Mohon tunggu...
I GEDEARIANA
I GEDEARIANA Mohon Tunggu... Guru - guru

guru biologi di sman 1 toili barat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran TGT pada Materi Keanekaragaman Hayati Kelas XA SMAN 1 Toili Barat

6 Desember 2023   01:00 Diperbarui: 6 Desember 2023   01:02 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan pengalaman meliputi perubahan kemampuan berpikir, bertindak dan perasaan. Proses belajar melibatkan berbagai aktivitas baik fisik, mental maupun perasaan yang juga melibatkan berbagai komponen yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi proses dan hasil belajar. Pembelajaran juga bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Anonim, 2019 )

Biologi sebagai rumpun sains, mempunyai karakteristik khusus dalam objek serta permasalahannya. Objek Biologi adalah makhluk hidup dan permasalahannya adalah fenomena kehidupan yang terjadi pada objek tersebut. Fenomena kehidupan meliputi fenomena struktural dan fungsional. Secara alami sains dibangun dari pola fikir deduktif. Walaupun demikian perkembangan ilmu yang paling mendalam dan meluas dapat menggunakan pola fikir deduktif, sehingga antara deduktif dan induktif dapat merupakan proses yang tidak berujung pangkal namun terjadi perkembangan pada setiap putaran (Sudjoko,2000).

Proses pembelajaran biologi sebagai suatu sistem, pada prinsipnya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan antara komponen-komponen raw input (peserta didik), instrumental input (masukan instrumental), environment input (masukan lingkungan) dan out put (hasil keluaran). Keempat komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran biologi dengan prosesnya berada di pusatnya. Komponen masukan instrumental yang berupa kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode, sarana dan prasarana pembelajaran, sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran biologi. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran yang tepat sangat menentukan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Permasalahannya, proses pembelajaran biologi yang selama ini terjadi masih banyak yang menggunakan teacher center dimana siswa hanya menerima informasi pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Potensi dan minat siswa dalam pembelajaran kurang mendapatkan perhatian. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran biologi yang terjadi cenderung hanya bersifat hafalan, kurang menyentuh konsep dan hakekat pembelajaran biologi sesungguhnya. Akhirnya para siswa menjadi kurang berminat dan cenderung kurang aktif selama proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung secara efektif dan efisien.

Permasalahan diatas juga terjadi pada pembelajaran biologi di kelas XA SMAN 1 Toili Barat. Kondisi pembelajaran yang kurang aktif ini akhirnya mempengaruhi hasil belajar siswa seperti yang terlihat pada nilai ulangan harian siswa kelas XA SMAN 1 Toili Barat pada materi pembelajaran keanekaragaman hayati bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal adalah 38.70 % dari 30 siswa dimana nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditentukan sekolah adalah 73 sedangkan yang belum mencapai ketuntasan minimal adalah sebesar 61,29 %.

Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi prestasi belajar siswa. Dengan memperhatikan hal tersebut, seorang guru dituntut untuk dapat memilih model pembelajaran yang bervariasi dan lebih memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga dapat mengaktifkan siswa. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran biologi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Team Game Tournament (TGT).

Model Pemnbelajaran Team Game Tournament (TGT) ini merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa terlibat aktif dalam suatu kelompok yang menyenangkan seperti permainan dan mengasah hasil kelompok dengan turnamen. Materi yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah keanekaragaman hayati yang meliputi keanekaragaman tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem, persebaran flora dan fauna di Indonesia, manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati, pengelompokkan makhluk hidup dan ekosistem . Penerapan model pembelajaran TGT ini pada materi keanekaragaman hayati  diharapkan siswa akan belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga hasil belajar akan meningkat serta memenuhi standar ketuntasan minimal yang ditentukan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran TGT pada materi pembelajaran keanekaragaman hayati kelas XA  SMA Negeri 1 Toili Barat tahun ajaran 2021/2022 ?

Bagaimanakah penggunaaan model pembelajaran TGT pada materi pembelajaran keanekaragaman hayati di kelas XA  SMA Negeri 1 Toili Barat tahun ajaran 2021/2022 yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?

Tujuan Penelitian

  • Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

    • Meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran TGT pada materi pembelajaran Keanekaragaman hayati kelas XA  SMA Negeri 1 Toili Barat tahun ajaran 2021/2022.
    • Mengetahui penggunaaan model pembelajaran TGT pada materi pembelajaran Keanekaragaman hayati di XA  SMA Negeri 1 Toili Barat tahun ajaran 2021/2022 yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  • Manfaat Hasil Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

    Siswa

    Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri 1 Toili Barat.

    • Guru
    • Meningkatkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran TGT pada materi Keanekaragaman Hayati dan pada materi pelajaran lainnya.
    • Sekolah
    • Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 1 Toili Barat.



    • BAB II
      KAJIAN PUSTAKA
       
      Kajian Teori

      Hasil Belajar
      Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati dan Mujiono, 2006).
      Menurut Hamalik (2006), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut :

    • Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian
    • Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
  • Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal :

    Faktor Internal

    Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.

    Faktor Eksternal

    Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

    Faktor yang berasal dari orang tua

    Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire.  Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.

    Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.

    Faktor yang berasal dari sekolah

    Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

    Faktor yang berasal dari masyarakat

    Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

    • Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT)
    • Pembelajaran Kooperatif
  • Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivitas. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2010).

