Aku masih berdiri di depan rak buku yang berada di samping ranjang kasur Oma. Kuambil satu buku dengan judul berbahasa belanda. Walau aku sama sekali tidak mengerti bahasa belanda, akan tetapi di atas kiri sipnosis novel itu, terpampang foto seorang perempuan muda nan cantik berwajah Indo─Libanon.
Aku meyakinkan diri bahwa foto penulis itu adalah Oma semasa muda. Sebuah figura foto yang bersandar pada dinding lusuh bercorak entah terpampang gambar foto yang sama dengan yang berada pada bagian belakang novel itu. Hal itu menambah keyakinanku, bahwa penulis buku itu adalah Oma.
“Apakah buku ini Oma yang menulis?” tanyaku seakan tak mengetahui bahwa Oma yang menulis novel itu.
“Iya, Bayu.” singkat, jawabnya.
“Jika boleh tahu, apa arti judul buku ini, Oma?”
“Perempuan di Mata Lelaki.” jelasnya.
“Sangat disayangkan, aku tidak mengerti bahasa Belanda, Oma. Pasti ceritanya sangat menarik ya.”
“Aku menulis novel itu berdasarkan kisah nyataku, Bayu. Salah satu seorang sahabatku yang juga seorang penulis di Negeri kincir angin itu mengatakan, bahwa novelku sangat menarik perhatiannya. Ahk, ungkapan itu membuatku jatuh tersanjung.”
“Jadi, kapan Oma akan menceritakan isi dari buku ini?”
“Kau benar-benar ingin mengetahui cerita ini, Bayu?”
“Ya, Oma. Aku sangat ingin mengetahuinya.” aku semakin penasaran.