"Halah, sok tau kau ini! Sudah siapkan saja makanku, ga usah ceramah macam ustad saja!" Hardik Bowo kasar.
Atin hanya mampu mengelus dada dan mengucap istighfar dalam hati kemudian segera berlalu dari hadapan Bowo.
***
Semesta, September 2005
Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali mereka yang berbuat kebaikan dan beramal sholeh. Kutipan ayat ini seharusnya menjadi bahan kajian bagi manusia bahwa kehidupan dunia tidaklah kekal, semua akan mati dan kelak di hari pembalasan semua perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Maha melihat.
Sudah sebulan lebih bapak kandung Bowo akhirnya berpulang ke Rahmatullah karena sakit yang telah menahun. Ketika ibu dan adik-adiknya mengirim doa bagi beliau, Bowo malah tidur seharian di kamarnya tanpa perduli dengan keadaan di sekitarnya.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dan tahun berganti tahun. Namun semua masih sama bagi Bowo. Hatinya tetap mati untuk mengingat dosa-dosanya. Ketika satu per satu adiknya pergi dan hidup bersama keluarganya masing-masing, ia masih saja menyusahkan sang ibu yang semakin hari semakin tua. Setiap hari kerjanya hanya makan, tidur dan ke kamar mandi saja. Tak pernah energi yang ia punya digunakan untuk kebaikan. Sungguh mengenaskan kehidupannya.
Hingga suatu siang ia bangun tidur dan langsung berteriak histeris.
"Ibuuu! Mataku kenapa ini?"
"Ngopo, Wo? Ngopo jejeritan?" Ibunya tergopoh menghampirinya
"Mataku kananku kenapa ga bisa lihat sama sekali ini?"