    Menurut Slavin (2005), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi,  untuk  mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing. Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu.

    • Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT)
  • Model pembelajaran Team Game Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan oleh guru dan tim kerja yang sama seperti dalam pembelajaran kooperatif yang lain yaitu pembagian siswa menjadi tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Dalam TGT dilakukan turnamen, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Pelaksanaan  TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Karena faktor menyenangkan dan kegiatannyalah sebagian guru lebih memilih TGT daripada model pembelajaran kooperatif lainnya yang lebih bersifat kooperatif murni (Slavin, 2005).

    Menurut Sugiharto, dalam menentukan strategi pembelajaran biologi, ada lima komponen, utama dalam TGT, yaitu:

    Penyajian kelas/materi

    Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

    • Kelompok
    • Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
    • Game
    • Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan- pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

      • Turnamen
      • Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalenger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban. Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Peserta yang menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, challenger 3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader 2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
    • Penghargaan kelompok
    • Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menjadi pemenang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

    • Materi Pembelajaran Keanekaragaman Hayati
  • Kajian meteri yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah materi pembelajaran keanekaragaman hayati yang berbasis pada Kurikulum 2013. Menurut paparan Kemendikbud sendiri, Kurikulum 2013 adalah kumpulan komponen perencanaan dan pengaturan yang mencakup isi, tujuan dan bahan dari pelajaran serta cara penggunaan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sendiri dibuat agar tujuan pendidikan dapat tercapai sebagai pedoman untuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah oleh pihak- pihak yang bersangkutan. Pihak yang dimaksud yakni pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

    Materi pembelajaran keanekaragaman hayati di SMA Negeri 1 Toili Barat mengacu pada standar kompetensi (SK) yaitu memahami prinsip-prinsip keanekaragaman hayati, Sedangkan kompetensi dasar (KD) yang diacu adalah menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia beserta ancaman dan pelestariannya beserta ancaman dan pelestariannya, Menyajikan hasil observasi berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia dan usulan upaya pelestariannya. Materi pembelajaran keanekaragaman hayati yang diteliti adalah keanekaragaman hayati tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem dan peranannya dalam kehidupan.

    Kerangka Berpikir

    Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Pembelajaran dengan model TGT di SMA Negeri 1 Toili Barat kelas XA pada materi pembelajaran keanekaragaman hayati, dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa siswa baik dalam kelompok maupun dalam kelas harus bekerjasama dan berkompetisi untuk mau mengembangkan potensi menambah keterampilan, melihat kelemahan, mengambil nilai manfaat, dan kesadaran menentukan pendirian untuk menyemangati diri sendiri dan teman.

    Kegiatan dimulai dengan mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Kekompakan dalam diskusi maupun turnamen akademik sangat diperlukan sehingga suasana nyaman dan menyenangkan dapat tercipta. Game atau permainan akademik yang disajikan dalam TGT diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan dan ketrampilan siswa sehingga motivasi siswa dalam kegiatan belajar dapat meningkat sehingga hasil belajar juga akan meningkat.

    Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, yaitu tiap siklus terdiri dari empat langkah yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, jika siklus sebelumnya belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka diperlukan perbaikan materi atau strategi pembelajaran. Setelah melakukan perencanaan kembali dilakukan siklus selanjutnya sesuai dengan langkah-langkah siklus. Diharapkan dengan menggunakan metode TGT diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XA SMA Negeri 1   Toili Barat. Adapun alur kerangka berpikir digambarkan dalam sebuah skema, sebagai berikut:

                      

    Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas

                                              

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Desain Penelitian

    Model penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. Jenis penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerjasama dengan guru lain dan selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi. Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Kolaborasi ini dilakukan sejak awal perencanaan sampai pada tahap refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun alur penelitian tindakan kelas menurut Hopkins (Arikunto, 2009) sebagai berikut:

       

    Gambar 2. Alur spiral penelitian tindakan kelas

    Latar Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Toili Barat khususnya pada siswa kelas XA tahun ajaran 2021/2022 dan dilakukan pada bulan Juli -September tahun 2021.

    Prosedur Penelitian

    Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas akan dijabarkan sebagai berikut:

    Siklus 1 (pertama)

    Perencanaan (siklus 1)

    Peneliti mencari bahan-bahan yang mendukung materi pembelajaran.

    Peneliti mendesain rencana pembelajaran yang akan diberikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran TGT.

    Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mengenai materi pembelajaran keanekaragaman hayati.

    Peneliti membuat lembar observasi tentang pengamatan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung

    • Pra Tindakan
    • Peneliti mensosialisasikan kepada siswa mengenai teknis pelaksanaan model pembelajaran TGT sehingga siswa mampu memahami tugas-tugas yang akan dikerjakannya.
    • Pelaksanaan Tindakan
    • Peneliti malaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya, yaitu dengan model pembelajaran TGT. Adapun langkah-langkah model pembelajaran TGT yaitu, sebagai berikut :
    • Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran
    • Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok (tim) yang masing-masing terdiri dari 5-6 siswa (anggota tim heterogen).
    • Peneliti menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan di sampaikan yakni siklus pertama keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem serta persebaran flora dan fauna di Indonesia serta memberi kesempatan siswa mengajukan pertanyaan kepada pada guru (peneliti).
    • Siswa berdikusi mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru nya (peneliti).
    • Peneliti mempersiapkan turnamen dengan menata kartu permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi pada meja turnamen.
    • Tahap permainan dan pertandingan (game dan turnamen), yaitu :
    • Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang muncul.
    • Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak dapat menjawab  pertanyaannya,  maka  pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam.
    • Tim yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor yang telah tertera dibalik nomor tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim.
    • Pemilihan kartu bernomor dimodifikasi dengan media papan ular tangga yaitu pemilihan kartu bernomor diambil dari dadu yang terlihat pada media papan ular tangga, sampai selesai jatah nomornya.
    • Penghargaan kelompok diberikan kepada masing- masing kelompok sesuai dengan skor yang mereka dapatkan.
    • Setelah selesai tindakan dilakukan post-test (pemberian tes akhir semua materi) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar.

    • Observasi
  • Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru dan peneliti merekam semua aktivitas siswa kelas XA selama proses pembelajaran berlangsung.

    • Refleksi
    • Pada tahap refleksi peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil pengamatan yang dilakukan, ketercapaian pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran TGT yang akan digunakan sebagai pertimbangan perbaikan proses pembelajaran pada siklus berikutnya (siklus II).


      • Siklus 2 (kedua)
    • Perencanaan
    • Peneliti mencari bahan-bahan yang mendukung materi pembelajaran.
    • Peneliti mendesain  rencana pembelajaran  yang akan diberikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran TGT.
    • Peneliti membuat    rencana pelaksanaan    pembelajaran (RPP) mengenai materi pembelajaran manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup
    • Peneliti membuat   lembar observasi tentang pengamatan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung

    • Tindakan
    • Pra Tindakan

      • Peneliti mensosialisasikan kepada siswa mengenai teknis pelaksanaan model pembelajaran TGT sehingga siswa mampu memahami tugas-tugas yang akan dikerjakannya.
    • Pelaksanaan Tindakan
    • Peneliti malaksanakan rencana pembelajaran yang telah direncanakan  pada  tahap  sebelumnya,  yaitu  dengan  model pembelajaran TGT. Adapun langkah-langkah model pembelajaran TGT yaitu, sebagai berikut :
  • Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran

    Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok (tim) yang masing-masing terdiri dari 6-7 siswa (anggota tim heterogen).

    Peneliti menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan di sampaikan yakni siklus kedua manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup, serta memberi kesempatan siswa mengajukan pertanyaan kepada pada guru (peneliti)

    Siswa berdikusi mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru nya (peneliti).

    Peneliti mempersiapkan turnamen dengan menata kartu permainan yang dilengkapi nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi pada meja turnamen.

    Tahap permainan dan pertandingan (game dan turnamen), yaitu :

    • Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang muncul.
    • Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak dapat menjawab pertanyaannya, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam.
    • Tim yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor yang telah tertera dibalik nomor tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim.
    • Pemilihan kartu bernomor dimodivikasi dengan media papan ular tangga yaitu pemilihan kartu bernomor diambil dari dadu yang terlihat pada media papan ular tangga, sampai selesai jatah nomornya.
    • Penghargaan kelompok diberikan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan skor yang mereka dapatkan.
    • Setelah selesai tindakan dilakukan post-test (pemberian tes akhir semua materi) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar.

    • Observasi
  • Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru dan peneliti merekam semua aktivitas siswa kelas XA selama proses pembelajaran berlangsung.

    • Refleksi
    • Pada tahap refleksi peneliti mendiskusikan dengan guru mengenai hasil pengamatan yang dilakukan dimana siswa telah aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, serta sudah ada perbaikan di dalam kegiatan berdiskusi sehingga hasil belajar dapat meningkat pada siklus kedua ini.
  • Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    Soal-soal tes mengenai materi pembelajaran keanekaragaman hayati yang digunakan uuntuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa,

    Lembar observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa.

    Analisis Data

    Pada penelitian ini, data di analisis dengan cara sederhana yakni memaparkan secara deskriptif hasil perolehan data dari instrument penelitian yang telah disusun oleh peneliti.

    BAB IV

     

    HASIL DAN PEMBAHASAN

     

    • Hasil Penelitian
  • Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Toili Barat kelas XA semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 pada materi keanekaragaman hayati terlaksana dalam 2 siklus tindakan. Setiap siklus penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Adapun hasil dari tiap tahapan adalah sebagai berikut :

    Siklus I

    • Perencanaan
    • Berdasarkan pengalaman pembelajaran diperoleh rumusan masalah pada siswa kelas XA  SMA Negeri 1 Toili Barat adalah rendahnya hasil belajar siswa. Temuan masalah tersebut membuat peneliti memikirkan bagaimana trik untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yakni dengan menerapkan model pembelajaran TGT. Untuk dapat menerapkan model pembelajaran TGT dalam perbaikan proses pembelajaran maka peneliti bersama kolaborator membuat suatu perencanaan sebagai berikut:
    • Memilih model pembelajaran yang dapat mengatasi temuan masalah yaitu dengan penerapan model pembelajaran TGT.
    • Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I dengan sub materi keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem serta persebaran flora dan fauna di indonesia.
    • Mempersiapkan permainan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu kartu bernomor dan media papan ular tangga.
    • Mempersiapkan instrument penelitian berupa soal tes pilihan ganda sebanyak 7 soal yang akan diberikan pada akhir siklus I.
    • Membuat lembar observasi.
    • Memilih observer untuk melakukan observasi terkait pelaksanaan proses pembelajaran.
  • Pelaksanaan Tindakan

    • Pra Tindakan
    •  Pembelajaran yang akan berlangsung adalah mengenai materi pembelajaran sub materi keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem serta persebaran flora dan fauna di indonesia. Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung adalah guru menjelaskan alur model pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu dengan penerapan model pembelajaran TGT dengan tambahan media papan ular tangga. Alur dari tahapan implementasi model pembelajaran TGT antara lain menyampaikan materi secara singkat, membagi siswa kedalam kelompok kecil, diskusi kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Untuk memepersingkat waktu pelaksanaan tindakan maka pembagian kelompok dilakukan sebelum tindakan dimulai, yaitu guru membagi siswammenjadi 5 kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa heterogen. Selanjutnya guru bersama siswa menata ruang kelas agar suasana diskusi berjalan dengan baik.

      • Tindakan
    • Pembelajaran yang berlangsung pada siklus I terlaksana dalam satu kali pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Juli 2021 dari pukul 08.45 WITA sampai dengan 10.15 WITA. Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah membuka pelajaran dengan memberi salam, mengecek kehadiran siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

      Kegiatan inti dimulai, yang diawali dengan guru menyampaikan inti materi dari sub materi keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem serta persebaran flora dan fauna di indonesia. Pelaksanaan diskusi kelompok dilakukan oleh masing-masing kelompok. Guru dibantu oleh observer menyiapkan media papan ular tangga dan kartu bernomor sebagai media pendukung pelaksanaan model pembelajaran TGT. Dari setiap kelompok mengajukan perwakilannya masing-masing sebagai pembaca soal yang tertera pada kartu bernomor. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor sesuai dengan mata dadu yang muncul dalam permainan papan ular tangga dan mencoba menjawab pertanyaan yang  muncul.  Kelompok  yang  dapat  menjawab  pertanyaan dengan benar mendapat skor yang telah tertera di kartu bernomor tersebut. Kelompok yang tidak dapat menjawab pertanyaannya tidak berhak mendapatkan skor yang tertera pada kartu bernomor yang mereka dapatkan sehingga pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam. Turnamen ini dilakukan sampai semua kartu bernomor selesai dijawab. Skor yang dikumpulkan masing-masing kelompok digunakan untuk menentukan skor akhir kelompok siklus I.

      Setelah selesai kegiatan inti, dilanjutkan kegiatan penutup. Dalam kegiatan penutup ini siswa mengerjakan soal post-test siklus I yang berjumlah 5 soal yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Sebelum menutup kegiatan belajar mengajar, guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru kemudian menutup pelajaran dengan berdoa dan salam.

      Proses pembelajaran berjalan sesuai sintaks-sintaks model pembelajaran TGT materi pembelajaran keanekaragaman hayati dan persebaran flora dan fauna di Indonesia dengan penerapan model pembelajaran TGT pada RPP yang telah dibuat.

      Observasi

      Penilaian aktifitas pembelajaran ini dilakukan pada saat proses pembelajaran. Penilaian yang dilakukan pada saat pembelajaran adalah dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan observer. Rangkaian hasil dari lembar observasi pada siklus I sebagai berikut:

      Tabel 1. Aktivitas siswa saat proses pembelajaran pada siklus I

       

      No

      Indikator

      Siklus I

      ya

      Tidak

      1

      Apakah siswa belajar

      2

      Apakah siswa bertanya kepada guru

      3

      Apakah siswa berdiskusi dan saling bertanya antar teman satu kelompok

      4

      Apakah siswa kompak dalam game/ tournament

      Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I belum menunjukkan terjadinya perubahan yang signifikan. Belum ada siswa yang mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi pembelajaran keanekaragaman hayati dan persebaran flora dan fauna di Indonesia yang diajarkan. Siswa juga belum secara aktif berdiskusi dan mengajukkan pertanyaan antar teman satu kelompok. Kondisi ini akhirnya menyebabkan pada saat tournament belum terlihat kerjasama tim dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok yang ada.

      Hal ini dapat terjadi karena pada saat guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran banyak siswa yang belum memfokuskan perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan guru sehingga siswa belum paham dengan langkah-langkah model pembelajaran TGT yang mereka lakukan. Selain itu, masih banyak siswa yang kurang aktif dalam penyampaian pendapat dan pertanyaan baik mengenai langkah- langkah model pembelajaran TGT maupun materi pembelajaran yang dipelajari mengenai keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem..

      Refleksi Siklus I

       

      Proses pembelajaran pada siklus I sudah berjalan cukup efektif, namun berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan observer masih ada beberapa permasalahan yang muncul terkait ketercapaian hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran TGT. Proses pembelajaran yang sudah berjalan pada siklus I perlu diperbaiki agar proses pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik yang tentunya akan memberikan dampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa.

      Adapun hasil belajar yang didapatkan dari hasil penerapan model TGT pada siklus I adalah sebagai berikut:

      Tabel 2. Hasil Belajar Siswa materi pembelajaran keanekaragaman hayati sub materi keanekaragaman hayati dan persebaran flora dan fauna Indonesia kelas XA SMA Negeri 1 Toili Barat Siklus I.

