Siang hari di ibu kota yang panas. Â Seorang anak muda duduk terkulay lemas di sebuah bangku tunggu sebuah Stasiun kereta api. Berencana pulang setelah selesai melakukan interview di salah satu perusahaan. Namun, sebuah hasil menyedihkan yang ia dapatkan. Yaitu... Gagal! Dikarenakan pengalaman yang tidak ada dalam kriteria lowongan yang di buka oleh perusahaan tersebut.
Hatinya pilu, sedih dan kecewa. Merasa yang telah ia lakukan selama ini sia-sia. Dari mencari pekerjaan di situs lowongan kerja, memasukkan berkas, menunggu hasil apabila berkas di terima. Dan disaat ada 1 perusahaan menyuruhnya datang untuk interview langsung. Walau berbeda kota sudah jau-jau dia datang. Ternyata masih saja gagal.
Pemuda itupun diam. Sembari dalam hatinya bergema,meraung dan tak percaya atas hasil yang ia terima. Â "Percuma! percuma jau-jau ke bekasi. Kalo gak di terima. Dasar! Goblok. Â Kenapa perusaan selalu menerima yang berpengalaman si. Terus bagaimana nasib kami yang belum mengerti. Bagaimana kami bisa memperoleh pengalaman, kalo di tes kerja saja belum. Dasar perusahan mau seenaknya sendiri. Huuu...!"Â
Sembari menghela nafas. Tiba-tiba bayangan sosok seorang wanita yang ia sayangi muncul dalam pandangannya. Ibu! Dia memanggilnya. Sosok wanita sudah parubaya, yang saat ini dia tak tau sedang melakukan apa. Dan ia pun berinisiatif menelpon. Sembari bergegas mengambil handphone dalam saku celananya.
 "Tut.... tut!"(suara handphone berbunyi)
 "Tut...tut !"
 "Assalammuallahikum,?"(wanita parubaya itu pun mengangkat handphone nya.)
 "Wa'alahikum salam.(sambil menegapkan tubuhnya di kursi). Apo kabar mak?"
 "Alhamdulillah amak baek. Kau dewek apo kabar nak? Udem makan?"
 "Baek mak. Alhamdulillah makan udem. (Berbohong)
Mamak dewek, udem makan?"
"Barusan bae mamak makan."
 "Aii lemak. Sayur apo?"
 "Sayur kacang, tumis sambel kentang:
 "Oii.. mantep mak. Begawe dak?"
 "Ini dang begawe.? Kau lagi dimano nak?"
 "Ini baru udem interview. Anye maaf mak, lom rezeki indra."
 "Oh yoo dak papo. Yang penting iktiar terus. Bebanyak bedoa. Mamak pulo bantu dari sini."Â
 "Io mak. Terimo kasih yo mak."
 "Iyo samo-samo."
 "Oh yo mak. Kabar wong di dusun mak mano? Sehat galo?"
 "Alhamdulillah sehat."
"Ohh... alhamdulillah mak. Amen lok itu..
Yo sudah mak. Ini kereta indra lah nyampe, agek malem inshaallah indra telepon agi. Wassalammuaklahikum?"
 "Wa'alahikum salam".
Telepon pun di matikan. Kembali ia merenungi tujuannya merantau. 1 persatu kereta lewat. Namun tetap ia belum mau beranjak dari kursi. Keluar masuk penumpang kereta, menjadi pemandangannya dari jam 1 siang sampai jam 5 sore. Â Hingga setelah magrib kereta tujuan bekasi - jakarta sampai untuk kesekian kalinya. Dan ia memutuskan beranjak. Di masukinya kereta yang nampak sepi itu, duduk dan kembali merenungi. Gemuru suara nyanyian cacing-cacing perut minta makan.
Namun di tahankannya. Â Sesampainya di stasiun transite manggarai, ia pun turun dan kembali menunggu kereta tujuan depok kota. Nampak orang-orang ramai di stasiun transite manggarai. Ada yang habis jalan-jalan, ada juga yang baru pulang kerja. Banyak orang yang ia perhatikan, dari yang hitam, putih. Dari yang pendek dan tinggi. Dari yang pake jaket, yang pake jas, yang pake kemeja dan kaos oblong. Begitu ramainya orang disana. Tapi tak satupun yang menghiraukan kesedihannya.
