Sementara itu, pernah suatu waktu saya dipanggil Abah dan menanyakan terkait salah satu buletin yang disimpan di masjid tanpa izin yang isinya ternyata sangat tendensius dan menyudutkan serta memfitnah tanpa didasari data terhadap perjuangan menerapkan Islam dalam seluruh kehidupan. Kemudian, pernah ketika Abah baru pulang pengajian di salah satu pondok pesantren, yang pendiri pesantren tersebut adalah guru Abah yang sama-sama merindukan hidup diatur dalam tatanan Syariah. Ternyata pihak panitia pesantren tersebut mengundang salah satu mubaligh, yang ternyata isinya justru menyudutkan kepada orang-orang yang memperjuangkan Islam supaya hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Saat itu Abah kemudian menegur panitianya, dan menyampaikan bahwa pendiri pesantren tersebut adalah guru Abah dan secara ideologi menginginkan Islam sebagai aturan hidupnya.
Setelah mendengar cerita ini, saya memandang pentingnya kita mengetahui dan belajar sejarah akan para pendiri pesantren, jangan sampai karena kurangnya kita belajar sejarah yang ada akan menimbulkan kurang adab terhadap para ulama-ulama terdahulu yang dalam perjuangannya justru istiqomah dalam memperjuangkan Islam. Setelah peristiwa tersebut, akhirnya Abah berencana mengumpulkan keluarganya dan putra-putri KH. Ahmad Umar (Pendiri PPM Miftahul Khoir Bandung) supaya mengetahui sejarah secara politik dan arah perjuangan pendiri pesantren PPM Miftahul Khoir supaya kejadian yang dialami Abah di salah satu pesantren guru Abah tidak terulang di PPM Miftahul Khoir.
Senang Jika Ada Qori dan Penghafal Al-Quran
Saya masih ingat ketika thaun 2018, saat itu Abah diundang oleh panitia Seminar International Al-Quran di Sabuga ITB yang diselenggarakan oleh Indonesia Al-Quran Community binaan Syaikh Khanova Maulana, Lc. Kegiatannya terdiri dari seminar, wisuda akbar 3 program Mahir Bil Quran, Parade Tasmi' 30 juz, Bazzar dan kegiatan-kegiatan lainnya. Mendengar acara tersebut Abah sangat senang dan hadir bersama ibu. Saat itu saya coba kontak pantianya untuk memberikan penghormatan kepada Abah supaya duduk di depan bersama tamu undangan dan tokoh, karena memang Abah merupakan Dewan Hakim MTQ di Kota Bandung. Setelah selesai acara, saya bertanya kepada ibu, bagaimana dengan acaranya, ternyata ibu menyampaikan ketika sambutan yang diisi oleh perwakilan pejabat di Kota Bandung, ternyata pejabat tersebut adalah murid Abah dahulunya.
Pada waktu lain, Ramadhan 1439 H tahun 2018, Ramadhan di Al-Urwatul Wutsqo semakin semarak, karena mahasiswa mahasiswa yang tinggal di kos Abah yang dinamakan kosan al-Ukhuwah ikut membantu kegiatan di masjid dan kerjasama dengan Pemuda Masjid Al--'Urwatul Wutsqo. Diantara kegiatannya selain kegiatan yang biasa rutin dilaksanakan, saat itu ada tambahan seperti kajian Islam yang diisi oleh asatidz dari luar. Saat itu ada Ust. Ir. Eri Taufiq Abd Karim (Pimpinan Majelis Inspiring Al Quran Bandung), Ust. Cecep Hermawan (Pengisi Maghrib Mengaji MQ TV), dan Kang Aga (Yuk Ngaji Bandung) yang mengisi kajian Islam. Saat itu saya masih ingat, setiap kajian Abah selalu ikut mendengarkan dan Abah duduknya di belakang anak-anak. Masya Allah meskipun dari segi bacaan Al-Quran sebenarnya Abah merupakan gurunya, tetapi Abah tidak segan ikut bermajelis untuk mendengarkan bacaan Al-Quran dari Ust Cecep Hermawan, dan meminta Ust Cecep Hermawan untuk membacakan beberapa ayat yang ada perbedaan cara bacanya dan membacakan beberapa huruf yang memiliki perbedaan bacanya.
