Namaku Reina Adila, seorang siswi kelas 3 SMA yang terkenal akan kenakalannya. Badgirl adalah julukannya. Aku sering kali membuat para lelaki putus asa akan cintanya kepadaku. Karena semua laki-laki yang menyatakan cinta padaku, aku tolak mereka mentah-mentah. Bukan tanpa alasan, tetapi aku ingin hidup bebas tanpa banyak aturan. Oh ya, di Sekolah aku memiliki Geng bernama "Rains" Yang berarti hujan. Terdiri dari aku dan Laina. Kalau berbicara tentang Laina, mungkin bulu kuduk kalian akan berdiri. Karena Laina dikenal sebagai gangster wanita berdarah dingin haha dan pastinya aku sebagai MAFIA nya. Hahaha.
Biasanya di jam kosong, kami akan nongkrong di depan kelas. Tidak ada satu pun yang berani memarahi kami berdua karena ayahku lah pemilik sekolah tersebut jadi mereka takut dan segan untuk memarahi kami. Hingga pada akhirnya seorang guru baru datang dan mengubah semuanya.
"REINA..... LAINA... Masuk!! Tegasnya.
"Mampus kita.... ayo cabut". Ucapku menarik tangan Laina.
Dengan terburu-buru kami pergi tanpa menoleh ke arah suara berasal.
"Rei... Lho takut yah ke guru baru itu?" tanya sambil mengedipkan mata.
"Aaapaaann... Siapa yang takut padanya? Reina takut pada cowo? Tidak mungkin". Jelasku menetupi rasa gugup.
Oh ya,, semenjak guru baru itu muncul, kehidupan bebasku mulai terusik. Aku dituntut harus mengikuti aturan yang tak pernah kulakukan. Ini membuatku kesal kepadanya. Ini semua gara-gara kejadian itu........
[ Flashback on ]
Ketika itu aku berjalan di tengah dinginnya malam.
"Dasar sopir brengsek... tas dan semua isinya diraib dia. Siallllll!!!!".
Aku mengutuk keras sopir taksi online yang telah menipuku. Entah kenapa jalanan begitu sepi tidak ada mobil yang lewat lagi L. Kalau saja aku ikut Laina dari awal kejadian ini tidak akan menimpaku. Mungkin aku sudah bersenang-senang dengannya di Club. Tiba-tiba........ Sebuah motor berhenti tepat di depanku. Seseorang yang kukenali tengah menatapku tajam seakan aku ini tangkapannya yang hilang.
"Sial... mau apa kamu hah?"
"Tentu saja untuk menemanimu sayang". Ucapnya menggoda.
"Jangan berani kau mendekatiku.... atau gaakk"
"Atau apa sayang.... hmmm?"
Rasa takut mulai mengurungku, LAINAAAA..... Tolong aku!!!! Seseorang tolong akuuuu... dia mulai mendekat, mencoba menyentuh rambutku. Tapi aku langsung menepisnya dengan kasar. Namun hal tersebut malah menambahnya senang. Aku menginjak kakinya dan meninju wajahnya dengan pelan T_T. Aku tak sekuat Laina, yang memiliki keberanian dan kekuatan sebanding dengan seorang laki-laki. Aku wanita keras kepala yang bersembunyi dibalik egoku.
Aku mengambil ancang-ancang dan berlari secepat yang aku bisa. Rasa takut memacuku untuk tidak mempedulikan langkah kakiku. Hingga.....
Bruuukkk...
Sebuah mobil melaju berlawanan dan menambrak badanku. Sehingga aku sedikit terlempar dan jatuh tak beraturan. Dari kejauhan seseorang berlari ke arahku. Mengangkat tubuhku dan membawaku ke dalam mobilnya. Belum sempat aku melihat wajahnya, kesadaranku menghilang.....
Sinar matahari mengenai wajahku.. menyapa pelan hingga aku terbangun dari tidurku. Tiba-tiba rasa sakit hinggap diseluruh tubuhku. Ingatanku kembali pada kejadian malam tadi. Aku menyergapkan mataku, menelaah ruangan yang sedang kutempati... aku dimana??
