Tidak menyadari sepenuhnya tanggung jawab dan tantangan dalam profesi guru adalah faktor lain yang membuat seseorang menjadi "guru yang dijadikan." Hal ini meliputi:
- Kurangnya Pemahaman: Seseorang mungkin memilih profesi guru tanpa pemahaman yang jelas tentang tanggung jawab besar yang menyertainya. Mereka mungkin menganggap mengajar hanya sebagai pekerjaan rutin tanpa menyadari kebutuhan untuk terus belajar, berinovasi, dan mengembangkan diri.
- Ketidaksiapan Menghadapi Tantangan: Profesi guru memerlukan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan, termasuk manajemen kelas, kebutuhan individual siswa, dan perubahan dalam kurikulum atau metode pengajaran. Tanpa kesadaran dan persiapan yang memadai, individu mungkin merasa kewalahan dan tidak efektif dalam mengajar.
Dampak: Guru yang tidak menyadari sepenuhnya tanggung jawab dan tantangan profesi ini mungkin merasa frustrasi dan tidak mampu memberikan pengajaran yang berkualitas. Hal ini bisa berdampak negatif pada perkembangan akademis dan emosional siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif.
Guru yang dijadikan cenderung menjalankan tugasnya secara rutinitas tanpa inovasi atau inisiatif tambahan. Akibatnya, proses belajar mengajar menjadi monoton dan kurang inspiratif, yang berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.
Guru Jadi-Jadian
"Guru jadi-jadian" adalah istilah yang mengacu pada individu yang mengajar tanpa kualifikasi yang memadai atau dengan cara yang tidak profesional. Mereka mungkin tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup atau sertifikasi yang relevan. Beberapa karakteristik "guru jadi-jadian" meliputi:
1. Kurangnya Kompetensi
Kurangnya kompetensi adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh "guru jadi-jadian." Mereka mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang materi pelajaran yang mereka ajarkan atau metode pengajaran yang efektif. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kompetensi antara lain:
Kualifikasi yang Kurang: Beberapa "guru jadi-jadian" mungkin tidak memiliki kualifikasi formal atau pendidikan yang memadai dalam bidang yang mereka ajarkan.
Kurangnya Pelatihan: Mereka mungkin tidak pernah menerima pelatihan atau pendidikan lanjutan tentang teknik pengajaran yang efektif.
Keterbatasan Sumber Daya: Di beberapa lingkungan pendidikan, sumber daya yang tersedia untuk pelatihan dan pengembangan guru mungkin terbatas, menyebabkan kurangnya pengembangan keterampilan.
Dampak: Kurangnya kompetensi dapat mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran, kesulitan dalam menjelaskan konsep-konsep yang kompleks, dan ketidakmampuan untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat menghambat perkembangan akademis siswa dan mengurangi kepercayaan siswa terhadap guru.