Wennendy, Wandy dan Hendrik menelungkupkan kepala di atas meja. Entah sedang tidur atau menghayal yang tidak-tidak. Hanya Andre yang tampak tidak tenang. Dia belum sarapan pagi ini. Dan, menurutnya hujan sialan ini telah mengganggu jadwal sarapannya. Jerry hanya bisa tersenyum menanggapi keluhan Andre. Lama-lama dia bosan dan menyandarkan kepalanya di atas lengannya. Pandangannya terjaga ke arah Julia. Merekam gambar Julia dari posisi belakang. Untuk siap selalu tersenyum bila sewaktu-waktu Julia menoleh ke arahnya.
Seorang guru masuk ke kelas tak lama setelah bel tanda masuk berselang. Dan siang itu, seluruh murid di dalam kelas terlihat lesu. Gurunya punya tampak kurang bersemangat. Suaranya menerangkan pelajaran tidak bisa ditangkap dengan baik akibat suara hujan yang tak mau mengalah. Hampir sepanjang jam perjalanan mereka habiskan dengan mencatat di papan tulis.
Hujan baru benar-benar berhenti sekitar setengah dua belas siang. Jerry mulai merasa panas tubuhnya meningkat dan semakin lemas. Hidungnya mulai dipenuhi lendir-lendir kental dan membuatnya tersiksa saat bernapas. Terkadang terikut keluar saat dia menghembuskan napas. Tepat pukul dua belas dan bel istirahat kedua berbunyi. Kali ini tanpa kompromi lagi seluruh murid di dalam kelas berhamburan keluar. Lini pun segera keluar bersama Julia. Jerry perlahan beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah wc, di mana banyak murid-murid yang berdiri menghadap ke arah laut. Jerry melihat sekilas ke arah kantin. Penuh luar biasa. Rupanya banyak murid yang melampiaskan hasrat jajan mereka akibat tertahan hujan pada istirahat pertama tadi. Jerry masuk ke dalam wc setelah seorang murid perempuan keluar. Senior kelas tiga. Tatapan murid perempuan itu seperti tampak kesal. Mungkin dalam pikirannya murid itu berkata, 'tak bisa baca ya di atas pintu ditulis wc perempuan?'. Jerry menutup pintu wc dan sekuat tenaga membuang hingus dari hidungnya. Setelah lendir pekat berwarna kehijau-hijauan itu keluar dari hidungnya, Jerrry merasa lebih lega. Tapi badannya tetap saja lemas.
Jerry menemukan Adrian di antara murid-murid yang sedang menatap laut. Adrian memperlihatkan senyum khasnya begitu menyadari keberadaan Jerry.
"Ehem-ehem! Kemarin sepertinya kau begitu berbunga-bunga. Kata Lini hampir sepagian kalian ...."
Sttt! Jerry tiba-tiba menempelkan jari telunjuknya di bibir. Mencegah Adrian berkata lebih lanjut.
"Oh ...!" sahut Adrian mengerti.
Mereka kemudian hanya tersenyum saja. Memang harus hati-hati kalau mau bicara. Sekolah ini, bahkan kota ini terkenal sebagai kota gosip. Bukannya kenapa, kota sekecil ini, informasi akan tersebar seratus kali lebih cepat dibandingkan kota-kota besar. Apalagi penduduk di kota ini kurang kerjaan, kurang hiburan. Makanya membicarakan orang menjadi kebiasaan.
Tiba-tiba muncul dua orang murid berkejaran. Satu murid laki-laki dan satu murid perempuan. Entah karena persoalan apa. Biasanya murid laki-laki suka mengusili murid perempuan yang juga kebetulan keras kepala. Ups! Suara jatuh terjengkang murid laki-laki menarik perhatian dan menimbulkan gelak tawa murid-murid yang menyaksikannya. Jauh dari simpatik, murid perempuan itu malah memaki-maki meski murid laki-laki itu sudah jatuh tak berdaya. Bajunya kotor karena becek yang ditimbulkan hujan belum lama ini. Wajahnya memerah menahan malu akibat ledakan tawa teman-temannya. Hujan memang sudah berhenti. Tapi cereboh betul mereka berlari. Berjalan saja mungkin bisa terpeleset menginjak genangan air. Jerry dan Adrian turut tertawa menyaksikan kejadian barusan. Tapi tidak mengakak dan mengentak-ngentakkan kaki seperti beberapa orang yang sengaja mengekor kedua murid itu dari dalam kelas.
Beberapa murid perempuan naik ke atas. Julia bersama mereka. Tidak mengherankan kalau dia dekat dengan Lini. Tapi, dengan Vera dan Melvi dan Yenni? Sejak kapan? Memang Lini dekat dengan kedua gadis kasar itu, juga satu lagi gadis genit dan manjanya luar biasa. Apakah Julia juga ikut-ikutan jadi akrab?
Kertas-kertas putih berada dalam genggaman tangan Vera. Rupanya hasil ujian minggu lalu. Jerry berjalan diikuti Adrian menuju tempat yang mulai dikerumuni murid-murid lainnya.