Setelah menyampaikan ucapan bela sungkawa kepada keluarga almarhumah, tiba-tiba saja di depan rumah tangis keluarga semakin pecah. Anak dalam kandungan Bu Rini selamat, ia lahir dengan sehat dan sempurna.
“Sedih banget ya, Sha.” bisik Lastri yang duduk di sampingnya.
Resha mengangguk dan menghapus air matanya di pelupuk mata.
“Sebelum meninggal dunia, Bu Rini sempat melihat putranya. Dia juga sempat memberikan nama.” Informasi yang diberikan oleh Lastri pasti tidak salah. Dia memang sumber informan bagi Resha.
“Benar, kah?”
“Benar. Beliau memberi nama anaknya Dimas.”
Resha terkejut bukan main. “Siapa?”
“Dimas.. namanya Dimas Prajana.”
***
Jakarta, 2038
Dimas melangkahkan kakinya menapaki tanah rumah keabadian yang basah karena semalaman Jakarta diguyur hujan. Sudah lama rasanya tidak datang ke sini menemui sang wanita pujaan hati. Sebab lima bulan lalu ia bisa leluasa menemuinya setiap hari rabu.