Menariknya, meski warga desa kuat kuat menjalankan ritual agama dan kepercayaan, mereka saling menghargai dan hidup rukun terhadap warga pemeluk agama lain di desa.
Kulihat penduduk khususnya perempuan berhijab sebagai pertanda muslim berdagang makanan di pinggir jalan pagi, dan berjualan pecel lele dan ayam di malam hari yang kebanyakan dari Jawa Timur.
Pesona lain, keberadaan stadion I Wan Dipta sebagai home base klub sepak bola Bali United di sini. Stadion ini berdiri di tengah persawahan dan rumah penduduk.
Stadion menjadi pusat kebugaran dan olah raga warga . Banyak jalan besar dan kecil yang berujung menuju kepadanya. Dari jalan raya yang menghubungkan Denpasar ke kawasan Ubud, pengunjung mudah mengaksesnya.
Penulis rasakan kala berlari pagi, tak terasa kakiku menyusuri jalan yang menuju stadion.
Beberapa cafe kecil dan warung makan berdiri di depan stadion. Beberapa orang berlari pagi mengelilingi stadion. Sejumlah anak muda sedang belajar sepeda dan motor persis di depan stadion. Gemercik air mengalir di persawahan di areal samping kiri dan kanan jalan menuju ke sana.
Nyaman Sebagai Lokasi Kos
Selain situasi desa nyaman, adem, dan tentram, harga menu makanan dan minuman juga nyaman di kantong turis lokal. Kala sore, saat baru tiba dan hendak mencari makanan, saya tak kesulitan mendapatkannya.
Di bangunan untuk aktifitas program desa, saya membeli bakso dan ketoprak dengan harga murah. Sebagai contoh, harga satu gorengan masih Rp 1.000,- dan nasi kuning tanpa telor seharga Rp 7.000,-
Hari ini 1 Mei 2024 yang bertepatan hari Buruh International, mendorong penyelenggara mempercepat waktu meeting hingga jam 12.00 siang.