Kedekatan saya dengan Abah kembali berlanjut pada tahun 2014, ketika itu saya dipercaya dan diangkat menjadi wakil rois PPM Miftahul Khoir Bandung. Angkatan kami waktu itu memiliki satu program yang menurut saya sangat berat untuk diwujudkan, yakni kami harus menyukseskan Reuni Akbar Santri Alumni PPM Miftahul Khoir Bandung lintas generasi mulai dari 1985 -2014 yang belum pernah dilaksanakan oleh kepengurusan sebelum-sebelumnya. Otomatis tugas berat ini harus dipikul oleh kepengurusan kami, saat itu saya masih ingat ketika pertama rapat perencanaan reuni akbar yang dilaksanakan ba'da Isya, Abah hadir ikut rapat duduk dekat tiang sebelah kanan masjid Khoiru Ummah PPM Miftahul Khoir. Padahal sebetulnya bisa saja Abah mewakilkan kepada yang lain, namun asbab kehadiran Abah itu memberikan motivasi psikologis kepada panitia untuk menyukseskan acara tersebut, terutama saya yang diamanahi selaku ketua pelaksana.
Kebersamaan Dengan Abah Tahun 2015
Kyai Bijaksana
Singkat cerita dengan segala proses dan dinamika perjuangannya, Reuni Akbar Santri Alumni PPM Miftahul Khoir bisa terselenggara pada 7-8 Maret 2015 terlepas dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Nampak saya bahagia melihat Abah hadir dalam acara reuni tersebut karena Abah bisa bertemu dengan teman-teman seperjuangannya, saat itu ada Drs. KH. Djalaluddin Asy Syatibi (Pengasuh PPM Miftahul Khoir Periode 1994-2004) dan Dr. H. Fahmy Lukman, M.Hum (Atdikbud KBRI Cairo Mesir) salah satu yang ikut membangun PPM Miftahul Khoir, Dr. Ahmad Juwaini (Presiden Direktur Dompet Dhuafa), dan alumni-alumni lainnya.
Namun pasca agenda Reuni Akbar Santri Alumni PPM Miftahul Khoir karena ada beberapa hal yang mesti saya selesaikan berhubung tugas kuliah dan tuntutan menghafal Al-Quran sebagai salah satu syarat kelulusan kuliah di Prodi IPAI UPI, maka dengan berat hati saya memutuskan sementara untuk pindah pondok pesantren terlebih dahulu. Betapa beratnya saat itu saya harus pamit kepada Abah, dengan berat hati saya menyampaikan maksud pamit dari PPM Miftahul Khoir, namun tetap saya meminta izin untuk bisa mengikuti talaqqi setiap hari Sabtu, karena saat itu yang biasa talaqqi sudah sedikit kisaran 3-5 santri, dan Abah pun mempersilahkan.
Dikarenakan saat itu yang ikut talaqqi hari Sabtu sudah berkurang dan tidak istiqomah karena berbagai hal, akhirnya talaqqi pun tidak berlanjut. Selama 4 bulan saya mengikuti program Tahfizh Al Quran di Mahad Usyaqil Quran Bandung pimpinan Ustadz Muhammad Suhud al-Hafizh. Karena target hafalan saya sudah selesai untuk syarat sidang, dan ada kebijakan baru dari Ma'had bagi santri untuk tetap di pesantren hingga masa 2 tahun serta ada beberapa pertimbangan lain, saya pun tidak melanjutkan program tersebut dan memutuskan untuk kembali. Namun disini saya melakukan istikharah dan musyawarah dengan orang tua baiknya saya kemana, apakah kembali ke PPM Miftahul Khoir atau tinggal di kos.
Setelah beberapa pertimbangan termasuk dengan sudut pandang literasi terutama literasi sejarah, akhirnya saya memutuskan untuk bisa tinggal di tempat kos Abah, karena memang Abah memiliki kosan. Dalam hati saya berharap mudah-mudahan masih ada tempat yang masih kosong, sehingga saya memberanikan diri untuk datang ke kosan Abah. Setelah saya cek langsung ke tempat kosan tersebut dan bertemu dengan Abah sore itu, dalam pengamatan awal saya ternyata kosannya sudah penuh semua, namun Abah menyampaikan pesan kepada saya beberapa hari ke depan untuk kembali lagi. Selang beberapa hari akhirnya saya kembali ke tempat Abah, tidak disangka ternyata selama beberapa hari Abah membersihkan ruangan tamu yang selama ini dipakai talaqqi oleh para santri untuk ditempati oleh saya.
Agustus 2015 untuk pertama kalinya saya bisa tinggal di salah satu ruangan rumah Abah. Mulai saat itulah saya mulai bisa lebih dekat dengan Abah, karena memang niat awalnya saya ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi santri khidmat, yakni saya ingin berkhidmat kepada salah satu ulama sepuh yang masih ada di Bandung, salah satunya Abah. Sejak saat itu pula saya mulai terlibat berbagai aktivitas di DKM Al-'Urwatul Wutsqo yang Abah pimpin, dari mulai shalat berjama'ah, adzan, ikut belajar dan membaca Al-Quran dengan Abah, mengadakan Ta'lim di Masjid, mulai dilibatkan sebagai sekretaris, dipersilahkan menjadi imam masjid hingga diberi kesempatan untuk ngisi khutbah Jum'at.
Kebiasaan Abah Selama di Tempat Tinggal
Istiqomah Dalam Shalat Berjama'ah, Membaca Al-Qur'an dan Dzikir
Kebiasaan Abah selama di tempat tinggal yang saya tahu, sejak sebelum shubuh Abah sudah bangun dan segera pergi ke masjid, itu nampak dari suara khas terompah Abah, bahkan saya malu sama diri sendiri terkadang ketika Abah lewat saya belum bangun. Kemudian Abah masuk masjid melalui pintu mihrob sebelah kanan karena di sana ada salah satu ruangan khusus untuk Abah shalat, membaca Alquran, dan dzikir. Terkadang Abah juga mengeraskan bacaan Al-Qurannya melalui speaker masjid, sehingga sebelum shubuh langit Dago akan berkah dengan lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan Abah. .