Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perantau yang Sombong

4 Februari 2020   17:42 Diperbarui: 4 Februari 2020   17:48 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang hari di ibu kota yang panas.  Seorang anak muda duduk terkulay lemas di sebuah bangku tunggu sebuah Stasiun kereta api. Berencana pulang setelah selesai melakukan interview di salah satu perusahaan. Namun, sebuah hasil menyedihkan yang ia dapatkan. Yaitu... Gagal! Dikarenakan pengalaman yang tidak ada dalam kriteria lowongan yang di buka oleh perusahaan tersebut.

Hatinya pilu, sedih dan kecewa. Merasa yang telah ia lakukan selama ini sia-sia. Dari mencari pekerjaan di situs lowongan kerja, memasukkan berkas, menunggu hasil apabila berkas di terima. Dan disaat ada 1 perusahaan menyuruhnya datang untuk interview langsung. Walau berbeda kota sudah jau-jau dia datang. Ternyata masih saja gagal.

Pemuda itupun diam. Sembari dalam hatinya bergema,meraung dan tak percaya atas hasil yang ia terima.  "Percuma! percuma jau-jau ke bekasi. Kalo gak di terima. Dasar! Goblok.  Kenapa perusaan selalu menerima yang berpengalaman si. Terus bagaimana nasib kami yang belum mengerti. Bagaimana kami bisa memperoleh pengalaman, kalo di tes kerja saja belum. Dasar perusahan mau seenaknya sendiri. Huuu...!" 

Sembari menghela nafas. Tiba-tiba bayangan sosok seorang wanita yang ia sayangi muncul dalam pandangannya. Ibu! Dia memanggilnya. Sosok wanita sudah parubaya, yang saat ini dia tak tau sedang melakukan apa. Dan ia pun berinisiatif menelpon. Sembari bergegas mengambil handphone dalam saku celananya.

 "Tut.... tut!"(suara handphone berbunyi)

 "Tut...tut !"

 "Assalammuallahikum,?"(wanita parubaya itu pun mengangkat handphone nya.)

 "Wa'alahikum salam.(sambil menegapkan tubuhnya di kursi). Apo kabar mak?"

 "Alhamdulillah amak baek. Kau dewek apo kabar nak? Udem makan?"

 "Baek mak. Alhamdulillah makan udem. (Berbohong)

Mamak dewek, udem makan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun