Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kyai dalam Kenangan: Catatan Kebersamaan dengan Drs KH Ahmad Rifa'i

17 Juni 2020   14:35 Diperbarui: 17 Juni 2020   14:30 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih ingat pada tahun 2018 awal, tepatnya 29 April 2018. Saya izin pamit ke Abah, karena memang jika saya bepergian jauh biasanya saya memberitahukan kepada Abah khawatir ada kegiatan DKM yang mesti saya selesaikan, saat itu masih ingat setelah shalat Ashar, saya pamit ke Abah untuk menghadiri undangan Konferensi Pemuda Muslim Internasioal yang diikuti oleh perwakilan berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa untuk Pembebasan Palestina dan Al Aqsha di Bandar Lampung. Saya masih ingat saat itu Abah bilang kepada saya untuk tunggu dulu jangan dulu pergi, dan saat itu saya juga masih ingat hujan rintik rintik sore itu mulai turun, Abah pergi ke rumah Pak Aep bendahara DKM, kemudian Abah kembali lagi kepada saya dan memberikan uang untuk perjalanan saya, Yaa Allah Abah, kata Abah ini untuk bekal di jalan.

Tetiba ketika menulis ini hujan saat itu seakan tumpah ke hatiku, tidak teras bulir bulir bening pun mengalir di pipiku, Yaa Allah saya menjadi saksi akan keberpihakan Abah terhadap perjuangan untuk membebaskan Al Aqsha dan Palestina, mudah mudahan ini menjadi bukti dan saya menjadi saksi ketika Engkau bertanya kepada Abah nanti akan sikapnya terhadap kiblat suci pertama umat Islam yang sedang dijajah oleh Zionisme Israel bisa meringankan beban Abah di hari kiamat.

Bangga Mendengar Santrinya Sukses Dan Sedih Jika Ada Yang Kesusahan

Sebelum itu, pada 26 Maret 2018. Saya pun izin pamit kepada Abah, saat itu kebetulan saya ada kegiatan Student Backpakker berupa International Claas, Market Research dan Studi Budaya yang diselenggarakan di Singapura, Malaysia dan Thailand. Saat itu saya izin kepada Abah selama sepekan tidak ada di Bandung, Abah pun sangat senang mendengar kabar bahwa saya akan melakukan perjalanan internasional. Sebagaimana biasanya Abah akan ikut senang dan mendoakan jika ada murid muridnya yang sukses dalam beberapa bidang, tetapi tidak jarang Abah pun akan ikut menangis jika mendengar ada muridnya yang sedang mengalami kesusahan.

Hal ini pun disampaikan oleh Ust. Bambang Triyono, M.Ag. (Dewan Asatidz PPM Miftahul Khoir) dalam status facebooknya. Beliau seorang guru yang sangat tegas, tetapi sangat sayang kepada santri-santrinya, tidak jarang beliau menangis kalau mendengar kisah santrinya yang sukses karena beliau ikut bangga dan beliau pun tak jarang menangis kalau mendengar kabar santrinya kurang beruntung. Beliau sangat ketat kalau mengajar makhorijul huruf, sangat disiplin soal akhlak, tak jarang beliau terlihat seperti marah kalau melihat santri duduk kurang sopan, tetapi sesungguhnya beliau sangat sayang kepada santri-santrinya, pesan beliau yang terus terngiang-ngiang "Titip Islam Titip Islam".

Kebersamaan Dengan Abah Tahun 2019

Sangat Berbaik Sangka Kepada Siapapun

Kebaikan Abah kepada semua orang bahkan tidak mengenal suku dan bangsa, meskipun Abah sudah sepuh tetapi semangat Abah tidak kurang sebagaimana Abah masih muda. Pada 9 Februari 2019, Abah kedatangan salah seorang tamu yang mengatakan dari Kashmir, tamu tersebut sedang mencari dana di Indonesia untuk penyediaan Al-Quran bagi tunanetra, kebetulan saat itu saya menjadi penerjemah antara Abah dengan orang Kashmir tersebut. Abah sangat baik kepada semua orang bahkan sangat berbaik sangka, ditambah saat itu orang Kashmir tersebut dilengkapi dengan surat pengantar dari Yayasan di Kashmir dan surat dari PP DMI. Akhirnya saya pun ikut percaya, meskipun saya agak sedikit ragu.

Ya orang itu awalnya meminta dana untuk pencetakan Al Quran Braile 5 buah per masjid yang satu cetakannya kisaran harga 3 - 4.5 juta kalau tidak salah. Setelah saya berembuk dengan Abah, awalnya saya mengusulkan satu aja, karena masih banyak dari masjid lain yang bisa membantu, tetapi orang itu tetap bilang ingin 5, akhirnya Abah menyanggupi uang untuk cetak tiga Al-Quran braile yang diambil dari uang DKM. Ketika sudah disampaikan hanya mampu menyanggupi 3, ternyata orang tersebut melobi kembali Abah, karena memang Abah itu orangnya sangat baik kepada semua orang, akhirnya saya berinisiatif menghubungi pak Aep selaku bendahara DKM untuk datang menemui orang itu dan mencukupkan DKM Al-Urwatul Wutsqo bisa membantu 3 Al Quran saja. Akhirnya sepakat lah DKM memberikan 3 Al-Quran braile yang akan dicetak di Bandung katanya. Inilah salah satu momen dari sekian banyak momen kebaikan Abah kepada semua orang.

Semangat Dalam Menghadiri Pengajian

17 Maret 2019, sebagai seorang mubaligh rakyat, siapapun dan dari manapun datangnya undangan untuk ceramah, ngisi khutbah atau undangan untuk menghadiri acara yang diadakan oleh berbagai ormas Islam, sepanjang waktu dan kondisi kesehatannya masih memungkinkan tidak pernah ditolaknya oleh beliau, dengan segala suka dukanya. Suatu ketika Abah diundang untuk hadir dalam Agenda Tabligh Akbar yang diselenggarakan Yayasan Muslim Bandung dalam memperingati Isra Mi'raj di Pesantren Baiturrohman Cicaheum Pimpinan Prof. Dr. KH. Buya Salimudin. Meskipun usia Abah sudah sepuh dan kesehatannya sudah berkurang, nampu beliau tetap ingin menghadiri acara tersebut dan saya pun menemani Abah, nampak Abah sangat tawadhu ketika diminta panitia untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dari seorang tokoh, namun Abah tidak menyanggupinya dikarenakan katanya sudah banyak asatidz lain yang mampu menjelaskan dan Abah sebagai peserta aja dan ini bukan terjadi satu dua kali saja, tetapi dalam beberapa kegiatan yang penulis menyertai Abah, beliau selalu memberikan kesempatan kepada yang lain untuk maju kedepan. Sekali lagi ini menunjukkan sikap sangat tawadhunya Abah, padahal beliau itu dalam pandangan penulis merupakan seorang ulama, kyai sepuh dan biasa dikatakan ayahnya kota Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun