Guru yang sejati selalu berusaha menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mendukung. Mereka:
- Menciptakan Atmosfer Positif di Kelas: Mengembangkan suasana kelas yang ramah dan inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan diterima.
- Mendorong Partisipasi Aktif: Melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar melalui diskusi, proyek kolaboratif, dan kegiatan interaktif lainnya.
- Mendukung Potensi Maksimal Siswa: Memberikan dukungan dan tantangan yang diperlukan agar setiap siswa dapat mencapai potensi maksimalnya, baik secara akademis maupun pribadi.
Dengan menghayati dan menerapkan ciri-ciri ini, guru yang sejati tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik dengan penuh dedikasi dan kasih sayang, menciptakan dampak positif yang bertahan lama pada kehidupan siswa mereka. Guru yang sejati berperan sebagai teladan, inspirasi, dan motivator bagi siswanya. Mereka menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mendukung, serta selalu berusaha membantu siswa mencapai potensi maksimalnya.
Guru yang Dijadikan
"Guru yang dijadikan" adalah mereka yang memasuki profesi ini bukan karena panggilan jiwa, melainkan karena keadaan atau keterpaksaan. Mereka mungkin memiliki kompetensi akademis yang memadai, tetapi tidak memiliki dedikasi atau minat yang kuat dalam mendidik. Beberapa alasan seseorang menjadi "guru yang dijadikan" meliputi:
1. Keterpaksaan Ekonomi
Memilih profesi guru karena alasan finansial atau keterbatasan pilihan karir adalah salah satu faktor yang menyebabkan seseorang menjadi "guru yang dijadikan." Dalam konteks ini, individu memasuki dunia pendidikan bukan karena panggilan jiwa atau minat yang mendalam terhadap pengajaran, melainkan karena:
- Kebutuhan Ekonomi: Individu tersebut mungkin membutuhkan pekerjaan yang stabil dan terjamin secara finansial. Profesi guru sering kali dianggap sebagai pilihan karir yang aman dengan gaji tetap, tunjangan, dan pensiun.
- Kurangnya Pilihan Karir: Di daerah atau komunitas tertentu, pilihan karir mungkin sangat terbatas. Seseorang mungkin memilih menjadi guru karena tidak ada peluang kerja lain yang lebih baik atau sesuai dengan kualifikasi mereka.
Dampak: Guru yang memasuki profesi ini karena keterpaksaan ekonomi cenderung kurang memiliki motivasi intrinsik untuk mengajar dengan sepenuh hati. Mereka mungkin hanya melakukan tugas secara minimum yang diperlukan tanpa berusaha untuk berinovasi atau meningkatkan kualitas pengajaran. Hal ini dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa.
2. Tekanan Sosial
Menjadi guru karena dorongan dari keluarga atau masyarakat, bukan karena keinginan pribadi, adalah faktor lain yang membuat seseorang menjadi "guru yang dijadikan." Dalam hal ini:
- Harapan Keluarga: Keluarga mungkin memiliki harapan atau tradisi tertentu yang mengharuskan individu memilih profesi guru. Misalnya, jika banyak anggota keluarga yang bekerja sebagai guru, ada tekanan untuk mengikuti jejak mereka.
- Tekanan Masyarakat: Di beberapa komunitas, profesi guru sangat dihormati dan dianggap sebagai pilihan karier yang terhormat. Tekanan sosial untuk memenuhi norma atau ekspektasi masyarakat bisa mendorong seseorang untuk menjadi guru meskipun mereka tidak memiliki minat atau panggilan dalam bidang ini.
Dampak: Guru yang memasuki profesi ini karena tekanan sosial mungkin merasa tidak puas dan kurang bersemangat dalam pekerjaan mereka. Ini bisa menyebabkan penurunan kualitas pengajaran dan motivasi siswa, karena guru tidak sepenuhnya terlibat atau termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
3. Minimnya Kesadaran