PENDAHULUAN
    Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Adanya pendidikan, akan menjadikan sumber daya manusia dapat berkembang dan nantinya berperan penting dalam pembangunan bangsa dan negara. Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan formal, siswa akan melakukan kegiatan pembelajaran dengan siswa lainnya secara bersama-sama. Siswa dituntut untuk dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan siswa yang lainnya. Kegiatan belajar yang dilakukan dengan banyak siswa dapat menimbulkan permasalahan bagi beberapa siswa. Oleh karena itu, permasalahan yang selalu dihadapi siswa dalam dunia pendidikan yaitu karena terdapat perbedaan antara harapan dan hasil yang dapat dicapai (Gunawan, et al, 2020; Zultoni. & Astuti, 2020 dalam Burhanuddin, 2021).
    Siswa tentunya mengharapkan kesuksesan dalam proses belajarnya agar berhasil meraih banyak prestasi untuk menggapai cita-cita dan impiannya. Tetapi, untuk dapat meraih banyak prestasi tersebut terdapat berbagai faktor yang harus diperhatikan baik dari dalam diri maupun dari luar siswa itu sendiri (Wardiah, 2018). Berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, siswa harus mempunyai sifat percaya diri yang tinggi dalam melakukan interaksi dengan orang lain untuk menunjang kegiatan belajarnya. Sifat percaya diri ini akan meningkatkan kemampuan bicara siswa dalam melakukan kegiatan belajar seperti presentasi dan diskusi bersama teman sekelasnya. Akan tetapi, masih terdapat beberapa siswa yang merasa takut, gugup, dan cemas saat berdiri di depan kelas maupun berdiri di depan banyak orang. Widiyani (2021) mengungkapkan bahwa sering terlihat beberapa siswa berdiri kaku, gemetar, berkeringat dingin, bahkan tidak ingat terhadap hal yang ingin dikatakan jika dirinya berhadapan dengan beberapa siswa yang lain. Berkaitan dengan hal tersebut, Ibrahim, et. al (2017) menemukan bahwa terdapat 7 orang siswa kelas VIII yang tingkat percaya dirinya rendah di SMPN 11 Bandar Lampung. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri, et. al (2018) menunjukkan bahwa kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja sebagian besar berada di kategori sedang.
    Rasa kepercayaan diri yang rendah dapat menghambat siswa untuk berkembang karena siswa cenderung malu untuk mengutarakan pendapatnya ketika berada di depan banyak orang. Sejalan dengan Fakhiroh dan Hidayatullah (2018) yang berpendapat bahwa rasa percaya diri yang tinggi penting dimiliki oleh siswa, karena rasa percaya diri yang rendah dapat membuat siswa tidak optimal dalam melakukan kegiatan pembelajaran maupun dalam melakukan tugas sekolah. Dalam permasalahan percaya diri yang dialami oleh siswa, tentunya pihak sekolah sudah seharusnya memberikan fasilitas yang menunjang siswa untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya. Kaitannya dengan hal tersebut, suatu pendidikan tidak akan lengkap tanpa adanya bimbingan dan konseling. Hal tersebut karena BK adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam pendidikan.Â
Dengan demikian pihak sekolah dapat memberikan fasilitas kepada siswa untuk membantunya dalam memecahkan permasalahan yang dialami serta mengembangkan potensi minat bakatnya dengan bantuan guru BK. Untuk menyelenggarakan program BK, guru BK perlu memiliki kemampuan manajemen yang baik agar program layanan dapat berjalan dengan optimal. Hal tersebut dikarenakan kegiatan manajemen sangat berpengaruh terhadap keberhasilan guru BK dalam memberikan bantuan maupun layanan terhadap siswa. Salah satu layanan yang ada dalam BK adalah layanan bimbingan kelompok. Dimana dalam bimbingan kelompok, siswa akan melakukan aktivitas bersama dengan siswa lain dengan tujuan untuk melatih kepercayaan diri mereka yang dibantu oleh guru BK. Â Bimbingan kelompok ini terbukti efektif dilakukan untuk meningkatan kepercayaan diri pada siswa. Pranoto (2016) membuktikan bahwa layanan bimbingan kelompok efektif digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa, khususnya pada siswa SMA Negeri 1 Sungkai Utara dimana rata-rata persentase pada fase pertama sebesar 27,5% dan pada fase kedua sebesar 76,25%, yang artinya rasa percaya diri siswa mengalami peningkatan sebesar 48,75% pada tiap aspek yang diteliti. Dengan demikian, bimbingan kelompok harus dilakukan secara optimal agar layanan ini efektif dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.
    Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik mengkajinya dengan metode deskriptif melalui pendekatan kajian pustaka. Tujuan akhir dari penulisan ini yaitu untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai optimalisasi layanan BK untuk menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Karena berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, layanan bimbingan kelompok dirasa sangat efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa.
METODE
      Penulis menggunakan kajian literatur dengan mengumpulkan referensi yang sesuai dengan masalah rasa percaya diri dan juga bimbingan kelompok. Menurut Zed (2014) kajian literatur atau studi pustaka merupakan rangkaian tindakan yang berkaitan dengan proses mengumpulkan data pustaka, membaca, mencatat, serta mengolah data tersebut. Proses pengumpulan data dilakukan dalam bentuk literatur yang telah diterbitkan oleh penulis lain. Sumber data yang didapatkan berupa buku, e-book, artikel online, ataupun jurnal online. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dimana data yang telah terkumpul dikombinasikan untuk memperkuat tulisan. Hikmat (2014) memaparkan bahwa metode kualitatif akan menghasilkan data deskriptif yang berbentuk kata-kata tertulis atau perkataan dan perilaku dari orang-orang yang dapat diamati.
PEMBAHASAN
a. Percaya Diri
Definisi Percaya Diri
    Percaya diri yaitu keyakinan kemampuan individu yang dipunyainya berada pada dirinya. Individu yang punya jiwa percaya diri dalam melakukan tindakan akan merasa santai tidak khawatir karena bebas untuk berekspresi dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan kemauan dan apa adanya dirinya dengan tidak melalaikan kewajiban, norma atas perilakunya dan tahu tata krama dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Percaya diri akan membantu seseorang agar tahu tentang dirinya dan personal branding yang dimiliki. sehingga  individu akan memiliki dorongan berprestasi (Tanjung & Amelia, 2017).
    Menurut Derry dan Jubilee, 2013 dalam karyanya "Satu hari menjadi lebih percaya diri", seseorang akan menjadi berani dengan tampil menunjukkan dirinya jika melakukan segala hal yang ditakutinya karena dengan begitu individu akan tau bagaimana cara dia menghadapi dan apa yang didapat ketika dia melakukan hal tersebut. Brigham Young dalam karyanya "Satu hari menjadi lebih percaya diri" berpendapat bahwa kita tidak perlu khawatir atas sesuatu yang dibicarakan dan pikirkan orang lain tentang diri kita, apakah kita menjadi lebih percaya diri menurut pemikiran orang lain, atau menurut pemikiran sendiri".
    Menurut Yusuf, 2005 dalam bukunya "Percaya Diri, Pasti !" menyebutkan bahwa seseorang bisa menjadi percaya diri jika bisa mengendalikan pikiran negatifnya dan menghapus perasaan kekurangan pada dirinya. Perasaan kekurangan memang hal yang manusiawi yang dialami seluruh manusia dan bukan perihal yang ganjil atau tidak wajar, tetapi seharusnya seseorang tidak fokus pada perasaan kekurangannya melainkan fokus ke skill yang harus diasah. Karena perasaan kekurangan tidak sepatutnya dibiarkan sehingga menyebabkan kekhawatiran individu dan membuatnya menjadi pribadi yang minder.
Bachtiar, 2020 dalam bukunya "Obat Minder", menyebutkan karakter orang yang punya kepercayaan diri  pada dirinya yaitu:
Percaya dengan kemampuan yang dipunyai.
Maksudnya yaitu individu yang memiliki kepercayaan pada diri sendiri terhadap segala kejadian yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengevaluasi serta mengatasi kejadian yang dialami.
Mandiri saat menentukan keputusan.
Maksudnya individu bisa menetapkan keputusan untuk dirinya yang ditetapkan secara mandiri tidak ada keterlibatan orang lain  untuk ikut campur seperti memberi hasutan.
Memiliki pikiran positif kepada diri sendiri.
Seseorang menilai dan menghargai dengan baik dirinya, memandang dan menilai baik pada setiap tindakannya yang dirasa sangat positif dan berpengaruh pada masa depannya.
Berani mengungkapkan pendapat.
Individu yang disebut berani mengungkapkan pendapat yaitu individu yang bisa mengungkapkan apa yang dipikirannya dan tersembunyi di dalam dirinya yang ingin disampaikan ke semua orang. hal ini dilakukan dengan kemauannya tidak ada pemaksaan. dan dalam mengungkapkan individu tidak merasa malu yang menyebabkan gagalnya berpendapat.
