“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh,, putriku yang cantik ini udah pulang,, sini-sini ibu peluk dulu”.
“Ibuuuuuu...... Delina sudah besar, malu dipeluk mulu”. Rajukku.
“Hmmmm.... Putri kecil ibu udah besar yah.. sudah siap nikah dong”. Goda ibu.
JLEB
“Aaaa..... Delina ke kamar dulu yah bu, badan delina keringetan. Mau mandi dulu yah bu”. Langkahku besar meninggalkan ibu yang terus menggodaku.
Bukan tak sopan, tapi yah harus bagaimana lagi. Ibu terus saja menggodaku untuk menikah. Walaupun aku tahu ada kekhawatiran diraut wajahnya. Ketika ayahku meninggal, semua hal ibu yang menanggungnya. Sempat berpikir untuk putus kuliah, tapi ibu berpesan agar aku harus lulus kuliah karena itu pesan dari ayah.
“Tinggal 1 tahun lagi, yaaahhh..... 1 tahun lagi ibu,, Delina akan lulus kuliah dan cita-cita ayah akan terkabul”.
Kuletakkan tas dan bersegera membersihkan diri untuk melaksanakan shalat ashar. Suara adzan begitu terdengar begitu lebut. Tenang dan damai yang kurasakan ketika panggilan adzan menyeru umat muslim untuk melaksanakan shalat. Aku mengingat masa lalu yang penuh kebodohan. Jauh dari Penciptaku membuat hidupku hancur. Namun kepergian ayah membuatku tersadar, bahwa hidup itu hanya sekali dalam seumur hidup. Dunia itu hanya persinggahan dan akhirat itu kekal.
Tanpa sadar air mataku mengalir di sela-sela pelupuk mata. Rasa bersalah selalu hinggap di hati ini.