"Kamu sudah bangun ternyata".
Suaranya mengalihkan fokusku, nampak seorang pria muda yang tampan dengan sebuah senyum manis di bibir tipisnya. Mataku terbelalak, pria itu adalah guru baruku di Sekolah. Aku hanya mengangguk dengan gugup.
"Tumben,, kamu diam. Kamu manis kalau kamu penurut".
"Whaaattssss????? Apa yang dia katakan? Dan kenapa juga jantungku berdegug sangat kencang??". Ucapku dalam hati.
"Apa kamu panas? Ko pipi kamu merah sekali?". Tanpa terduga dia langsung menyentuh keningku yang kutahu tidak panas.
Dengan cepat aku menepis kasar tangannya itu. Dan terjadilah perbincangan tentang malam itu yang secara tiba-tiba aku menyebrang tanpa melihat kiri-kanan ke arah mobilnya. Yah memang sih, aku tidak melihat keadaan waktu itu. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika dengan keras kepalanya aku tidak mengaku kesalahanku dan malah menuduh dia yang bersalah. Hehe
[ flashback Off ]
"WOI!!! Malah melamun...".
"Heheh sorry,, pak andre tidak mengejar kita kan?"
"Gak.. "
"Syukurlah...."
"Lho kenapa Rei? Tumben lho kaya gitu? Kerasukan setan apaan lho?"
"Apaan nggak ko. Gue baik-baik aja".
"Tapi lho belakangan ini sering melamun ada masalah apa? Cerita Rei". Bujuknya.
Aku pun mulai menceritakan kejadian itu. Laina kaget dan terheran-heran terhadap tingkahku yang aneh ini. Padahal aku tidak salah tapi sikapku aneh.
***
Hari ini, pelajaran berjalan dengan sangat membosankan. Apalagi tugas yang diberikan guru baru itu, menyebalkan. Lebih baik pergi hangout saja dengan Laina.
"Laina... Kita Hangout yuk?"
"Sorry Rei, aku tidak bisa. Biasa,,, ada kerjaan yang harus kulakukan".
"Yaah... Terus gue gimana dong? gabut nih".
"Kerjain tuh tugas lho yang udah numpuk itu, besok dikumpulin. Kalau nggak, matilah lho kena omel sama pak andre".
"Iyaa?? Matilah aku".
Dengan cepat aku mencari tugas-tugas yang tidak dikerjakan dari minggu lalu. Alhasil semuanya jadi menumpuk. Jam 16.00 sampai tengah malam aku hanya duduk dengan kumpulan tugas yang membuatku mual. Yah walaupun kami brandal, namun kami tidak melupakan kewajiban kami sebagai seorang pelajar. Tanpa disadari rasa kantukku mulai menjelma menjadi sebuah ibu yang menidurkan anaknya dengan penuh kasih sayang.
KRIIIIIIINGGGGG...... KKRRIIIIIIINNGGGGG......
Suara alarm membangunkan tidurku. Gawat ini sudah siang. Sesegera mungkin aku bersiap-siap dan pergi ke sekolah.
***
"OK... untuk tugas minggu kemarin, silahkan kumpulkan di Reina. Dan bawa tugasnya ke ruangan saya". Perintahnya.
Kooo aku lagi sih... males banget harus melihat mukanya itu...
Setelah tugas dikumpulkan aku bergegas membawanya ke ruangan pak Andre, malas bangeeettttt..... :'(
"OK simpan,,,, terus pulang ... yeayyyy!!! Semangat!!!".
Nampak ruangan pak Andre begitu sunyi sepi. Kemana itu makhluk yah,,, aku membuka pintu dan melangkah ke arah mejanya.. Namun langkahku terhenti, aku melihat Laina ada di sana. Duduk bersama pak Andre.. elusan tangan lolos dipuncuk kepala Laina. Hatiku memanas...
"Permisi pak,,, ini tugas anak-anak".
