Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Putih dan Perjalanan Kereta (Bagian 1)

2 Desember 2022   23:11 Diperbarui: 2 Desember 2022   23:29 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ditulis untuk diri sendiri

            Sesuatu telah mengubahnya.

Ryshaka tahu itu lima menit setelah gadis itu menyibak penutup hoodie yang dikenakannya, lalu menatap Ryshaka dengan pandangan terkejut. Ryshaka juga. bertemu kembali dengan seseorang---sebut saja teman lama---setelah hampir lima tahun bukanlah sesuatu yang bisa disikapinya dengan mudah. 

Baca juga: Cerpen: Suatu Hari

Terlebih karena mereka bertemu di bangku kereta, menuju pulang. Laki-laki dua puluh tiga tahun itu awalnya, bahkan merasa kesulitan untuk mengangkat tangan dan menyapa.

Tidak sebelum tatapan terkejut itu berubah cengiran kikuk. "Kebetulan banget ya, kita ketemu di sini," katanya. Kental dengan nada basa-basi.

Namanya, Renjana.

Entah bagaimana awal Ryshaka mengenalnya. Pria itu lupa. Dia hanya ingat Renjana pernah satu sekolah dengannya, di saat dia berada di tahun terakhir sedangkan gadis itu baru masuk sebagai siswa baru. Pertemuan mereka tak lama. Namun, gadis itu terlalu kentara dan mudah dibaca.

Baca juga: Minggu Warna Ungu

Renjana tentu bukan pusat dunia. Dia tidak populer. Tidak juga siswa tercantik atau terpintar. Alih-alih terlihat, Ryshaka malah kerap menemukannya di tempat-tempat tersembunyi---pojok perpustakaan dan balkon lantai dua, misalnya. Dia jarang bicara. Hampir tak pernah bicara jika tidak diajak bicara. Yang paling Ryshaka ingat tentangnya hanyalah iris cokelat dengan sorot tegas, kontras dengan wajah yang seolah tak mengenal dunia itu.

Berangkat dari sana, Ryshaka beberapa kali bersinggungan dengannya. Ryshaka bahkan menemukan id sosial medianya dan terlibat percakapan dengannya---meski tak seberapa, setidaknya Ryshaka memiliki gambaran tentangnya.

Dan, di ingatan Ryshaka masih tertinggal Renjana yang lama. Renjana yang manis dengan sorot matanya. Renjana yang tak banyak bicara, tetapi tak pernah sungkan menebar senyumnya. Barangkali, karena itulah Ryshaka merasa sesuatu telah mengubah Renjana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun