bahkan, pengalaman bertafakur dari praktik ajaran Zen sedari muda telah turut memengaruhi cara berpikir dan pencariannya akan kedalaman pemikiran filsafat dan mistisisme.Â
Â
Izutsu merupakan seorang profesor Emuritus di Universitas Keio Jepang. Izutsu merupakan seorang filosof yang berpengaruh dalam perkembangan kajian semantik al-Qur'an. Namun seiring berjalannya waktu, Izutsu sering membaca berbagai karya tulis ahli mistik Barat. Pengalaman tersebut megantarkan Izutsu pada pemahaman yang berlawanan dengan keyakinan sebelumnya (Pada mulanya Izutsu menekuni spiritualisme Timur, lalu beralih pada spriritualisme Barat) dan mencurahkan perhatiannya pada kajian filsafat Yunani. Dengan demikian, Penemuan pengalaman mistik sebagai sumber pemikiran filsafat menjadi permulaan bagi seluruh filsafat Izutsu selanjutnya.
Â
Selanjutnya, Toshihiko Izutsu merupakan salah seorang sarjana yang produktif. Hal itu terbukti dari banyaknya karya tulis yang telah dihasilkan olehnya. Salah satu karya Izutsu yang terkenal terkait semantik adalah buku berjudul God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic Weltanschauung dan Ethico-Religious Concepts in the Qur'an. Dalam buku tersebut, Izutsu menggagas suatu metode semantik yang bisa digunakan untuk memaknai kata yang ada dalam al-Qur'an.[2]
Â
Kajian Teoritik Semantik Toshihiko Izutsu
Â
Semantik  dalam bahasa Yunani adalah Samaino, dalam bahasa Inggris adalah Semantics, dan dalam bahasa Arab adalah 'Ilm al-Dilalah. Sedangkan semantik menurut Toshihiko Izutsu yaitu Analisis semantik konstruksi gramatikal suatu bahasa dalam kaitannya dengan pandangan tertentu menghasilkan informasi tentang pandangan dunia konseptual (pandangan dunia) masyarakat umum sepanjang waktu. Dalam kaitannya dengan Al-Qur'an. Menurut Izutsu, tujuan analisis semantik adalah untuk mengembangkan jenis ontologi kehidupan yang eksklusif dari Al-Qur'an dengan menggunakan teknik dan metodologi analisis dengan memperhatikan konsep fundamental, yaitu konsep fundamental yang berperan dalam pengembangan interpretasi Al-Qur'an. dari sifat ruang.[3]
Â
Poin penting yang berhubungan dengan teori semantik Izutsu yaitu : kosakata (berkaitan dengan kata kunci, kata fokus, dan medan semantik), makna dasar, makna relasional, semantik historis (sinkronik dan diakronik), dan weltanschauung. Diantara penjelasannya sebagai berikut :
Â
- Kosa KataÂ
Â
Menurut Izutsu, kosakata adalah sekumpulan kata yang dirangkaikan satu sama lain dalam suatu percakapan rangkap untuk menciptakan sejumlah wilayah tumpang-tindih. Kosakata tersebut terkait dengan fokus, kata kunci, dan medan semantik.
Â
- Makna DasarÂ
Â
Makna dasar merupakan sesuatu yang melekat pada kata dan selalu terbawa di mana pun kata itu diletakkan. Makna dasar dapat diketahui dengan menggunakan kamus bahasa Arab.
