Mohon tunggu...
Mh Firdaus
Mh Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Penulis dan Traveler amatir. Menggali pengetahuan dari pengalaman terus membaginya agar bermanfaat bagi banyak khalayak..

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Buruan, Desa di Kaki Ubud Bali Nan Tenang

26 Juni 2024   10:32 Diperbarui: 27 Juni 2024   10:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wyah Ubud berlokasi di pegunungan Ubud jadi  lokasi hangout yang super nyaman (dok. pribadi)

Matahari perlahan tenggelam di ujung persawahan. Saya memandangnya perlahan warna sinarnya kemerah-merahan. Sementara kendaraanku tak beranjak dan masih jauh dari pusat keramaian Ubud. Penasaran dengan kemacetan , saya iseng mengecek informasi di kanal on line. Ternyata di saat bersamaan, ada even besar bernama BaliSprit Festival (BSF) 2024 berlangsung 1-5 Mei 2024, yang menghadirkan 2.000 turis, 90% dari luar negri.

BSF merupakan even global yang mempertemukan pegiat dan pelaku yoga, meditasi dan aktifitas lain berhubuyngan pengembangan dalam diri manusia. Ada 150 agenda selama festival yang meliputi; lokakarya, yoga, meditasi, penyembuhan, dan pengembangan diri, serta pertunjukan music dan seni (Kompas, 5 Mei 2024).  Hatiku berguman, mungkin karena BSF -- salah satunya -- sehingga jalanan ke Ubud tak bergerak.

Wyah Ubud berlokasi di pegunungan Ubud jadi  lokasi hangout yang super nyaman (dok. pribadi)
Wyah Ubud berlokasi di pegunungan Ubud jadi  lokasi hangout yang super nyaman (dok. pribadi)

Begitu melihat cafe di pinggir jalan dengan panorama sawah nan indah, secepatnya kendaraanku melipir. Di cafe bernama "Kedai D'sawah" berada di kaki kawasan Ubud, akhirnya kami menikmati senja. Suasananya sejuk, semilir angin sepoi-poi menerpa wajah, persawahan luas penuh bebek berkeliaran mencari makan, dan kesibukan petani menumbuk gabah bergantian.

Kursi dan meja diatur menghadap ke sawah. Saung khusus pribadi berderet di pojok dengan hiasan anggrek ungu dan putih. Ada kursi bantal besar sebagai alas duduk sambil tiduran persis di tegalan sawah mengadap senja. Nyaman dan membuat pikiran dan situasi psikologi pengunjung releks. Seluruh udara seolah mendukung semesta menciptakan orang terasa nyaman untuk ngobrol dan hangout bersama kerabat. Kami tertawa lepas membicangkan berbagai hal. Dari kisah lucu hingga cerita dibalik pekerjaan kantor. Harga menu makanan pun ramah dengan kantong.

Hingga di sini, saya masih penasaran Ubud sebagai center ketenangan raga. Hingga akhirnya Jum'at, 4 Mei 2024, saat kegiatan di desa Buruan kelar, bersama teman saya berhasil menggapai satu tempat hang out terkenal di Ubud, yaitu cafe "Wyah Ubud". Tempat nongkrong ini berada persis di tikungan pegunungan.   


Landskap meja dan kursinya dibuat eksotik dan nyaman. Ada saung-saung dimana pengunjung bisa memandang suasana pegunungan dan semak hijau dedaunan. Keunikan dan ketenangan situasinya berbeda dengan cafe di pinggir sawah. Di sini tak ada pemandangan sawah. Alam keheningan pegunungan beserta bunyi binatang khas hutan mengiringi suasana café.

Sore menjelang malam kala tiba, saya masih menyaksikan para pengunjung asyik berdiskusi di saung dan pojok kursi persis menghadap rimbunan pohon. Mereka menyebar di sejumlah pojok. Dari jauh terlihat seperti rumah burung dara yang bergelantung di pohon dan tebing kemiringan. Di ruang lain terdapat kursi dan meja tertata kekinian, dan di situ anak muda berbicara serius dengan lap top di mejanya.

Pemandangan indah sudut cafe Wyah Ubud, kini jadi lokasi favorit pengunjung (sumber: Stirword.com)
Pemandangan indah sudut cafe Wyah Ubud, kini jadi lokasi favorit pengunjung (sumber: Stirword.com)

Kami langsung mencari lokasi terbaik begitu tiba. Seorang teman mengajak rekannya berdiskusi tema presentasi untuk meeting besok hari. Saya membaca artikel koran nasional langgananku yang lama belum kubaca. Temanku lain membuka laptop untuk mengecek bahan laporan bulanan proyek. Menu makanan dan minuman beraneka ragam, dari roti-rotian, kopi, hingga jus buah dsb. Secara umum, caf ini nyaman buat kerja dan membaca buku serta asyik untuk berdiskusi.

Hari perlahan beranjak malam. Gelap pun mewarnai lingkungan cafe. Kini suasana rimbunan hutan terasa. Kala saya pulang dari Ubud ke penginapan, suasana jalan beranjak lenggang. Tak terasa saya terlelap di mobil karena capek. Hingga kini, suasana desa Buruan dengan ketentramannya dan kawasan sekitar Ubud tak cepat hilang dari ingatan. Rasa tenang dengan balutan spiritualitas kehidupan, serta keseimbangan alam dalam memandang hidup pelajaran tak terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun