Langkahku terhenti ketika melihat sebuah mobil sedan, yang kutahu pemilknya. Pak Hendra..... ada apa pak Hendra datang ke rumahku? Dengan rasa takut aku memasuki rumah.. Dan......
“Aaaassalamu’alaikum...... Pak Hendra”. Aku tertegun
“Wa’alaikumussalam.. Alhamdulillah kamu sudah datang, sini nak”.
Aku terduduk di depan pak Hendra dengan penuh tanya menjerit di kepalaku. Dan ibu memulai pembicaraan dengan menjelaskan maksud kedatangannya beliau yang membuatku kaget bukan kepalang. Namun ibu juga menceritakan tentang perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya dan ayahnya Pak Hendra, karena mereka merupakan sahabat baik sejak lama. Ibu dan Pak Hendra tidak memaksa, semua tergantung pada keputusanku “menrima” atau “tidak”. Aku pun meminta waktu dan memikirkan semuanya. Mereka pun meng “iya”kan. Sebelumnya Pak Hendra pergi memberikan Buku Harian yang telah lama hilang.
***
“Ya Allah... aku memohon petunjuk-Mu. Atas apa yang akan aku pilih diantara pilihan. Tunjukkanlah apa yang menurut kehendak-Mu baik untukku dan ibuku, Aaamiin Yaa Robbal’alamiin”.
Aku pun tertidur setelah shalat istikharah, dalam mimpiku ayah begitu bahagia melihatku menikah. Senyum penuh haru begitu terpancar begitu jelas.
Keesokan harinya, pak Hendra datang dan menunggu kepastian dari Delina.
“Bismillah... setelah Delina shalat istikharah dan alhamdulillah Delina yakin. Delina bersedia menerima lamaran dari pak Hendra”. Ucapku.
Rasa haru pun terpancar dari ibu dan pak Hendra.