Â
- Makna Relasional
Â
Makna Relasinoal adalah jenis makna tertentu yang ditawarkan dan diterapkan pada makna yang ada dengan menempatkan kata pada posisi yang ditentukan secara khusus di dalam bidang yang ditentukan secara khusus juga. Mengikuti terjadinya tautan sintaksis antara kata "fokus" dan "kunci" dalam domain semantik, dimungkinkan untuk memahami bahasa relasional.Â
Â
- Semantik historis (sinkronik dan diakronik)
Â
Secara diakronik, perlu dipahami bagaimana kata-kata digunakan sebelum, selama, dan setelah penerjemahan Al-Qur'an. Untuk memahami kosakata yang digunakan dalam Al-Qur'an, khususnya pada masa Nabi Muhammad, dapat digunakan syair-syair atau ungkapan yang biasa digunakan oleh orang Arab yang berdiri di dekatnya dalam kitab-kitab syair atau melalui kamus-kamus. Kitab-kitab asbabu al-nuzl, tafsir, dan karya-karya sastra Islam lainnya seperti fiqh, teologi, dan karya-karya lain yang sesuai dapat digunakan untuk studi dan bacaan Al-Qur'an. Sebaliknya, sinkronik lebih peka terhadap perubahan bahasa dan perkembangan kata-kata tersebut dari makna awalnya menjadi konsep tersendiri dalam al-Qur'an.[4]
Â
- Weltanschauung
Â
Maksud dari weltanschauung yaitu suatu pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa, tidak hanya sebagai alat bicara dan berpikir, tetapi juga untuk pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya, singkat-nya, visi al-Qur'an tentang alam semesta.
Â
Makna Libas : Analisis Semantik Toshihiko Izutsu
Â
Makna Dasar Libas
Â
Kata libas merupakan bentuk Masdar dari verba labisa , terdiri dari tiga huruf yakni lam, ba, mim. Masing masing dari tiga huruf tersebut mempunyai makna sendiri. yaitu: huruf lam bermakna (memperluas jaringan dalam hal-hal kebaikan), huruf ba    (sebab bagi peristiwa yang nyata), huruf sin (menjadi segala sesuatu yg bagus yg ada di badan).
Â
Makna labisa selain terambil dari rangkaian makna-makna hurufnya, juga terambil dari makna-makna yang disebutkan secara langsung dalam beberapa kamus, seperti pada kamus munjid kata labisa memiliki makna ( menutupi ) , lisanu al-Arab kata labisa Memiliki makna (mengenakan ),Kemudian dalam kamus al-Munawwir, secara singkat dituliskan bahwa labisa bermakna (memakai).
Â
Dapat disimpulkan bahwa makna dasar lafal libas, baik yang ditemukan dalam Alquran maupun di luar konteks aslinya, adalah menutupi. Lafal ini sepanjang dirasakan secara aktual menjadi satu kata, membantu mempertahankan makna fundamentalnya dimana pun ditemukan, baik digunakan sebagai istilah kunci dalam konsep sistem yang ada atau lebih umum lagi di luar sistem khusus.
Â
Makna Relasional Libas
Â
- SintagmatikÂ
Â
Sintagmatik adalah jenis analisis yang berfokus pada penentuan makna suatu kata dengan cara memberi penekanan pada kata-kata yang letaknya tepat di atas dan di bawah kata yang sedang diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Contoh kata libas yang berkaitan dengan sesuatu yang baik dengan  dihubungan ayat setelahnya dalam surah Al-A'raf  ayat 26.
Â
Â
"Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu ingat."
Â
Al Mawardi menjelskan bahwa ayat diatas diturunkan kepada kaum Arab yang berkeliling ka'bah dengan telanjang. Sedangkan al-Syahir mengatakan dalam ayat ini ada dua model penafsiran pertama pakaian yang tidak dikotori dengan kemaksiatan, kedua melepaskan dosa.
Â
Lafal libas pada ayat diatas mengarah kepada sesuatu yang baik. Maksud yang sama juga ditemukan pada ayat setelahnaya dalam surah Al-A'raf ayat 27.
Â
Â
 Ayat ini merupakan peringatan Allah kepada manusia agar tidak tertipu godaan Setan. Ayat ini menjelaskan bahwa setan memerintahkan pelepasan pakaian dan ketelanjangan. Ini berarti bahwa pekerjaan tidak diperbolehkan. Dua ayat di atas membuktikan bahwa kata libs digunakan untuk menutupi aurat dan untuk melakukan sesuatu yang baik.
Â
- Paradigmatik
Â
Pengertian analisis paradigmatik adalah perbandingan kata atau konsep subjek dengan subjek atau konsep lain yang mirip (sinonim) atau tidak terkait (antonim). Berkaitan dengan itu, sinonom kata libas yaitu :
Â
Sarbl () : Kata sarbl diartikan dengan segala macam pakaian, apapun jenis bahannya.Namun ada juga yang memberikan arti al-Qams (baju kurung) dan al-Dir` (baju perang). Â Hal ini, Sebagaimana kata sarbl dalam al-Qur`an yang diartikan sebagai pakaian yang berfungsi menangkal sengatan panas, dingin, dan bahaya dalam peperangan. Kata sarbl dalam Al-Qur'an terdapat dalam 2 ayat yaitu :
Â
- surah an-Nahl ayat 81.
Â
Â
Â
"Allah menjadikan tempat bernaung bagi kamu dari apa yang telah Dia ciptakan. Dia menjadikan bagi kamu tempat-tempat tertutup (gua dan lorong-lorong sebagai tempat tinggal) di gunung-gunung. Dia menjadikan pakaian bagimu untuk melindungimu dari panas dan pakaian (baju besi) untuk melindungimu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)."
Â
- Surah Ibrahim ayat 50.
Â
Â
"Pakaian mereka dari cairan (seperti aspal) dan wajah mereka ditutup oleh api neraka."
Â
Thiyb : Pakaian dinamai thiyb atau thaub, karena ide dasar adanya pakaian adalah agar dipakai. Jika bahan-bahan tersebut setelah dibentuk menjadi pakaian, maka pada hakikatnya ia kembali pada ide dasar keberadaannya. Kata thiyb dalam Al-Qur'an terdapat 9 ayat yaitu :
Â
Â
- Surah Al-Hajj ayat 19
Â
Â
Â
"Inilah dua golongan (mukmin dan kafir) yang bertengkar. Mereka bertengkar tentang Tuhan mereka. Bagi orang-orang yang kufur dibuatkan pakaian dari api neraka. Ke atas kepala mereka akan disiramkan air yang mendidih."
Â
- Surah Al-Anbiya ayat 21
Â
Â
"Apakah mereka mengambil dari bumi tuhan-tuhan yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)."
Â
- Surah Al-Kahfi ayat 31
Â
Â
Â
Â
"Mereka itulah yang memperoleh surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Dalam surga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal. Mereka duduk-duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah."
Â
- Surah Al- Mudatsir ayat 4
Â
Â
"Pakaianmu, bersihkanlah!
Â
- Surah An-Nur ayat 58
Â
 Â
Â
"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki dan orang-orang yang belum balig (dewasa) di antara kamu meminta izin kepada kamu tiga kali, yaitu sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di tengah hari, dan setelah salat Isya. (Itu adalah) tiga (waktu yang biasanya) aurat (terbuka) bagi kamu.523) Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga waktu) itu. (Mereka) sering keluar masuk menemuimu. Sebagian kamu (memang sering keluar masuk) atas sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat kepadamu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Â
- Surah Hud ayat 5
Â
 Â
Â
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka menutupi (apa yang ada dalam) dada mereka untuk menyembunyikan diri dari-Nya. Ketahuilah bahwa ketika mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Dia mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (segala) isi hati."
Â
- Surah Nuh ayat 7
Â
Â
"Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya). Mereka pun tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri."
Â
- Surah An-Nur ayat 60
Â
Â
"Para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak lagi berhasrat menikah, tidak ada dosa bagi mereka menanggalkan pakaian (luar)525) dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan. Akan tetapi, memelihara kehormatan (tetap mengenakan pakaian luar) lebih baik bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Â
- Surah Al-Insan ayat 21
Â
Â
"Mereka berpakaian sutra halus yang hijau, sutra tebal, dan memakai gelang perak. Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang suci."
Â
Â
Selanjutnya, ada banyak antonim kata libas. Beberapa diantaranya yaitu:
Â
Naza'a : Berarti mencabut sesuatu dari tempatnya. Kata naza'a akan berubah sesuai kata yang mengiringinya. Seperti bila diiringi dengan kata thiyab maka berarti melepas. Kata naza'a dalam Al-qur'an terdapat 20 ayat. Diantara ayat-ayat tersebut adalah dalam surah  Ali-Imran ayat 26, Al-A'raf ayat 27, Al-A'raf ayat 108, Asy suara ayat 33, Al-Qomar ayat 20, Al- A'raf ayat 43, Al-Hijr ayat 47, Al-Qososh ayat 75, Hud ayat 9, Maryam ayat 69, Al-Hajj ayat 67, Ali-Imran ayat 152, An-Nisa ayat 59, Al-Anfal ayat 46, Toha ayat 62, Al-Anfal ayat 43, Al-Kahfi ayat 21, At-Thur ayat 23, An -Naziat ayat 1, dan Al-Ma'arij ayat 16.
Â
'Ariya : berarti telanjang, Kata "ariya" memiliki arti yang serupa dimana kata kashafa berarti "membuka". Kata Almakshuf berasal dari kata dasar bermaksud membuka baju/menelanjangi seseorang, seperti melepas pakaian dari badan. Kata 'ariya dalam Al-Qur'an terdapat empat ayat. Diantara ayat-auat tersebut adalah dalam surah Taha ayat 118, surah An-Najm ayat 49, Surah As Shaffat ayat 145, dan Surah Al-Qalam ayat 49.
Â
Sinkronik Dan Diakronik Libas
Â
- Pra Qur'anik
Â
Kata Lam-Ba-Sin secara lambang kebahasaan berarti memakai, menutup dengan sesuatau.Seperti nenurut syair berikut :
Â
*
Â
Dan tidaklah membahayakan pakaian hitamku * yang di bawahnya ada penutup pakaian dari atas yang putih dengan bersihnya.
Â
Kata athwab dan libas dalam syair diatas memiliki makna yang hampir sama, kata athwab berarti sebagai pakaian yang melekat erat pada badan dan kata Libas yang menutupinya. Kata athwab digunakan untuk menunjukan pakaian yang dinilai tidak bagus. Terbukti seperti halnya kelanjutakan katanya yaitu Aswad yang berarti hitam.Sebaliknya libas memiliki nilai yang bagus atau megah yang digunakan untuk menunjukan pakaian yang dipake diluar, hal tersebut dibuktikan dengan kata selanjutnya dalam bait kedua yaitu dengan Abyad yang berarti putih. Dalam syair-syair lainnya kata athwab dan libas memiliki makna yang menunjukan pakaian secara lahiriyah saja yang digunakan untuk perhiasan dan penutup.[5]
Â
- Pasca Qur'anik
Â
Masa pasca qur'anik ini merupakan masa setelah Al-Qur'an diturunkan. Pada masa pasca qur'anik ini dibagi menjadi beberapa periode hingga penafsiran pun berkembang saat ini. Pada priode pertama, merujuk pada Al-Qur'an, Hadits, Ijtihad Sahabat, Ta'biin, Tabi'it tabiin. Adapun lafal libs laf pada periode ini ditafsirkan dengan pakaian.
Â
Lafal libas diartikan dengan thiyab yang berarti pakaian, pakain disini berfungsi sebagai menutupi aurat. Hal ini tertuang dalam ayat sesudahnya yang bercerita tentang dikeluarkannnya Adam dan Hawa dari surga pada surah Al A'raf ayat 27. Pada ayat lain yaitu surah Al-Hajj ayat 23 dan Fathir ayat 33 yang menjelaskan balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih dengan kenikmatan yang ada di surga termasuk memakai baju sutrera.
Â
Adapun makna libas secara ma'nawi banyak yang menafsirakan dengan sakana (ketenangan). Kata libas disini diartikan dengan tidak sebenarnya, yaitu digunakan sebagai perumpamaan ,sepertinya suami dan istri yang diartikan dengan libas dikarenakan mengetahi aib satu sama lain.
Â
Periode Kedua, Pada periode ini penafsiran disesuaikan dengan perkembangan zamandan ilmu pengetahauan. Penafsiran periode ini hampir sama dengan periode pertama, karena menggunakan acuan pada penafsiran-penafsiran sebelumnya. Ada sedikit informasi tambahan, misalnya tentang tafsir QS al-Kashf. al-Nal:112. Ketika sebelumnya, tafsir ayat tersebut menyertakan alasan diturunkannya ayat tersebut dan penjelasan libs. Namun di episode kedua lebih banyak informasi tentang ayat-ayat tersebut, namun tidak dipersingkat bagian awal.
Â
Perode Ketiga, ketika mufassir memberi wawasan menafsirkan ayat-ayat Alquran sedemikian rupa sehingga Islam tidak bertentangan dengan sains ( ilmu pengetahuan). Pada masa itu, libs diartikan sebagai pakaian yang digunakan untuk menutupi pakaian dan melindungi. Dikatakan bahwa libs menutupi aurat, perhiasan dan juga hati.
Â
Tafsir libs dari ketiga periode tersebut memiliki kesamaan, yaitu keduanya memiliki kesamaan arti penutup. Namun, Al-Qur'an dapat mengungkapkan makna baru yaitu zinah (Perhiasan). Setelah mengembangkan interpretasi, libs secara jelas didefinisikan sebagai pakaian untuk menutupi, melindungi dan menghiasi diri untuk mempercantik diri. [6]
Â
Weltanschauung LibasÂ
Â
Hasil akhir dari kajian analisis terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual. Berdasarkan analisis kata libas dalam Al-Qur'an menggunakan kajian semantik Toshihiko Izutsu yaitu terdapat empat makna yaitu. Pertama, Libas yang memiliki arti sakan (ketenangan hati) yaitu terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 187, Al-Furqan ayat 47 dan An-Naba ayat 10. Makna pakaian pada ketiga ayat tersebut memiliki arti bahwa suami istri berfungsi sebagai pakaian, yang memiliki arti ketenangan hati. Jadi suami istri harus jadi penenang atau pententram keduanya.
Â
Kedua, Libas yang memiliki arti khalat (campur aduk). Disebutkan dalam Al-Qur'an dalam surah Al-Baqarah ayat 42. Ketiga libas memiliki arti siyab (pakaian). Disebutkan dalam Al-Qur'an dalam surah Al -A'raf ayat 26 dan Ad-Dukhan ayat 53. Keempat, Libas yang memiliki arti amal salih ( Perbuatan baik). Terdapat dalam surah Al-A'raf ayat 26.[7]
Â
Kesimpulan
Â
 Pembahasan ini menghasilkan beberapa temuan yang berkaitan dengan makna libas. Diantaranya sebagai berikut :
Â
Makna dasar dari lafal libs adalah menutup. Lafaz ini berasal dari bentuk masdar labisa-yalbasu-labsan libsan atau labasa-yalbisu-labsan libsan yang pada dasarnya bermakna memakai dan menutup. Sedangkan makna relasionalnya adalah benda yang digunakan untuk menutupi.
Â
Lafal libs pada periode pra-Quranik dipahami sebagai menutupi aurat. Pada periode pasca Quranik lafal libs dengan terang disebut dengan pakaian yang digunakan untuk menutupi aurat. Pada periode ini pula, banyak perkembangan mengenai keterangan mengenai makna libs itu sendiri. Kedua periode tersebut menghasilkan makna sinkronik kata libs yang tetap melekat yaitu menutup. Adapun makna diakronik dari kata libs adalah pakaian dan perhiasan (znah) yang digunakan untuk memperindah diri.
Â
Dalam Weltanschauung kata libas terdapat empat makna yaitu. Pertama, Libas yang memiliki arti sakan (ketenangan hati), Kedua, Libas yang memiliki arti khalat (campur aduk). Ketiga libas memiliki arti siyab (pakaian). Dan Keempat, Libas yang memiliki arti amal salih ( Perbuatan baik).
Â
Daftar Pustaka
Â
Taufiqotuzzahro Nurin Azzah, Semantik Al-Qur'an : Analisis Penggunaan Kata Libas Pra Dan  Pasca Qur'anik, Vol 02, Jurnal Al-Itqan, 2016
Â
Fahriana Lukita, Pemaknaan Qalb Salm dengan Metode Analisis Semantik Toshihiko Izutsu, Vol 18, Jurna Refleksi, 2019..
Â
Fahimah Siti, Al- Qur'an dan Semantik Toshihiko Izutsu (Pandangan dan Aplikasi Dalam Pemahaman Konsep Maqam), Vol 3, Jurnal IIQ, 2020.
Â
Nihayah Rohatun, Term Al-Libas Dalam Al-Qur'an Kajian Tafsir Tekstual Al-Kontekstual, Vol 05, Jurnal Syariati(Studi Al-Qur'an dan Hukum), 2019,
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H