Dunia ini penuh dengan keajaiban bagi orang yang percaya.
Dimas tidak menyangka akan bertemu dengan gadis kecil yang bisa memberikannya roti untuk bisa kembali ke masa lalu. Masa dimana sang Ibu masih hidup dan mengandungnya.
Seumur hidup, Dimas tidak pernah bertemu dengan Ibu. Dia hanya bisa mendengar cerita Ayah atau sanak saudara tentang beliau. Di relung hatinya paling dalam, ia sering berandai jika bisa punya kesempatan bertemu. Cukup sekali saja kesempatan bertemu untuk menjadi kenangan yang abadi.
Dimas selalu menghabiskan waktu untuk menceritakan kisah hidupnya di pusara sang Ibu. Meski Ibunya tidak menjawab, ia yakin bahwa Ibu akan mendengarnya.
Hari ini Dimas bicara agak malu-malu. Layaknya anak remaja, Dimas mulai merasakan jatuh cinta. Walaupun garis takdir mereka berbeda, ia tak pernah menyesali perasaannya. Karena baginya, cinta itu hanya perlu dirasakan. Ia sudah terbiasa mencintai tanpa mendapat balasan dari orang yang ia sayang.
Sudah hampir dua jam, langit pun mungkin sudah bosan melihat Dimas banyak tersenyum. Ia beranjak pergi dan tak sengaja bertemu dengan gadis penjual kue di stasiun.
Gadis itu membawa sebuket bunga mawar merah yang cantik. Dengan langkah besar, Dimas menghampirinya. "Kau di sini?"
Gadis kecil itu terkejut dengan kehadiran Dimas yang tiba-tiba. "Kakak ngangetin aja."
“Makanya jangan ngelamun.” Dimas terkekeh pelan. “Kamu mau ke kuburan siapa?”
“Ibuku,” jawab gadis itu sambil menunjuk pusara yang masih terlihat baru. Ia mengusap batu nisan putih dengan tinta berwarna emas.
Dimas berjalan mendekat ke arah gadis penjual kue itu. Dibacanya batu nisan dengan sesakma.