"Duduklah."
Dia pun duduk. Dan ajaib, suara isakan Vera seperti menguap entah kemana. Hanya tersisa suara dia menarik, atau mungkin, mengeluarkan hingusnya.
"Kamu ini ...," ujar guru itu kemudian. Dia memperhatikan Vera sebentar lalu melanjutkan, "Lihat, dari tadi dia menangis terus. Kenapa jadi laki-laki tidak bisa mengalah."
Jerry masih tertunduk. Sedikit malu, juga sedikit merasa bersalah. Dia juga merasa, tubuhnya lemah sekali. Jadi dia tidak berniat menjawab pertanyaan guru yang kini berada tepat di depannya.
"Kenapa kamu bisa berkata sekasar itu?"
"Aku tak bermaksud begitu. Tapi dia yang memulainya."
"Tunggu dulu. Maksudmu dia berkata kasar?"
Jerry tidak menjawab. Tapi dia menganggukkan kepalanya dengan penuh kemantapan.
"Memangnya apa yang dia katakan?"
"Tidak pantas saya ulangi di depan Ibu. Dan seharusnya kami tidak saling bicara kasar seperti itu."
"Pintar sekali kamu bicara. Seharusnya kamu ingat kata-katamu ini sewaktu kamu membentaknya tadi ...."