Mohon tunggu...
Ifah Latifah
Ifah Latifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Perbedaan antara Menjadi Guru, Guru yang Dijadikan atau Guru Jadi-jadian?

5 Juni 2024   01:51 Diperbarui: 5 Juni 2024   03:08 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak menyadari sepenuhnya tanggung jawab dan tantangan dalam profesi guru adalah faktor lain yang membuat seseorang menjadi "guru yang dijadikan." Hal ini meliputi:

  • Kurangnya Pemahaman: Seseorang mungkin memilih profesi guru tanpa pemahaman yang jelas tentang tanggung jawab besar yang menyertainya. Mereka mungkin menganggap mengajar hanya sebagai pekerjaan rutin tanpa menyadari kebutuhan untuk terus belajar, berinovasi, dan mengembangkan diri.
  • Ketidaksiapan Menghadapi Tantangan: Profesi guru memerlukan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan, termasuk manajemen kelas, kebutuhan individual siswa, dan perubahan dalam kurikulum atau metode pengajaran. Tanpa kesadaran dan persiapan yang memadai, individu mungkin merasa kewalahan dan tidak efektif dalam mengajar.

Dampak: Guru yang tidak menyadari sepenuhnya tanggung jawab dan tantangan profesi ini mungkin merasa frustrasi dan tidak mampu memberikan pengajaran yang berkualitas. Hal ini bisa berdampak negatif pada perkembangan akademis dan emosional siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang tidak kondusif.

Guru yang dijadikan cenderung menjalankan tugasnya secara rutinitas tanpa inovasi atau inisiatif tambahan. Akibatnya, proses belajar mengajar menjadi monoton dan kurang inspiratif, yang berdampak pada rendahnya motivasi belajar siswa.

Guru Jadi-Jadian

"Guru jadi-jadian" adalah istilah yang mengacu pada individu yang mengajar tanpa kualifikasi yang memadai atau dengan cara yang tidak profesional. Mereka mungkin tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup atau sertifikasi yang relevan. Beberapa karakteristik "guru jadi-jadian" meliputi:

1. Kurangnya Kompetensi

Kurangnya kompetensi adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh "guru jadi-jadian." Mereka mungkin tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang materi pelajaran yang mereka ajarkan atau metode pengajaran yang efektif. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kompetensi antara lain:

Kualifikasi yang Kurang: Beberapa "guru jadi-jadian" mungkin tidak memiliki kualifikasi formal atau pendidikan yang memadai dalam bidang yang mereka ajarkan.

Kurangnya Pelatihan: Mereka mungkin tidak pernah menerima pelatihan atau pendidikan lanjutan tentang teknik pengajaran yang efektif.

Keterbatasan Sumber Daya: Di beberapa lingkungan pendidikan, sumber daya yang tersedia untuk pelatihan dan pengembangan guru mungkin terbatas, menyebabkan kurangnya pengembangan keterampilan.

Dampak: Kurangnya kompetensi dapat mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran, kesulitan dalam menjelaskan konsep-konsep yang kompleks, dan ketidakmampuan untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat menghambat perkembangan akademis siswa dan mengurangi kepercayaan siswa terhadap guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun