"Punyaku mana?"
"Sabar!"
"Tunggu, oiii!"
Ternyata pengambilan kertas ujian berjalan barbar. Mereka berdesakan. Beberapa orang dibelakang Jerry mendorongnya. Ups! Dia hilang keseimbangan karena genangan air dibawah kakinya. Murid-murid di sekitarnya ikut limbung dan segera memisah. Sebagian ada yang jatuh terjerembab. Tangan Jerry sendiri bergerak liar dan cepat menerobos keras-kertas putih dalam genggaman Vera. Kyut! Rasa hangat menjalari tangannya. Dia hampir jatuh kalau saja tak ada yang menahannya. Tapi, apa itu yang dipegangnya barusan? Kenyal? Lembut? Astaga! Wajah Vera sungguh tidak enak dilihat. Dan Jerry tahu apa yang terjadi.
"Dasar babi kurang ajar! Cari kesempatan pegang-pegang. Anjing! Najis!"
Suhu tubuh Jerry tiba-tiba melonjak lebih tinggi. Saat ini tubuhnya memang lemas, tapi suaranya tidak. Dia meludahi tangannya sendiri.
"Puih! Siapa yang mau pegang-pegang. Bisa sial selamanya tahu! Lagi pula, siapa suruh kau sok ikut campur bagikan kertas ujian yang bukan urusan kau?"
Kerutan di dahi Vera bertambah satu garis. Membuatnya semakin buruk rupa. Dia mencampakkan kertas itu ke samping. Lalu berlari masuk ke kelasnya di sebelah. Di belakangnya mengekor Melvi dan Yenni seperti pengawal yang selalu mengikutinya. Murid yang lain tampak menggerutu karena tingkah Vera yang seenaknya. Memang benar kata Jerry, kenapa dia mengurus pembagian hasil ujian kelas lain yang bukan urusannya. Seharusnya Lini yang datang bersamanya yang membagikannya. Lini jadi merasa tak enak karenanya. Kejadian ini benar-benar buruk. Adrian segera menarik Jerry.
"Kenapa kau meladeninya? Masa kau tak tahu dia seperti apa?"
Jerry terdiam. Matanya tampak dipejam erat-erat, begitu dipaksakan. Dia terdiam selama beberapa saat. Lalu bel tanda istirahat berakhir berbunyi. Dan dia berjalan dengan letih ke dalam kelasnya. Dia berusaha menyusup di antara murid-murid lain, agar tak terlihat Julia.
****