Â
Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri
a) Â Â Faktor Penghambat
Belum memahami karakter dan kepribadian mereka serta pola pikir yang tidak begitu matang untuk menghadapi masa depan (Derry dan Jubilee, 2013).
Pengasuhan orang tua kepada anak, seperti anak yang terbiasa dimanja dan bergantung kepada orang tuanya akan membuat dia tidak percaya diri tanpa dampingan orang tuanya ( Drs. Surya, 2007).
Memiliki permasalahan yang merusak image dirinya, seperti individu yang pernah dibina guru karena mencuri, pacaran yang berlebihan, dll (Muridan, 2015).
Bentuk fisik dan wajah pada diri individu, dengan adanya slogan "good looking yang diutamakan" hal ini membuat sebagian orang yang tidak merasa good looking akan membuat dirinya tidak percaya diri (Thursan Hakim, 2005).
Â
b) Â Â Faktor Pendukung
Menurut Lindenfield (1997: 14-15) dalam (Zulfriadi dan Sinta, 2017) seseorang dapat menjadi percaya diri jika individu tersebut mendapatkan dukungan yaitu:
Cinta : individu sangat memerlukan cinta dengan cinta individu akan memiliki perkembangan yang baik begitupun dengan harga dirinya, individu akan merasa dihargai dengan apa adanya dirinya.
Memiliki model peran (modeling) : memberikan model atau sosok figur merupakan cara efektif anak bisa meniru, mencontoh dan mempraktikkan sikap dan keterampilan sosial untuk bisa percaya diri . Dalam hal ini peran orang lain ( orang tua, guru, dll.)  sangat diperlukan untuk menjadi motivasi  bagi anak agar dapat membentuk rasa percaya dirinya.
Mempunyai ilmu, wawasan yang luas : setiap individu tentu mempunyai keunggulan dan kekurangan pada diri, sehingga individu patut untuk menguatkan dan mengasa keahliannya bahkan bisa memunculkan kebiasaan baru untuk mengcover kelemahannya. Jika hal itu berhasil akan meningkatkan kepercayaan diri individu.
Dukungan : tidak bisa dipungkiri individu sangat memerlukan dorongan dan bimbingan dari orang terdekat dan lingkunganya. faktor utama untuk membantu individu agar sembuh dari pernah mengalami kekecewaan, malu pada rasa percaya diri adalah dengan dorongan .
Dampak Tidak Percaya Diri
    Individu ketika tidak memiliki rasa percaya diri akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan sehari-harinya. Dampak buruk individu yang rendah percaya dirinya yaitu bisa melakukan sikap sebagai berikut :
Tidak mempunyai cita - cita, harapan, dan tujuan yang ingin diraih.
Tidak mampu mengambil keputusan untuk melangkah selanjutnya (masa depan)
Selalu merasa tidak berdaya dan frustasi ketika mengalami permasalahan dan keadaan yang sulit.
Tidak mempunyai motivasi untuk maju karena lebih suka malas-malasan.
Sering tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ataupun amanah yang diberikan.
Malu-malu, canggung bahkan tidak mau dalam berbaur, berinteraksi dengan orang.
Kurangnya lancar berbicara dan terbiasa diam saja ketika ditanya orang lain.
Suka berangan - angan, suka berimajinasi memiliki harapan yang tidak masuk akal atau sangat tidak realistis.
Mudah terbawa perasaan atau sensitif.
Mengingat rasa percaya diri sangat perlu dimiliki oleh semua individu yang harus ditanamkan sejak dini,  dari kajian diatas percaya diri memang tidak sepenuhnya bisa berkembang dengan sendirinya tetapi dengan adanya bimbingan dan pelatihan untuk membentuknya. Dilihat dari faktor pendukung peran keluarga dan orang terdekat sangat diperlukan dalam membantu pembentukan percaya diri seperti didikan orang tua dari kecil, dorongan atau motivasi, cinta dan model. Tetapi tidak semua individu memiliki kesempatan mendapatkan dukungan dari keluarga dan orang sekitar. Maka oleh karena itu disinilah peran konselor atau guru BK membantu individu atau siswanya untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa guru BK bisa menggunakan bimbingan  kelompok.
Definisi Bimbingan Kelompok
    Secara umum, bimbingan kelompok adalah kegiatan pemberian bantuan yang dilakukan dalam dinamika kelompok. Menurut Tohirin (2007) bimbingan kelompok  merupakan cara untuk memberikan bantuan kepada konseli yang dilakukan secara berkelompok. Sedangkan menurut Romlah (2001) bimbingan kelompok yaitu suatu metode bimbingan untuk membantu konseli agar maksimal dalam mencapai perkembangannya yang dilaksanakan dalam suasana kelompok. Jadi, bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok untuk membantu konseli memaksimalkan perkembangannya dan mencegah munculnya permasalahan.
Terdapat beberapa manfaat layanan bimbingan kelompok yang dikemukakan Winkel dan Sri Hastuti (2004) diantaranya:
Siswa/konseli memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya yang lain
Siswa/konseli mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat untuk dirinya
Siswa/konseli menjadi lebih bersedia untuk menerima argumen atau ide yang disampaikan oleh temannya
Siswa/konseli menjadi lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya
Siswa/konseli menjadi sadar akan rintangan yang akan dihadapi
Siswa/konseli menjadi lebih menerima dirinya karena sadar bahwa tidak hanya dirinya yang menghadapi permasalahan tersebut
Â
Teknik-Teknik Bimbingan Kelompok
a) Â Â Teknik Diskusi Kelompok
    Menurut Usman (2005) bimbingan kelompok yaitu kegiatan yang melibatkan beberapa orang sebagai satu kelompok yang memiliki berbagai informasi ataupun pengalaman untuk saling bertukar pikiran. Sedangkan Tohirin (2007) mendefinisikan diskusi kelompok sebagai proses dimana konseli memiliki kesempatan bertukar informasi dalam rangka menghadapi persoalan secara bersama-sama.
Diskusi kelompok ini dapat digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal tersebut terbukti dengan adanya penelitian dari Sayondari, dkk (2014) dimana pada siklus pertama sudah terdapat 3 orang siswa yang mengalami peningkatan kepercayaan diri, yakni berada diatas 65% dan pada siklus kedua terdapat 8 siswa yang secara signifikan menunjukkan peningkatan kepercayaan dirinya. Berikut merupakan tahapan dari diskusi kelompok agar kegiatan dapat dilakukan dengan optimal.
Persiapan
Pada tahap ini, guru BK menyiapkan topik yang akan menjadi bahan diskusi. Selain itu, guru BK juga harus menentukan tujuan, durasi, dan tempat dilaksanakannya kegiatan tersebut. Kemudian perlu diperhatikan pula penataan tempat duduk dan jumlah siswa yang akan mengikuti kegiatan diskusi kelompok.
a. Diskusi kelompok belajar sebaiknya antara 3-6 orang, sedangkan untuk diskusi pemecahan masalah pribadi-sosial bisa diikuti oleh 10-15 orang.
b. Penataan tempat duduk siswa sebaiknya diatur dengan membentuk lingkaran penuh ataupun setengah lingkaran agar siswa tidak duduk membelakangi siswa yang lain.
Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini, guru BK menjelaskan tujuan, peran, tanggungjawab, dan proses pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok. Setelah itu, guru BK menyampaikan materi yang didiskusikan oleh anggota kelompok serta menjelaskan mekanisme pelaporan hasil dari diskusi kelompok. Guru BK dapat mengamati proses diskusi yang dilakukan anggota kelompok dan membantunya apabila terdapat anggota yang mengalami kesulitan. Kemudian di akhir kegiatan, guru BK dapat menyampaikan kesimpulan diskusi serta evaluasi hasil diskusi.
Tindak lanjut
Pada tahap tindak lanjut, guru BK sebaiknya memberikan arahan kepada siswa dalam menentukan keputusan yang dapat terwujud secara nyata.
Â
b) Â Â Teknik Sosiodrama
    Sesuai dengan namanya yaitu sosiodrama, dalam teknik ini siswa nantinya akan diminta untuk memainkan peran yang berkaitan dengan permasalahan sosial. Winkel (2004) menyebutkan bahwa sosiodrama adalah kegiatan pendramaan dari berbagai permasalahan yang muncul terkait dengan interaksi antar individu, misalnya persoalan yang sering terjadi dalam hubungan sosial. Dalam melakukan teknik sosiodrama ini diharapkan agar siswa dapat mendalami perasaannya, mendapatkan pemahaman terkait sikap dan pandangan, serta dapat mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan. Secara tidak langsung, teknik ini juga mengajak siswa untuk lebih berani dan percaya diri dalam berhadapan di depan banyak orang.
Sejalan dengan kepercayaan diri tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Al-Halik dan Rakasiwi (2020) membuktikan bahwa sosiodrama efektif digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri. Dalam penelitiannya tersebut dipaparkan bahwa terdapat perbedaan perbedaan tingkat kepercayaan diri yang substansial antara sebelum dan setelah pelaksanaan bimbingan kelompok sosiodrama. Untuk mengoptimalkan kegiatan sosiodrama tersebut, terdapat beberapa tahapan yang dikemukakan oleh Romlah (2013: 104), yakni.
1. Persiapan
2. Membuat skenario atau naskah sosiodrama yang sesuai dengan topik secara singkat
3. Menentukan anggota kelompok yang memainkan peran
4. Menentukan anggota kelompok yang menjadi observer (pengamat)
5. Pelaksanaan sosiodrama
6. Evaluasi dan diskusi, dan
7. Apabila diperlukan, anggota kelompok dapat mengulang permainan peran
Pada tahap inti, siswa memerankan sosiodrama dengan menggunakan topik dan karakter yang telah disiapkan. Guru bimbingan konseling menjelaskan peran-peran yang akan dimainkan kepada siswa atau anggota kelompok sebelum sosiodrama dimulai. Setelah penampilan sosiodrama selesai, guru bimbingan konseling memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan membahas bagian-bagian yang telah dimainkan agar mereka dapat mendapatkan pengetahuan dan pemahaman baru yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Â
c) Â Â Teknik Permainan Simulasi
    Permainan simulasi merupakan suatu permainan yang digunakan untuk menggambarkan keadaan-keadaan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Dimana keadaan-keadaan tersebut sering dimodifikasi seperti dibuat lebih sederhana, dipakai sebagian, ataupun dikeluarkan dari situasinya (Adam, 1973 dalam Romlah, 2006). Permainan simulasi dapat didefinisikan pula sebagai kombinasi antara teknik bermain peran dengan teknik diskusi. Kegiatan yang dilakukan dalam teknik ini tentu menyenangkan bagi siswa, karena siswa akan diajak untuk membahas persoalan dalam bentuk permainan-permainan yang menarik.
    Dalam melakukan kegiatan permainan simulasi, siswa diminta untuk yakin kepada dirinya sendiri dalam memainkan permainan ataupun mengutarakan pendapatnya. Siswa diajak untuk lebih percaya diri akan kemampuan dan juga usaha yang dimiliki. Sehubungan dengan kepercayaan diri, Wulan, dkk (2020) mendapatkan bahwa teknik permainan simulasi dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Hal ini diketahui dengan adanya peningkatan skor rata-rata kepercayaan diri sebelum dan sesudah melakukan permainan simulasi sebesar 8,04%. Berikut ini beberapa tahapan dalam melakukan permainan simulasi.
Perencanaan
Guru BK melakukan persiapan untuk kegiatan layanan bimbingan kelompok permainan simulasi dengan membuat RPL BK terlebih dahulu. Selain itu, guru BK juga menentukan jumlah siswa yang akan mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian, guru BK juga menyiapkan media permainan sesuai dengan topik yang akan dibahas.
Pelaksanaan
Pada tahap ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya:
1) Pembukaan, dimana guru BK menjelaskan tujuan dan proses pelaksanaan kegiatan terlebih dahulu.
2) Transisi yang meliputi: (a) guru BK menyediakan media beberan simulasi; (b) guru BK dan anggota kelompok menetapkan siapa saja siswa yang akan bermain; (c) guru BK dan anggota kelompok menentukan siswa yang akan menjadi pemeran, dapat dipilih atau ditawarkan. Dalam hal ini, siswa yang tidak terpilih sebagai pemain maupun pemeran akan observer atau penonton; (d) guru BK menyampaikan ketentuan yang ada dalam permainan.
3) Kegiatan inti yakni pelaksanaan permainan, guru BK memimpin jalannya simulasi permainan serta jalannya proses diskusi. Pada kegiatan ini, guru BK mengamati dengan seksama siswa yang melakukan kegiatan.
4) Penutup, guru BK memberikan kesimpulan terkait hasil kegiatan permainan simulasi baik dari mekanisme refleksi hasil maupun proses.
Evaluasi
Setelah pelaksanaan permainan simulasi selesai, maka guru BK mengadakan evaluasi hasil maupun evaluasi proses.
Â
d) Â Â Teknik Homeroom
    Menurut Pietrofesa (dalam Romlah, 2006: 123) homeroom merupakan suatu teknik bimbingan kelompok yang dilakukan diluar jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru BK. Disebut dengan homeroom karena pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dikondisikan seperti suasana rumah, sehingga guru BK dapat bertindak sebagai orang tua atau kakak dari siswa selama pelaksanaan kegiatan. Kondisi seperti ini bertujuan agar guru BK dapat lebih mengenal siswa dan siswa dapat merasa nyaman dan bersahabat dalam keadaan informal sehingga siswa dapat lebih terbuka dalam menyampaikan pendapatnya.
    Suasana informal yang membuat siswa menjadi rileks dan nyaman dapat membuat siswa menjadi lebih mudah untuk berinteraksi dengan siswa lainnya serta dapat lebih percaya diri pada kemampuannya. Safitri, dkk (2022) membuktikan bahwa teknik homeroom dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa hasil post-test lebih tinggi dari hasil pre-test. Dalam perhitungan menggunakan analisis data uji Wilcoxon menunjukkan Asymp.Sig (2-tailed) bernilai 0,018 dimana bimbingan kelompok homeroom berpengaruh dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa. Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan teknik homeroom, yakni sebagai berikut.
Tahap Pembentukan
Guru BK menyiapkan sarana dan fasilitas yang diperlukan ketika melakukan bimbingan kelompok dengan teknik homeroom, misalnya pot bunga, camilan ringan, dan karpet sebagai tempat duduk. Guru BK harus menyiapkan ruangan yang mirip dengan suasana rumah. Guru BK juga bisa menanyakan langsung kepada siswa yang akan mengikuti bimbingan kelompok mengenai hal apa saja yang dapat membuat mereka nyaman seperti saat berada di rumah agar nantinya suasana rumah dapat benar-benar terealisasikan. Pada tahap ini, guru BK dapat memulai pengakraban dengan anggota kelompok dengan perkenalan serta ice breaking.
Tahap Peralihan
Pada tahap peralihan, guru BK menanyakan kesiapan siswa dalam memulai kegiatan. Sebelumnya, guru BK harus memastikan secara langsung dengan menanyakan apakah situasi dan kondisi bimbingan kelompok ini sudah membuat siswa nyaman seperti di rumah ataukah belum. Sehingga, siswa bisa siap untuk melanjutkan tahap berikutnya.
Tahap Kegiatan
Guru BK dapat memulai kegiatan dengan menyampaikan topik yang akan dibahas terlebih dahulu, misalnya topik tentang rasa percaya diri kemudian anggota kelompok dapat membahasnya lebih luas. Guru BK Â harus mengarahkan proses kegiatan agar dapat dilakukan dengan lancar. Selain itu, guru BK juga harus menjaga suasana bimbingan kelompok agar tetap nyaman seperti suasana rumah yang penuh kasih sayang, kehangatan, dan kekeluargaan. Setelah itu, diskusi dapat dilakukan dengan nyaman tanpa ada suasana yang menegangkan.
Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini, guru bimbingan konseling mempresentasikan hasil dan rekomendasi dari kegiatan yang telah diselesaikan. Guru konseling juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi pemikiran dan pesan mereka setelah terlibat dalam kegiatan.
PENUTUP
      Percaya diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu atas kemampuan yang dimiliki serta menyadari akan kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya sehingga dapat melakukan segala hal dengan rasa tanggung jawab. Terdapat beberapa dampak jika individu memiliki rasa percaya diri yang rendah yaitu: 1) Tidak memiliki harapan; 2) Tidak mampu mengambil keputusan; 3) Selalu merasa frustasi; 4) Tidak mempunyai motivasi; 5) Sering tidak bertanggung jawab; 6) Malu-malu, canggung, bahkan tidak mau dalam menghadapi orang; 7) Kemampuan berbicara dan mendengarkan kurang baik; 8) Suka berangan - angan memiliki harapan yang tidak realistis; 9) Sangat sensitif (perasa).
      Dengan demikian, rasa percaya diri harus ditingkatkan agar dapat membawa pengaruh yang positif. Rasa percaya diri ini sangat penting dimiliki oleh siswa dalam proses perkembangan dan belajarnya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa ini yaitu dengan adanya layanan bimbingan kelompok yang diberikan oleh guru BK. Layanan bimbingan kelompok dapat berguna untuk melatih kemampuan komunikasi dan pengembangan sosialisasi siswa. Untuk mengoptimalkan layanan bimbingan kelompok ini, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan oleh guru BK dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa yaitu: 1) Teknik diskusi kelompok; 2) Teknik sosiodrama; 3) Teknik permainan simulasi; dan 4) Teknik homeroom. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H