29 Septermber 2019, saat itu Ustadz Ajil Yumna Al Qurthuby akan membangun Pesantren Ashabul Yumna di daerah Bandung Barat, tempatnya cukup jauh dari Bandung, bahkan sudah mendekati Purwakarta. Ketika sampai lokasi, saya sangat kaget ternyata Abah sudah ada di lokasi bahkan dengan ibu dan jamaah pengajiannya serta Abah ikut meletakkan batu pertama pembangunan pesantren. Yaa Allah saya tidak tega membayangkan bagaimana Abah di jalan yang harus menempuh perjalanan kisaran 2 -- 2.5 jam dengan menggunakan mobil, saya pun cukup kesulitan dengan menggunakan motor dengan jalan yang berkelok dan naik turun. Memang inilah kasih sayang Abah kepada murid muridnya, Abah akan datang jika diundang acara oleh murid muridnya.
Kebersamaan Dengan Abah Tahun 2020
Lanjutkan S3
26 Februari 2020 Wisuda S2 UPI. Pada wisuda S1 bulan Agustus 2017, saat itu Alhamdulillah saya sekeluarga bisa silaturahim ke rumah Abah, dan Abah sangat senang mendengar muridnya menjadi sarjana. Namun saat wisuda S2 saya tidak sempat silaturahim ke Abah, dan saya sampaikan permintaan maaf dikarenakan saat itu baru selesai acara pelepasan di prodi sampai ashar dan hujan turun, sehingga kami memutuskan untuk segara pulang. Menyesal emang waktu itu saya tidak menyempatkan untuk silaturahim ke rumah Abah, namun mau bagaimana lagi waktu tidak bersahabat saat itu. Kemudian ketika saya bertemu Abah kembali di Bandung, saya menyampaikan bahwa saya telah selesai wisuda dan Abah pun senyum bahagia mendengar muridnya selesai menjadi magister, dan Abah pun langsung spontan menyampaikan kepada saya untuk melanjutkan S3 serta mendoakan.
Ketika awal tahun 2020 kedekatan saya dengan Abah semakin berkurang dikarenakan saat itu saya sudah jarang ada di Bandung dan sering bolak bolak ke beberapa daerah dalam rangka menyelesaikan beberapa tugas penelitian, meskipun begitu jika ada di Bandung saya selalu menyempatkan untuk bertemu dengan Abah. Saat itu saya dipanggil oleh ibu ke rumah untuk meyelesaikan surat berkaitan dengan jadwal pemberian konsumsi pengajian dan jadwal penulisan imam tarawih, sebagaimana biasa pagi itu saya masuk ke rumah Abah dan disediakan secangkir kopi lengkap dengan makanannya oleh ibu. Sebagaimana saya dan Abah bincang bincang terkait kesibukan saya sekarang, dan saya pun menyampaikan kepada Abah dan Abah mendoakan, dimanapun saya berada yang penting sehat.
Bincang - Bincang Terakhir Sebelum Sakit
Saya sudah berniat dari jauh hari, jika saya nanti sudah waktunya menyempurnakan agama dan akan mengucapkan janji suci dihadapan ayah seorang gadis pilihan saya, maka saya ingin yang menyampaikan khutbah nikahnya adalah Abah. Abah juga orang yang sangat paham akan asmara santrinya, saat itu Abah tidak pernah sekalipun menjodohkan saya dengan santri lainya sebagaimana biasa yang ada dalam tradisi pesantren, Abah memberikan keleluasaan kepada saya untuk memilihi pasangan. Dapat dibayangkan seandainya saat itu Abah menawarkan salah satu saudara atau santrinya, tentunya saya akan sangat berat jika menolak tawaran Abah tersebut, karena saya sangat banyak berhutang budi dengan Abah.
Ada hal yang menarik ketika bincang bincang dengan Abah saat itu, tidak biasanya setelah Abah masuk ke dalam, ada ibu ke ruang tamu tempat saya duduk dan bincang bincang lagi, biasanya ibu sering bercerita, saat itu entah kenapa saya bertanya kepada ibu terkait dengan budaya dan adat pernikahan dari beberapa daerah yang berbeda-beda, saat itu ibu bercerita tentang pernikahan saudaranya yang ada di Minangkabau, dan ibu pun bercerita dengan adat disana seperti apa, termasuk kalau disana itu justru dari pihak perempuan yang mencari laki-laki, karena ceritanya jadi kepanjangan, biasanya Abah suka negur ibu hehe saya kadang ikut ketawa juga sebenarnya jika Abah dan ibu suka bercanda hehe. Tapi tanpa disangka, mungkin itu merupakan momen terakhir saya dan Abah bisa bincang bincang lama sebelum Abah sakit.
Awal Mula Abah Masuk Rumah Sakit
Ya pada hari Kamis 12 Maret 2020 pukul 10 malam Abah masuk rumah sakit, saya baru tahu Abah masuk eumah sakit ketika mas Khomisan (salah seorang pelayan masjid) mengumumkan hari Jum'at 13 Maret 2020, Abah saat itu dirujuk ke rumah sakit Advent Bandung. Sore hari saya bersama Ust Haqi (Ketua DKM Khoiru Umma PPM Miftahul Khoir Bandung) segera berangkat besuk ke rumah sakit. Ketika saya masuk nampak Abah sedang terbaring lemah dan saya masih sempat mencium tangannya, namun saat itu Abah kesulitan untuk berbicara. Sore itu menuju senja ketika matahari mulai turun di ufuk barat seolah menemani saya menanyakan kabar Abah kepada ibu, ternyata Abah terkena struk ringan dan saat ini keadaannya belum bisa bergerak, tetapi kedepannya Abah akan dirawat dirumah saja. Tidak terasa ketika saya bincang bincang dengan ibu, nampak sinar matahari sudah tidak kelihatan, yang ada merah jingga mewarnai Bandung kala itu, ya senja sore itu seakan menambah kesakralan suasana di rumah sakit Advent antara saya, Abah dan ibu.
Namun nampaknya, tidak pernah terbayangkan sebelumnya dikarenakan covid 19 sudah menyerang Indonesia, setelah saya dari rumah sakit, hari hari selanjutnya ternyata beberapa sekolah, kampus dan perkantoran meliburkan kegiatannya dan difokuskan semuanya di rumah. Begitu cepat suasana itu berubah, sehingga saya pun harus mengambil keputusan untuk segera pulang, karena situasi kota Bandung saat itu belum tentu kebijakan apa yang akan diambil, apakah akan menerapkan lock down atau bagaimana. Sebelum pulang saya sempat menjenguk Abah di rumah, saat itu nampak Abah sedang berbaring di ranjang dan sedang tidur, saya pun sempat masuk menengok Abah dan mendoakan untuk kesembuhan Abah, pagi itu Abah sedang tidur. Saya tidak berani menatap Abah berlama lama, karena saya sangat berat menyaksikan Abah terbaring kesakitan di tempat tidur, akhirnya saya segera kembali keluar.