Kereta tujuan depok baru pun sampai. Di jalur 6 stasiun transite manggarai. Ia pun bergegas masuk. Dan mendapatkan kursi duduk. Banyak orang yang berdiri, berhapitan satu dan lainnya. Namun ia tak mau menghiraukan sekelilingnya. Sama seperti orang-orang di sekitar mereka, yang juga tidak menghiraukan ia. Atau bahkan menganggap ia tak ada.Â
Sesampainya di stasiun depok. Adzan isya berkumandang. Ia masih tetap tak menghiraukan dan sampailah dia ke kontrakkan yang menjadi tempat tinggalnya selama merantau. Kontrakkan 1 petak dengan 1 kamar mandi di dalam.Â
Di hempaskannya tubuhnya, dan mulai menatap langit-langit kontrakkan. Ada lampu, sarang laba-labu dan sedikit cat yang memudar. Â Di lihatnya sekeliling kontrakkan. Masih tampak sama sebelum ia tinggalkan tadi pagi berangkat ke bekasi. Â Tiba-tiba suara handphonenya berbunyi.Â
 "Hallo, assalammualahikum?"
 "Wa'allahikum salam."
 "Dimana bung?(suara teman lama yang baru berkabar)
 "Di kontrakkan. Maaf ini nomor siapa?"
 "Ah elu...! Masak sama gua aja gak kenal lagi? Sombong amat yak."
 "Eh.. ini nomor baru! Emang siapa?"
 " sarif ndrak. Sarif yang dulu kerja di PT.ADR. ah masak loe gak inget! Yang ribut waktu di kontrakkan citraraya."
 "Oh kamu rif. Apa kabar? Kerja dimana sekarang?"
 "Alhamdulillah gua baek. Gua juga sekarang jualan. Buka warung kecil-kecilan. Loe sendiri ndrak, apa kabar? dan kerja dimana?"
 "Saya belum kerja. Masih nyari rif. Hmm ada kerjaan gak ni?"
 "Kalo loe mau. Sini aja! Kita usaha bareng? Gimana mau kagak?"
 "Memang usaha apaan?"
 "Gua.. buka kedai kopi. Biasalah sekalian tempat tongkrongan anak-anak muda. Kalo malam minggu omsetnya lumayanlah. Gimana mau kagak? Selama belum dapet kerjaan."
 "Oke saya mau. Emang buka dimana?"
 "Gua buka di daerah karawaci. Loe kesini aja. Masalah tempat tinggal nanti tinggal di kedai dululah. Ada kamar kosong.".Â
"Seriusan ni..?"
"Et dah... serius. Itung-itung bales budi. Kan dulu kalo gak ada elo. Mungkin gua udah gak ada lagi di bumi. Abis di kroyok orang."(ketawa)
 "Ahh. Yang sudah biarlah berlalu rif. Saya juga bantunya iklas."
 "Nah ini yang gua suka sama loe. Lohh itu unik! Bantu orang tampah pamrih. Maaf ni ndrak. Gua tipikal orang yang suka per lah kalo kata orang. Suka gak suka, gua ngomongnya di depan orangnya."
 "Iya saya paham. Kan gara-gara itu. Kamu berantem nyampe di kroyok orang. Hh" (ketawa)
 "Yaudah ndrak. Kalo loe beneran berminat, dateng aja besok? Oke. Gua sharelok di whatsapp Lokasinya."
 "Oke rif. Kalo gitu sharelok aja. Besok inshaallah saya kesana. Setelah dzuhur udah di karawaci. Taulah? Karawaci depok kan jau."
 "Oke-oke. Dah itu aja! Wassalammuallahikum."
 "Wa'alahikumsalam"
Telepon pun dimatikan. Dan indra pun terlelap tidur di atas sebuah kasur kontrakkannya. Dan keesokan harinya, indra bangun dan bersiap-siap berangkat ke tempat sarif  di Karawaci Kota Tangerang.
Indra berangkat menaiki bus. Dan turun di cikokol tangerang. Dan dari cikokol indra naik ojek grab sesuai tujuan yang di sharelok oleh sarif tadi malam.
Sesampainya indra di sebuah kedai kopi. Ia pun langsung membayar grab dan masuk kedalam kedai. Ternyata sudah ada sarif yang menunggu dengan 2 Prempuan yang merupakan karyawan kedainya.Â
 "Assalammuallahikum"
 "Wa'alahikum salam."
 "Indra....! (Sembari menghampir indra di pintu masuk kedai) gimana perjalanannya? Kagak mabok kan?"
 "Ah kamu rif. Kagaklah....! Oh iya, ini kedai kopi kamu?"
 "Iya rif. Gimana? Bukan punya gua sih, tapi terlebih punyanya bokap gua."
 "Oh... bokap kamu habis merampok dimana, bisa buat ini kedai?"(sembari ngeledek)
 "Anjay! Kagak lah... (ketawa) kemaren bokap gua habis jual tanah. Dan gua kecipratan dikit, di tambah tabungan gua. Akhirnya gua buka kedai kopi ini."
 "Ohh... mantap lah. Sebab, usaha itu menjaminkan hasilnya rif."