"Reiii...... " ucapan laina terpotong
Aku pergi tanpa menghiraukan perkataan Laina. Yang kutahu saat ini, hatiku memanas dan air mengalir di sela mataku.. AKU MENANGIS??? UNTUK APA ??? pulang dan berdiam diri di kamar mungkin bukan kebiasaanku. Namun itu yang tengah kubutuhkan.
"Apa ini??? Air mata apa itu??". Dengan sigap aku menyekanya kasar.
Hariku kalut,,, apa yang tengah kurasakan?? Aneh.... pikiranku berputar-putar memikirkan apakah Laina dan Pak andre menjalin sebuah hubungan? Tapi masa iya kan? Terlebih perangai Laina yang seperti itu laki-laki akan takut pada dia.
" JADI APAA??? APAAA??"
"Hubungan apa yang mereka jalin? Kekasih???".
****
Aku bersikap seperti biasa kepada Laina, tidak ada yang mencurigakan darinya. Tapi apa yang mereka lakukan kemarin sore? Entahlah pertanyaan-pertanyaan itu membuatku murung. Sore itu, hujan turun begitu deras. Ponsel ku mati. Payung pun tidak ada. Laina?? Tadi dia pulang duluan, karena ada hal yang darurat. Entah kenapa beberapa hari ini Laina berusaha menyembunyikan sesuatu kepadaku. Entahlah.......
DUUEEERRRRR.......
"Ayah... Ibu.... Hiks.. hiks... Rei takuut".
Aku terduduk seketika,, memeluk lututku dengan erat. Beberapa menit kemudian seseorang menepuk pundakku.
"Haannnntttuuuuu..... pergi sana". dengan cepat ku melempar tinju pada sosok dibelakangku itu.
"Heeii... hei Reina ini aku, gurumu. Andre Mahastra".
"Pak Andree...hiks hiks". Aku pun tanpa sadar memeluknya dan menangis di dada yang kurasa kotak-kotak.
"Sudah-sudah aku antar kamu pulang yah".
Dengan anggukan cepat aku mengiyahkannya. Entahlah... bersamanya aku merasa nyaman sekali. Laju modilnya melesat menubus derasnya hujan yang turun sore itu. Tanpa sadar aku tertidur......
****
"Reinaaa..... bangun kita sudah sampai". Ucapnya
"Hmmmm.... "
"Ko bapak bisa tahu rumahku? Mau penguntit yah?". Tuduhku.
Dia hanya tersenyum menanggpi tuduhanku itu. Aku pun turun dan melambaikan tanganku pada saat kepergiannya. Hari ini pak Andre begitu aneh, dari mana dia tahu rumahku. Hmmm tapi mungkin dari data di sekolah, terlebih aku anak dari pemilik sekolah.
"Kamu dari mana saja nak, mamah khawatir mana handphonemu tidak bisa dihubungi lagi, untung tadi Andr.............".
"And... siapa mah?". Tanyaku penasaran.
"hmmm bukan siapa-siapa cepat ganti pakaian dan kita makan bersama".
Mamah berlalu meninggalkanku begitu saja.
"And...... siapa? Apa pak Andre yang mamah maksud ? ini makin aneh".
****
"Rei... sini duduk sama mamah". Panggilnya sambil menepuk sofa yang kosong di sampingnya.
"Mamah mau mengatakan sesuatu yang serius kepada kamu".
"Apa mah?".
"Sebenernya papahmu dulu memiliki sahabat yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Sebelum papahmu mempunyai semua ini, papahmu pernah bermaksud menjodohkan kamu sama anaknya sahabat papahmu".
"Maaahhhh.... Reina gak mau dijodohkan sama orang yang Rei kenal. Ini bukan jaman Siti Nurbayan lagi. Reina mohon maahhh... lagian Rei masih SMA".
"Dengarkan mamah dulu Rei... mamah mohon.. kamu sudah mengenal calon suami kamu sayang".
"Siapa mah?"
"Dia Andre Mahastra..". ucapnya semuringah.
"Pak Andre Guru Rei di Sekolah??". Ucapku kaget.
"Iya, baik kan orangnya?".
"Hmmm...".
Tapi dalam hatiku Pak Andre Kan ada hubungan sama Laina sahabatnya sendiri. Dia tidak mau menyakiti hati sahabatnya itu.
"Maaahhhh....."
"Iya sayang, kenapa?".
"Bolehkan Reina mempertimbangkan ini dulu?".
"Apa yang harus dipertimbangkan lagi, semua nya sudah menyetujuinya sayang".
"TAPII REINA TIDAAKK". Ucapku marah.
Aku bergegas pergi menuju kamar meninggalkan mamah yang masih kaget dengan penolakanku. Dari kecil aku memang bandel tapi kalau mamah yang membujuk aku tidak bisa berkata "Tidak". Tapi hari ini, kata-kata itu menyakititnya.
Di kamar aku, membuat rencana untuk kabur dari ruah nanti malam. Sementara aku menyiapkan terlebih dulu semuanya. Handphone.... ATM... kutinggalkan semuanya. Yang kubawa hanya beberapa pakaian dan uang cash. Dengan mengendap-endap aku keluar lewat jendela kamarku. Semua dijaga ketat tapi... taman belakan rumah ada jalan rahasia yang kubuat dari dulu bersama Laina. Semua berjalan mulus, aku berhasil kabur.
"Sekarang bagaimana? Kemana kuharus pergi?". Rajukku
"Reinaaa....." ucap seseorang dari belakang.
"Suara pak Andre... tapi mana mungkin, udah stop Reina jangan terus memikirkan nya". ucapku dalam hati.
"Rei.... kamu mau kemana?".
"Stop siapa pun itu, please jangan bercanda... ini menakutkan". Rajukku sambil menangis terduduk.
Seseorang memelukku.... pelukan yang nyaman dan menghangatkan.
"Pak Andre...."
"Rei... Kamu mau kemana dengan tas itu..."
"Bukan Urusan bapak". Ucapku sinis.
Aku berlalu pergi meninggalkan dia... greeeekkkk
"Kakikuuuu..... Hiksi. hiks... mamah... kaki Rei...".
"Kakiku terkilir pak, sakiiitttt..".
"Mau kabur bagaimana kalau sakit kaya gini saja kamu tidak bisa menahannya".
Dia menggendongku secara tiba-tiba dan membuatku terserentak kaget.
"Paakkkk.... turunkan aku".
"Diam.... saya tidak mau ada penolakan".
Dia membuatku terdiam hingga sesampainya di rumah. Yah dia membawaku pulang tanpa ada sedikitpun pemberontakan dariku.
*****
"Assalamu'alaikum tante...."
"Wa'alaikumussalam.... Ya ampun Reina kamu kemana.... mamah khawatir sekali,,, apa yang terjadi pada kakiku, ayooo bawa ke sofa".
"Terima kasih nak, maaf Reina sudah membuatmu kebingungan dan merepotkanmu,"
"Gak papa ko om memang sudah tanggungjawab saya untuk menjaga dia".
"Reina kenapa siiih kamu kabur kami khawatir tau". Ucap Laina.
"Kamu ada di sini juga??".
"Iya gue khawatir sama loe tau, kakak gue nyari loe ke sana kemari ditengah malam gini tau".
"Kakak loe?? Siapa??". Ucapku kaget.
"iya siapa lagi, kalau bukan Andre Mahastra... hehe sorry emang gue sengaja gak kasih tau loe... kan asyiiiaaakk kan hahaha". Tawanya terdengar nyaring.
"Huuss kamu kebiasaan yah Laina".
Andre menjitak pelan kepala Laina yang membuatku tersenyum. Semua orang tertawa melihat kelakuan kakak beradik ini. Ternyata mereka kakak beradik,, syukurlah...
"Pak Andre.... entahlah bapak membuatku selalu nyaman. Senyummu itu manis dan membuatku diabetes hahaha".Ucapku dalam hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H