Memang kebiasaan Abah sangat senang jika ada seseorang yang bacaan Al-Qurannya bagus, Abah ingin mendengarkan bacaannya dan membandingkan dengan bacaan yang Abah terima dari guru guru Abah, terutama ketika ada beberapa perbedaan membacanya seperti bagaimana membaca mim mati bertemu ba, nun mati atau tanwin bertemu ba, apakah bibirnya dirapatkan atau samar. Kemudian dalam pengucapan makhorijul huruf dan shifatul huruf pun Abah biasanya ingin mendengarkan dari qori lain seperti pembacaan ta, tsa, tho dan yang lainnya.
Pada tahun 2018, Alhamdulillah saya bisa sampai akhir melaksanakan shaum Ramadhan di Bandung, terutama di Masjid Al-Urwatul Wutsqo, entah mengapa tidak biasanya saya saat itu ingin full merasakan Ramadhan di Al Urwatul Wutsqo, mungkin ini sebuah isyarat bagi saya untuk memaksimalkan khidmat di hari hari terakhir Abah. Karena tahun selanjutnya pada 2019 saya tidak bisa melaksanakan secara full, karena saat itu saya sedang disibukkan dengan penulisan tesis, dan tahun 2020 nya tidak terbayangkan oleh kita semua dengan adanya covid 19 semarak kegiatan Ramadhan tidak seperti tahun tahun sebelumnya, bahkan ibadah shalat pun baik shalat berjamaah 5 waktu, shalat Jum'at dan shalat tarawih di beberapa kota dilaksanakan di rumah, termasuk di Kampung Cisitu Kota Bandung.
Sementara itu, pada tahun 2018 juga saya bisa melaksanakan shalat Idul Fitri di PPM Miftahul Khoir karena memang saya sudah berniat untuk menyempurnakan khidmat untuk guru dan almamater saya harus merasakan minimal 1 kali berlebaran di PPM Miftahul Khoir. Ketika itu saya pamit kepada Abah akan berlebaran di PPM Miftahul Khoir, entah mengapa di tahun 2018 ini perasaan saya mudah menerima untuk menghabiskan ramadhan bersama Abah dan di PPM Miftahul Khoir, berbeda dengan tahun tahun sebelunya biasanya saya selalu mudik sebelum shalat 'Idul Fitri ke Tasikmalaya.
Sangat Peduli Kepada Sesama
Sementara itu, Abah juga sangat peduli dengan keadaan orang orang yang sedang dilanda musibah, saat itu saya masih ingat Abah memanggil saya dan menanyakan bahwa Abah mewakili DKM mau menginfakkan hartanya untuk ikut membantu saudara saudara yang ada di Palu, kebetulan bulan September 2019 negeri ini sedang berduka dengan adanya musibah gempa dan tsunami di Palu. Kemudian saya kontak Direktur Badan Wakaf Al Quran Bandung yang kebetulan saat itu juga sedang membuka donasi untuk Palu, kemudian direkturnya datang dan menghadap Abah, kemudian dana dari DKM itu diserahkan via BWA. Yaa Allah sebenarnya saya tidak sanggup lagi untuk meneruskan tulisan ini, karena begitu banyak kepedulian Abah kepada orang orang yang sedang ditimpa musibah meskipun orang tersebut jauh bahkan mungkin tidak ada hubungan darah dengan Abah, tetapi itu semua dilakukan Abah atas dasar keimanan dan ukhuwah Islamiyyah.
Peduli Terhadap Perjuangan Umat Islam di Palestina