 "Yo'a....!
 Oh ya kenalin, ini cindy dan ini tania?(sembari menunjuk 2 cewek yang sedang duduk di kursi kasir)
 "Indra! Indra! (Menyodorkan tangan)
 "Tania"(menjabat tangan)
 "Cindy"(menjabat tangan)
 "Oh ya... ndra(sembari berbisik) itu cindy masih single loh! Pepet aja.".Â
" ah gak lah. (Sambil memalingkan muka) oh ya! Gimana ni sistem kerja dan pembagiannya ni?"
 "Nah sini. Kita duduk dulu biar enak brro. Jadi gini. Ini kan kedai kopi baru, jadi mungkin hasilnya masih bisa di hitung. Tapi kalo loe mau palingan gua bisa bayarlo harian dulu. Sehari Rp.75.000 gimana, loe mau? Kagak."
 "Yaudah saya ambil. Terus tempat tinggal gimana?"Â
"Tempat tinggal, looe di atas. Ada kamar kosong. Jadi konci kedai loe yang pegang. Yaaa... loe gak sendiri, ada gua! Tapi, kalo loe mau, gua bisa minta cindy apa tania yang nemenin loe. Apa cabe-cabean! So... cabe-cabean karawaci cantik-cantik bro.haha "(tertawa lepas)
 "Ah kamu rif. Dasar otak mesum!"(ketawa)
 "Yaudah kalo gitu dil!(sembari mengajak jabat tangan)Â
 "Dil."(sembari menjabat tangan sarif)
Keesokan harinya, indra memulai rutinitasnya menjadi pelayan kedai kopi. Hari pertama kerjanya begitu melelahkan. Dengan orderan, dan ramainya pengunjung kedai. Istrirahat sekali disaat ada waktu luang. Setiap hari-harinya di lewati dengan rutinitas yang sama.Â
Setahun pun telah berlalu. Omset kedai mulai naik. Dan indra di angkat menjadi manager. Ia tak lagi harus melayani, hanya perlu mengawasi kinerja karyawan kedai. Cabang kedai sudah ada 5 di kota tangerang. Dan yang terakhir buka di akhir tahun. Tepat malam tahun baru.Â
Sarif sebagai owner sukses besar. Dan sebagai owner kedai ia begtu senang dengan kinerja kawannya. Dan bahkan telah menganggap indra seperti saudaranya sendiri. Bahkan orang tua sarif pun menganggap indra seperti anaknya.Â
Mereka begitu bahagia, dengan omset kedai yang lagi naik-naiknya. Sampai suatu hari,
 "Kring! Kring!"
Suara Handphone indra berbunyi. Ternyata dari orang di kampung.
 "Assalammuallahikum drak?"
 "Wa'alahikum salam mang."
 "Lagi dimano ndrak?"
 "Masih di badah begawe mang. Mak mano kabar mamang, sehat?!"
 "Alhamdulillah ndrak. Mamang sehat. Hhm... maseh begawe ndrak?"
 "Io mang. Anye dak terlalu sibuk igo. Hmm... ngapo mang? Oh yo. Apo kabar keluargo di dusun."
 "....!(diam)"
 "Mang?"
 "Yo ndrak?"
 "Ngapo dak di jawab?(sembari berjalan memasuki kasir) mang!?"
 "Begini ndrak. Maaf sebelumnyo mamang ni ganggu kau begawe."
 "Ado apo mang? Amen perlu bantuan, inshaallah pasti indra bantu mang."
 "Hmm... kamu tabah ya?"
 "Ngapo mang, ado apo? Tabah ngapo?"(memperhatikan dan mendengarkan telepon)
 "Hmmm...! Mamak kau lah pegi ninggalkah kito ndra. Di panggil yang maha kuaso."(dengan suara sedih)
 "Apo mang?!"(memekik, dan menangis sejadi-jadinya. Membuat rekan dan karyawan kedai dan pengunjung jadi bertanya-tanya).Â
 "Ada apa bang?"(tanya cindy)
 "....!" (Indra diam)
 "Ndrak, ndrak!. .... hallo hallo."(tak di gubris oleh indra)
 "Ndrak....!"(khawatir)
 "Bang ada apa?"(tania menghampir, pengunjung pun ramai menyaksikan. Dan datang lah sarif.)"
 "Ada apa bro? Coba cerita?!"
 "Mak saya rif. Mak saya,Mak saya meninggal!"(tertunduk dan meneteskan air mata)
Seisi kedai tiba-tiba menjadi sedih, dan musik yang semula masih menggibur sisi kedai pun langsung di hentikan. Semua pengunjung di minta tolong pulang. Untuk menghormati indra. Dan kedai langsung di tutup. Sarif, cindy, tania dan indra langsung bergegas untuk berangkat ke palembang. Menggunakan mobil sarif. Â
 Ternyata panggilan di handphone masih aktif. Dan di angkat oleh tania yang dari kedai tadi telah memegang handphone indra.Â
 "Assalammuallahikum?"
 "Wa'alahikum salam. Ini siapa? Indra mana?"
 "Ini tania om. Temennya indra. Ini kita udah mau jalan berangkat ke kampung indra."
 "Iya...
 Tolong hati-hati di jalan. Dan tolong semangati indra. Ya dek."
 "Iya om. Wassalammuallahikum?"
 " wa'alahikum salam.". Telepon pun dimatikan
 "Sudah ndrak. Kamu sabar, tenang. secepatnya kita berangkat.(sembari mesurport indra)"
Indra tetap diam. Dan hanya mengangguk. Air matanya tak henti-henti menetes. Sepanjang jalan ... dan di saat ia tidur, ia pun mengigau memanggil-manggil ibunya. Dan disaat ia terbangun ia kembali meneteskan air mata. Seolah-olah tidak percaya dengan kenyataan. Wanita yang paling di cintainya. Telah berpulang.
Mobil yang berangkat dari Tangerang ada 5 mobil. Semua adalah teman indra di tangerang dan keluarga sarif yang telah menganggap indra seperti anaknya sendiri. Sekitar pukul 7 pagi mereka baru sampai di kampung indra di Palembang.
Indra seakan tak percaya, matanya bengkak. Setelah menahan air mata. Mencoba tegar di depan keluarga besarnya. Semua tak terbendung lagi di saat mobil memasuki pekarangan rumah indra. Bangsal yang telah berdiri di penuhi banyak pelayat. Banyak juga orang-orang yang lalu lalang mempersiapkan makanan buat takziah. Di saat indra turun, Â kakaknya menyambut dan langsung memeluknya. Mereka menangis.
 "Ndra. Kamu harus kuat."
 Indra hanya diam.
 "Kamu sayang mamak kan ndrak?"
 Indra hanya mengangguk.
 "Ndrak, dengerin kakak. Mamak dak minta kau nangis. Kato mamak nek teakhir. Kau harus kuat! Rutinitas yang mak ini kau geluti, harusnya pacak kau lalui dengen tabah. Itu uji mamak."
 "Iya bang."(suara kecil mulai keluar dari mulut indra)
Indra pun di tuntun. Dan teman-teman yang selalu berada di sebelah indra pun turut menangis. Tubuh indra tiba-tiba ambruk tapi di pegangi oleh teman-temannya. Di saat memasuki ruang tamu, dan melihat sosok wanita yang tiap malam selalu dia rindukan. Terbaring lemas dengan balutan kain kafan putih membalut tubuhnya. Kembali berlinang air matanya. Namun ia tetap mencoba tegar. Dan dijatuhkannya, tubuhnya di sebelah jasad ibunya.
Warga dan teman-teman indra menyemangati (sabar ndrak! Sabar...). Ia hanya bisa diam dan menyaksikan. Di ciumnya pipih ibunya. Di peluk. Sembari menahan air matanya. Tapi tetap saja tak tertahan. Â Begitu cintanya dia kepada sosok wanita ini.
 "Mak! Indra balek mak?"
 "Mak kok dak jawab? Mak ini indra lah punyo gawean tetap. Indra jadi manager di kedai kopi kawan indra. Kedainyo lah punyo cabang. Indra pulo lah punyo keluargo baru. Mak! Indra sayang nian samo mamak.(memeluk lagi tubuh ibunya) mak. Indra minta maaf! Minta maaf, selamo ini indra lah jadi wong paling sombong.  Di saat indra kesusahan nyari gawean, indra galak ngeluh ke tuhab mak. Tapi di saat tuhan tolong indra. Tapi indra lupo diri! Indra lupo mak, Indra lupo sholat. Indra lalay mak. Padahal tuhan lah ngenjok segalonyo ngai indra. Mak! ... indra minta maaf. Indra janji dakke lalay lagi mak. Sesuai permintaan mamak setiap nelepon indra. Uji mamak, jangan lupoke sholat. Tapi apo!? Indra idak nurut samo mamak. Mak! Maafke indra mak."
"Sabar drak, mamak kamu pasti pengen yang terbaik kandek kamu. Dan pasti mamak kamu, maafke kamu ndrak." (Pungkas sarif menambahkan).
.... sekitar jam 8 jenaza ibu indra di sholatkan dan Setelahnya langsung di bawak ke pemakaman kampung, untuk di makamkan. Di sebelah makam suaminya. Indra masih seakan tak percaya. Begitu cepatnya tuhan ambil wanita yang paling ia cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H