"Dil."(sembari menjabat tangan sarif)
Keesokan harinya, indra memulai rutinitasnya menjadi pelayan kedai kopi. Hari pertama kerjanya begitu melelahkan. Dengan orderan, dan ramainya pengunjung kedai. Istrirahat sekali disaat ada waktu luang. Setiap hari-harinya di lewati dengan rutinitas yang sama.Â
Setahun pun telah berlalu. Omset kedai mulai naik. Dan indra di angkat menjadi manager. Ia tak lagi harus melayani, hanya perlu mengawasi kinerja karyawan kedai. Cabang kedai sudah ada 5 di kota tangerang. Dan yang terakhir buka di akhir tahun. Tepat malam tahun baru.Â
Sarif sebagai owner sukses besar. Dan sebagai owner kedai ia begtu senang dengan kinerja kawannya. Dan bahkan telah menganggap indra seperti saudaranya sendiri. Bahkan orang tua sarif pun menganggap indra seperti anaknya.Â
Mereka begitu bahagia, dengan omset kedai yang lagi naik-naiknya. Sampai suatu hari,
 "Kring! Kring!"
Suara Handphone indra berbunyi. Ternyata dari orang di kampung.
 "Assalammuallahikum drak?"
 "Wa'alahikum salam mang."
 "Lagi dimano ndrak?"
 "Masih di badah begawe mang. Mak mano kabar mamang, sehat?!"