Akan tetapi begitulah Oktav, baginya penampilan nomor 2 setelah makanan. Ia tetap ke kantin dan memborong lumpia 6 buah serta seblak satu setengah porsi. Seblaknya ia makan di kantin bersama teman- teman perempuan kelasnya. "Wih, laper banget, Tav? sampai nambah lagi setengah porsi," tanya  Tina, teman samping bangkunya. "Nggak sih, biasa aja, tapi emang ini satu porsi kedikiten buat aku hehe," ucapnya sambil cengar-cengir. "Waduhh.. padahal gue udah kenyang banget makan seporsi," celetuk Dinda. "Yaiyalah, kan badan kita beda, Din," balas Oktav lagi.
Dinda agak tak enak hati karena sudah mengatakan hal itu. Ia berniat untuk meminta maaf, namun sepertinya Oktav sama sekali tak tersinggung. Ia tetap makan dengan lahap. Dinda pun mengurungkan niatnya. Mereka melanjutkan makan dan berbincang apa saja sebagai ajang pengakraban diri hingga bel masuk kelas berbunyi. Selepas itu, mereka kembali ke kelas. Oktav berjalan dengan tangan kanan menenteng plastik hitam berisikan lumpia yang niatnya akan ia makan di sela pergantian pelajaran.Â
"Eh buset.. apaan tuh plastik item? Makanan yak? Bagi-bagi, dong," seloroh laki-laki yang sama dengan pagi tadi ketika Oktav sampai di kelas, diketahui namanya Randy setelah oktav perhatikan baik-baik nametag-nya.
"Nggak! Apaan sih, nggak kenal minta-minta mulu, ini buat nanti," jawab Oktav dengan muka masam sembari menuju ke bangkunya.
"Kan sekelas harus saling mengenal dan berbagi lah, lo juga udah banyak lemak tau, ngapain sih makan mulu, diet sono. Itu makanan nggak usah dimakan, bagi bagi lemak sama gue yang ceking ini."
"Bisa nggak sih kamu nggak usah bawa-bawa badan aku, masalah banget ya aku mau gendut?" ucap Oktav sinis.
"Apaan sih, Ndut, kenyataan juga, biar lo sadar diri."
Prak! Meja Randy tiba-tiba di geprak oleh Oktav, "Aku udah sadar kok, Nggak perlu repot-repot ngingetin!!" Oktav tak bisa lagi menahan emosi yang sudah tertahan sedari tadi pagi.
"Duuh! galak bener, pms kali ya, Hahahaha," tawa Randy menggema di ruang kelas mereka, membuat suasana hati Oktav semakin tidak baik-baik saja.Â
"Apaan sih lo, Ran. Lo nggak bisa ngomong kaya gitu ke Oktav. Dia kan cewek, perasaannya lebih sensitif, Ran!'' ucap Dinda yang ada di belakang Oktav. Randy hanya mengangguk pura-pura mendengarkan.
Oktav terdiam di bangkunya. Ia terdiam selama jam pelajaran berlangsung, bahkan saat pergantian pelajaran, ia tak memakan lumpianya satupun. Mood-nya benar-benar hancur.