      No

      Perolehan

      Nilai

      Jumlah

      Siswa

      Persentase jumlah

      siswa (%)

      Rata-rata

      nilai

      1

      < 70

      12

      40

      80,92

      2

      ≥ 70

      18

      60

      Berdasarkan data hasil belajar pada Tabel 2. di atas menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa pada siklus I pada sub materi pembelajaran keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem dan persebaran flora dan fauna Indonesia melalui penerapan model pembelajaran TGT diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 80,92. Jumlah siswa yang tuntas mendapatkan nilai ≥ 71 berjumlah 18 siswa atau 60%.

      Sebelum menggunakan model pembelajaran TGT diketahui nilai rata-rata yaitu 74,25 dengan jumlah siswa yang tuntas adalah 12 siswa atau 40 %. Perbandingan persentase jumlah siswa yang telah tuntas sebelum diterapkan model pembelajaran TGT dan sesudah diterapkan model pembelajaran TGT pada siklus I adalah sebagai berikut:

      Tabel 3. Perbandingan Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas kelas XA SMA Negeri 1 Toili Barat Sebelum dan Sesudah Menerapkan Model Pembelajaran TGT pada Siklus I.

       

      No

      Kegiatan Pembelajaran

      Jumlah

      Siswa

      Persentase jumlah

      siswa (%)

      1

      Sebelum menerapkan model

      pembelajaran TGT

      12

      40

      2

      Sesudah menerapkan model

      pembelajaran TGT

      18

      60

      Berdasarkan Tabel 3. tersebut dapat dilihat peningkatan jumlah persentase siswa yang telah tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 75 sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 20 % yaitu dari 40 % menjadi 60 %. Nilai persentase jumlah siswa sesudah menerapkan model pembelajaran TGT pada siklus I tersebut belum mencapai hasil yang memuaskan sesuai indikator ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan sekolah sebesar 75 %.

      Beberapa permasalahan yang muncul selama pelaksanaan pembelajaran biologi dengan menerapkan model pembelajaran TGT menjadi catatan dan refleksi di siklus I adalah sebagai berikut:

      40 % siswa masih belum mencapai KKM.

      Siswa belum ikut berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.

      Kurangnya keaktifan siswa dalam berdiskusi antar teman satu kelompok.

      Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang muncul, guru dan peneliti merencanakan langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus II, yaitu:

      • Memberi bimbingan kepada siswa dalam tahap diskusi kelompok dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan teman satu kelompok serta aktif berpendapat.
      • Melakukan pemantauan aktivitas siswa lebih intensif dan memberi peringatan bagi siswa yang masih terlihat bercanda dengan teman lain baik pada saat diskusi kelompok maupun pelaksanaan permainan dan turnamen.
      • Merubah posisi duduk siswa menjadi terpusat di tengah kelas sehingga perhatian seluruh siswa dapat terpusat pada kegiatan permainan dan turnamen.
      • Mendorong siswa lebih antusias dalam kegiatan permainan dan turnamen dengan cara memberikan penghargaan atau reward kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan dalam kegaiatan turnamen dengan benar berupa pujian dan tambahan skor kelompok.
    • Siklus II

      Pelaksanaan siklus II didasarkan atas hasil refleksi siklus I. Oleh karena itu, kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus I diharapkan tidak dilakukan pada siklus II.

      Perencanaan

      Perencanaan tindakan pada siklus II sama halnya dengan perencanaan tindakan pada siklus I. Namun berdasarkan hasil refleksi siklus I maka pada siklus II ada beberapa tambahan kegiatan, menjadi:

      • Mempersiapkan RPP siklus II dengan sub materi manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup.
      • Mempersiapkan permainan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu kartu bernomor dan media papan ular tangga.
      • Mempersiapkan instrumen penelitian berupa soal tes pilihan ganda sebanyak 6 soal dan isian singkat 9
      • Mengaktifkan siswa agar aktif selama proses pembelajaran berlangsung dengan memberikan penghargaan atau reward berupa pujian dan hadiah, sehingga prestasi siswa meningkat.
      • Membuat permainan dan turnamen menjadi lebih menyenangkan sehingga siswa dapat berkompetisi dengan teman antar kelompok.
      • Mengatur waktu kegiatan pembelajaran dengan baik agar pembelajaran lebih efektif.

    • Pelaksanaan Tindakan

      • Pra Tindakan
      • Pembelajaran yang berlangsung adalah mengenai materi pembelajaran keanekaragaman hayati sub materi  manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup. Tahapan implementasi model pembelajaran TGT antara lain menjelaskan model TGT, menyampaikan materi secara singkat, membagi siswa kedalam kelompok kecil, diskusi kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Pembagian kelompok diskusi dilakukan sebelum proses pembelajaran untuk memepersingkat waktu pelaksanaan tindakan. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa heterogen. Selanjutnya guru bersama siswa menata ruang kelas agar suasana diskusi berjalan dengan baik.
    • Tindakan
    • Pembelajaran yang berlangsung pada siklus II terlaksana dalam 1 kali pertemuan yang dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Juli 2021 pukul 08.45 WITA sampai dengan pukul 10.15 WITA di ruang kelas XA SMAN 1 Toili Barat.  Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah membuka pelajaran dengan memberi salam dan mengecek kehadiran siswa. Pada pertemuan siklus II ini proses pembelajaran tetap menggunakan penerapan model pembelajaran TGT. Sebelum memulai pembelajaran guru lebih memotivasi siswa agar lebih baik dari siklus I.
    • Kegiatan inti dimulai, yang diawali dengan guru menyampaikan inti materi dari sub upaya dan manfaat keanekaragaman hayati. Pelaksanaan siklus II ini siswa lebih fokus dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa sudah memiliki pengalaman dari siklus I. Selanjutnya siswa melaksanakan diskusi kelompok materi pembelajaran keanekaragaman hayati sub materi manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup sesuai kelompok masing-masing. Sebelum memulai permainan dan turnamen, guru mengkondisikan posisi duduk siswa menjadi lingkaran sehingga media papan ular tangga yang digunakan sebagai media pendukung pelaksanaan permainan dan turnamen berada di tengah siswa. Posisi ini dapat memfokuskan perhatian seluruh siswa pada  kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Selanjutnya, guru dan observer menyiapkan media papan ular tangga dan kartu bernomor yang akan digunkan dalam permainan dan turnamen.
    • Setiap kelompok mengajukan perwakilannya untuk menjadi pembaca soal. Tiap kelompok mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor sesuai dengan mata dadu yang muncul dalam permainan papan ular tangga dan menjawab pertanyaan yang muncul. Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapat skor yang telah tertera di kartu bernomor tersebut. Kelompok yang tidak dapat menjawab pertanyaan tidak berhak mendapatkan skor yang tertera pada kartu bernomor tersebut, maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam. Turnamen ini dilakukan sampai semua kartu selesai dijawab. Skor yang dikumpulkan masing-masing kelompok digunakan untuk menentukan skor akhir kelompok pada siklus II. Pada siklus II ini siswa sangat aktif dan lebih bersemangat mengikuti permainan dan turnamen.
    • Setelah selesai kegiatan inti, dilanjutkan kegiatan penutup. Dalam kegiatan penutup ini siswa mengerjakan post-tes siklus II berjumlah 6 soal pilihan ganda dan 9 isian singkat oleh siswa yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa mengenai materi pembelajaran yang sudah disampaikan. Siswa lebih serius mengerjakan soal post-tes siklus II. Sebelum menutup kegiatan belajar mengajar, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Guru menginformasikan nilai akhir kelompok dan memberikan penghargaan berupa hadiah bagi semua kelompok sesuai dengan tingkatan skor akhir kelompok yang didapatkan. Guru kemudian menutup pelajaran dengan berdoa dan salam. Proses pembelajaran ini berjalan sesuai sintaks-sintaks model pembelajaran TGT materi pembelajaran keanekaragaman hayati sub materi persebaran flora dan fauna Indonesia dan upaya-upaya pelestarian keanekaragaman hayati pada RPP yang telah dibuat.
  • Observasi

    Rangkaian hasil dari lembar observasi pada siklus II adalah sebagai berikut:

    Tabel 4. Aktivitas siswa saat proses pembelajaran pada siklus II

    No

    Indikator

    Siklus I

    ya

    Tidak

    1

    Apakah siswa belajar

    2

    Apakah siswa bertanya kepada guru

    3

    Apakah siswa berdiskusi dan saling bertanya antar teman satu kelompok

    4

    Apakah siswa kompak dalam game/ tournament

    Berdasarkan tabel diatas     menunjukkan keaktifan siswa telah muncul pada saat siklus ke dua ini, ketrampilan mengajukan pertanyaan juga sudah mulai nampak. Selain itu juga siswa telah aktif dalam kelompok diskusi nya serta sudah bekerja sama dalm game/tournament untuk menyelesaikan masalah yang ada. Hal ini dapat terjadi karena guru telah menkondisikan siswa dulu untuk siap dalam mengikuti proses KBM dan guru mengingatkan kembali bagaimana proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran TGT sehingga siswa lebih paham dan lebih termotivasi lagi untuk mengikuti proses pembelajaran.

    Refleksi Siklus II

    Adapun hasil belajar yang didapatkan dari hasil penerapan model TGT pada siklus II adalah sebagai berikut:

    Tabel 5 Hasil Belajar Siswa materi pembelajaran keanekaragaman hayati sub materi manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup kelas XA  SMA Negeri 1 Toili Barat Siklus II

    No

    Perolehan

    Nilai

    Jumlah

    Siswa

    Persentase jumlah

    siswa (%)

    Rata-rata

    nilai

    1

    < 70

    5

    16,66

    84,00

    2

    ≥ 70

    25

    83,33

    Berdasarkan data pada Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa pada siklus II pada pembelajaran keanekaragaman hayati sub materi manfaat dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup melalui penerapan model pembelajaran TGT diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 84,00 Jumlah siswa yang mendapatkan nilai < 70 adalah 5 siswa atau 16,66 % dan siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 berjumlah 25 siswa atau 83,33 %.

    Perbandingan persentase jumlah siswa yang telah tuntas antara persentase sebelum diterapkan model pembelajaran TGT, sesudah diterapkan model pembelajaran TGT pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Perbandingan peningkatan persentase jumlah siswa yang telah tuntas tersebut dapat dilihat pada tabel 6. sebagai berikut:

    Tabel 6.Perbandingan Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Sebelum Menerapkan Model Pembelajaran TGT, Sesudah Siklus I dan Siklus II.

    No

    Kegiatan Pembelajaran

    Jumlah

    Siswa

    Persentase jumlah

    siswa (%)

    1

    Sebelum menerapkan model

    pembelajaran TGT

    12

    40

    2

    Sesudah menerapkan model

    pembelajaran TGT siklus I

    18

    60

    3

    Sesudah menerapkan model

    pembelajaran TGT siklus II

    25

    83,33

    Berdasarkan Tabel 6 tersebut dapat dilihat peningkatan jumlah persentase siswa yang telah tuntas sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 70 sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 20 % yaitu dari 40 % menjadi 60 %. Sedangkan peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II meningkat menjadi 83,33%. Nilai persentase jumlah siswa sesudah menerapkan model pembelajaran TGT pada siklus II tersebut telah mencapai hasil yang memuaskan sesuai indikator ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan sekolah sebesar 70 %.

    Dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran TGT pada siklus II ini dapat diketahui beberapa hal, antara lain:

    • Diskusi kelompok telah berjalan dengan baik.
    • Antusias siswa dalam pelaksanaan kegiatan permainan dan turnamen mengalami peningkatan dengan diberikannya penghargaan atau reward berupa pujian dan hadiah bagi kelompok yang mendapatkan skor tertinggi.
    • Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 83,33 % dengan siswa yang mencapai KKM 70 yaitu berjumlah 25 orang dan siswa yang belum tuntas atau < 70 berjumlah 5 orang.




  • Pembahasan

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan mengetahui penggunaan model pembelajaran TGT pada materi pembelajaran keanekaragaman hayati di kelas XA SMA Negeri 1 Toili Barat tahun ajaran 2021/2022.

    Aktivitas Pembelajaran

    Berdasarkan hasil analisi data selama siklus I dan II diketahui aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan sejalan dengan kegiatan refleksi yang dilakukan setelah proses pembelajaran. Kondisi tersebut terlihat dari hasil pengamatan oleh observer selama siklus I dan II dan dapat dilihat pada tabel 7 sevagai berikut :

     

    Tabel 7. Tabel perbandingan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan II

    No

    Indikator

    Siklus I

    Siklus II

    ya

    Tidak

    Ya

    Tidak

    1

    Apakah siswa belajar

    2

    Apakah siswa    bertanya   kepada guru

    3

    Apakah    siswa    berdiskusi    dan saling bertanya antar teman satu kelompok

    4

    Apakah    siswa    kompak    dalam game/ tournament

    Berdasarkan pada tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I belum menunjukkan terjadinya perubahan yang signifikan dari sebelum tindakan dilakukan. Belum ada siswa yang mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi pembelajaran keanekaragaman hayati yang diajarkan. Siswa juga belum secara aktif berdiskusi dan mengajukkan pertanyaan antar teman satu kelompok. Kondisi ini akhirnya menyebabkan pada saat tournament belum terlihat kerjasama tim dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok yang ada.

    Penyebab kondisi tersebut adalah pada saat guru menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT di awal pertemuan masih banyak siswa yang belum memfokuskan perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan guru sehingga siswa belum paham dengan langkah-langkah model pembelajaran TGT yang mereka lakukan. Selain itu, masih banyak siswa yang kurang aktif dalam penyampaian pendapat dan pertanyaan baik mengenai langkah-langkah model pembelajaran TGT maupun materi pembelajaran yang dipelajari mengenai keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis dan ekosistem dan persebaran flora dan fauna di Indonesia.

    Hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator yang ditentukan karena siswa masih belum paham dan belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baru yaitu penerapan model pembelajaran TGT. Oleh sebab itu kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran TGT belum optimal dan berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.

    Proses pembelajaran pada siklus II juga terlaksana dalam 1 kali pertemuan seperti pada siklus II di kelas XA SMA Negeri 1 Toili Barat dengan sub materi manfaat, upaya pelestarian keanekaragam hayati dan pengelompokkan makhluk hidup. Pada pembelajaran di siklus II ini aktivitas siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan ditandai dengan siswa yang telah mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi pembelajaran keanekaragaman hayati yang diajarkan. Siswa juga sudah aktif berdiskusi dan mengajukkan pertanyaan antar teman satu kelompok. Kondisi ini akhirnya menyebabkan pada saat tournament terlihat kerjasama tim dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok yang ada. Hal ini disebabkan adanya kompetisi antar kelompok yang secara tidak langsung akan mempengaruhi motivasi belajar siswa meningkat prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Menurut Usman (2006) penggunaan media dalam pendidikan memiliki nilai atau manfaat antara lain sangat menarik motivasi siswa dalam belajar dan mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi.

    Pelaksanaan tahapan-tahapan pada siklus II masih sama dengan tahapan yang dilaksanakan pada siklus I. Sebelum dipraktekkan, guru mengingatkan kembali bagaimana proses pembelajaran melalui penerapan model  pembelajaran  TGT  sehingga  siswa  lebih  paham  dan  lebih termotivasi lagi untuk mengikuti proses pembelajaran. Adanya beberapa kesalahan dalam pelaksanaan sintaks-sintaks model pembelajaran TGT pada siklus I telah diminimalisir pada pelaksanaan siklus II ini. Menurut Bruner dalam Indriana (2011) meyakini bahwa dengan penemuan pembelajaran, maka secara inheren ada sebuah proses uji coba yang harus dilalui oleh para siswa. Oleh karena itu, kesalahan menjadi proses mental alternatif dan merupakan bagian pembelajaran yang penting.

    Hasil Belajar Siswa

    Hasil belajar siswa diukur dari penilaian yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung atau evaluasi melalui tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan isian pendek yang terdiri dari 7 soal pada siklus I dan 6 pilihan ganda 9 isian pendek pada siklus II. Untuk memperjelas perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, maka rata-rata hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

       

    Gambar 3. Diagram perbandingan persentase jumlah siswa yang tuntas sebelum siklus I, siklus I, dan siklus II

    Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa sebelum diterapkan model pembelajaran TGT adalah 40%. Persentase jumlah siswa yang tuntas pada siklus I adalah 60 %, sedangkan pada siklus II  83,33%. Peningkatan yang terjadi sebelum diterapkan siklus I dan siklus I mengalami peningkatan sebesar 20% dan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 23,33 %. Peningkatan sebelum siklus I dan siklus I lebih signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada siklus I  ke siklus II. Hal ini disebabkan karena siswa langsung menyenangi model pembelajaran TGT yang terdapat kegiatan permainan dan bersifat kooperatif atau berkelompok.

    Interaksi antar siswa yang muncul pada saat kerja kelompok, sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Piaget (Slavin, 2011) bahwa interaksi di antara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian prestasi siswa. Sedangkan persentase jumlah siswa telah tuntas pada siklus II mencapai 83,33 %. Akan tetapi peningkatannya hanya 23,33 %. Hal ini disebabkan karena ada siswa yang mudah frustasi dengan kegagalan yang mereka alami pada siklus I dan berulang lagi pada siklus II. Menurut Hamalik (2011) setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan. Ada murid yang karena kegagalannya justru menimbulkan incentive tetapi ada siswa yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan, misalnya tergantung stabilitas emosinya masing- masing.

    Terjadinya peningkatan prestasi belajar biologi sampai siklus II menunjukkan bahwa usaha perbaikan proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran TGT dapat terlaksana dengan baik dan mencapai indikator yang telah ditentukan, yaitu pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah adalah 25 siswa atau dengan kata lain siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 mencapai 83,33% % peningkatan yang ini disebabkan karena siswa merasa senang dengan adanya kegiatan permainan pada model pembelajaran TGT yang diterapkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan  teori  yang  diungkapkan  oleh  Slavin  (2011)  yaitu  TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan.

    Suasana pembelajaran kelas XA dengan menerapkan model pembelajaran TGT yang menambahkan suasana kegembiaraan dengan adanya permainan dan turnamen antar kelompok dapat terlaksana dengan baik dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan model pembelajaran TGT dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, diskusi kelompok dengan sungguh-sungguh, dan kerjasama dalam menyelesaikan kesulitan belajar sehingga tujuan belajar biologi dapat tercapai dengan baik. Uno (2011) menyatakan bahwa penggunaan simulasi dan permainan merupakan salah satu upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami atau dihargai. Sedangkan tindakan lebih lanjut yang dapat dilakukan untuk menghargai hasil kerja keras siswa tersebut dapat diberikan penghargaan karena dengan memberikan penghargaan kepada siswa sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kepada prestasi belajar yang lebih baik.

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

    Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I yaitu 60 % dan siklus II yaitu 83,33 % atau meningkat sebesar 23,33 % melalui penerapan model pembelajran TGT pada proses pembelajaran biologi materi keanekaragaman hayati di kelas XA SMA Negeri 1 Toili Barat.

    Model pembelajaran TGT dalam proses pembelajaran biologi materi keanekaragaman hayati dapat dilaksanakan sesuai dengan sintaks-sintaks TGT, yaitu :

    Penyajian materi;

    Diskusi/belajar kelompok;

    Permainan;

    Turnamen; dan

    Penghargaan kelompok.

    Saran

    Guru

    Model pembelajaran TGT dapat digunakan sebagai sumber model pembelajaran yang baru dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    • Instansi sekolah
    • Model pembelajaran TGT dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran tertentu.

      • Peneliti lain
    • Penelitian tindakan kelas hendaknya menggunakan alternatif pembelajaran menggunakan kombinasi model pembelajaran TGT dengan menambahkan media pembelajaran agar lebih meningkatkan proses pembelajaran.

      DAFTAR PUSTAKA

       

      Anonim. 2009. http://mrsigitblog.wordpress.com/2009/04/17/pembelajaran- biologi/. Diakses pada tanggal 08 September 2021.

      Arikunto, suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

      Indriana, Dina. 2011. Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Yogyakarta: Diva Press.

      Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjoko. 2000. Strategi Belajar Mengajar. IKIP UNY : Yogyakarta.

      Sugiharto,        Bowo. 2010.   “Menentukan  Strategi            Pembelajaran“. http://bowo.staff.fkip.uns.ac.id/2010/08/26/Menentukan_Strategi_Pembela jaran-Biologi/. Diunduh tanggal 08 September 2021.

      Slavin, Robert. E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

      Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

      Usman . 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

                                                                                                             

       

      LAMPIRAN FOTO SEMINAR PTK

        

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun