Mohon tunggu...
Nailah Ilma Hamuda
Nailah Ilma Hamuda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya adalah seorang mahasiswi tahun pertama program studi psikologi. Saya memiliki ketertarikan yang besar akan tingkah laku manusia. Saya juga cukup menyukai kegiatan menulis dan berharap tulisan saya dapat bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mine?

21 Juli 2022   12:32 Diperbarui: 22 Juli 2022   16:20 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oktav tak ingin mendengar semua itu lagi, ia mengambil HP nya paksa dari Edgar saat Edgar tak terlalu fokus. Lantas ia duduk di bangkunya. Ia lelah, mengapa fisik begitu dipermasalahkan. Bukankah semua manusia akan menua, fisik seseorang lama-lama keriput juga, melebar, bukankah itu wajar. Mengapa karena fisiknya yang berlebih ini, seakan-akan hal yang wajar bagi orang lain, menjadi suatu keanehan bagi dirinya. Meski begitu, Oktav masih berharap bahwa Rio, dambaan hatinya bukanlah orang yang seperti itu.

Hari itu---Rabu, 11 September 2019. Oktav memberanikan diri untuk menyatakan perasaanya pada Rio, ia hanya ingin tahu seperti apa sosok yang ia puja itu. Sepulang sekolah ia sudah menunggu Rio di depan kelasnya. Tubuhnya berkeringat dingin. Dirinya ragu antara tetap mengatakannya atau tidak, namun ia tetap berusaha meyakinkan hatinya. 

Setelah kira kira 15 menit menunggu, sosok itu keluar, beramai-ramai bersama 5 orang temannya, tertawa terbahak-bahak. "Ehm, kakak bener  yang namanya Kak Rio?" tanya Oktav dengan suara yang bergetar. 

"Gue? Iya gue Rio, kenapa?" jawab orang yang ada di depannya itu dengan suara berat. "Boleh saya ngomong bentar sama Kakak?" tanya Oktav agak lirih. "Ngomong apa?" tanya Rio. Oktav bingung, mana mungkin ia mengatakan yang sebenarnya di depan teman-teman Rio.

"Suatu hal, Kak, nggak bisa diomongin disini. Boleh kita pergi ke ujung lorong kelas Kakak?" jawab Oktav sambil menunjuk ke arah lorong. Teman-teman Rio melihat Oktav dengan pandangan seperti tidak suka. Tapi Oktav tidak peduli. Ia fokus pada Rio.

"Duh, penting banget ya sampai harus mojok-mojok?" tanya Rio terdengar malas. "Tolong, Kak," ucap Oktav lirih, ia berharap Rio berkenan berbicara berdua saja dengannya.

"Hmm, oke deh, guys gue ke pojokan dulu yah, mau diwawancarai kali haha biasa calon ketos, lo-lo pada duluan deh," ucap Rio kepada teman-temannya. "Yoi bro, bye!" balas teman-temannya lumayan bebarengan. Teman-teman Rio pun pergi menjauhi mereka. Oktav dan Rio lantas berjalan beriringan depan belakang menuju ujung lorong, "Mmm, Kakak inget aku nggak?" tanya Oktav sesampainya di sana. "Hah? siapa ya? Nggak tau gue," balas Rio. 

"Yang kakak tolongin masuk lewat pintu belakang waktu itu," tutur Oktav kemudian.

"Hah? Kapan? Gue sering banget masuk lewat pintu belakang, nggak inget barengan sama siapa aja," ucap Rio seraya mengernyitkan dahinya mencoba mengingat-ngingat.

"Eum....nggak penting sih kakak inget aku apa enggak, aku, cuma mau ngasih tau kakak, kalau... semenjak hari itu... aku me-r-rasa, aku a-ku s-su-ka sa-ma kakak," aku Oktav gemetar, jantungnya berdegup kencang sekali setelah ia berhasil menyatakan perasaanya. Ia memejamkan matanya, bersiap menerima apapun jawaban Rio. 

"Hah?! Suka?! Hahahaha, terus gue harus ngapain dong kalau lo suka gue?" Deg! Oktav tak mengira jawaban Rio akan semenyakitkan ini didengar oleh telinganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun